Happy Meal

Akhirnya Daud merasakan makanan padat, setelah 24 minggu bertahan hidup hanya dengan ASI. First meal! Sebenarnya ibu dan orang-orang di sekitar saya sudah sejak beberapa bulan lalu bertanya, "Daud ngga dikasih makan?". Dan saya menjawab dengan tegas, "Nggak! Nanti aja waktu umurnya 6 bulan."

Kata si ayah, "Ibunya engineer sih, hitungannya ngepas, eksak." Lha Yah, 6 bulan kan nggak jadi 6 bulan kalo kurang 1-2 minggu toh? Idealis tak apa-apa kan, demi saya ingin membayar 'penyesalan' karena kakaknya Daud tak merasakan ASI eksklusif, bahkan sejak lahir.

Kenapa ASI eksklusif 6 bulan?

Waktu 6 bulan ini rekomendasi terbaru dari WHO, berdasarkan kesiapan alat pencernaan bayi.

Beberapa ibu 'jaman dulu' (yang anaknya seumur saya) biasanya bilang, "Anakku dikasi pisang sejak umur 2 (bahkan ada yang satu!) bulan ya hidup". Alasan utama pemberian makanan padat sangat dini umumnya adalah kekhawatiran.

Ibu-ibu (manapun) khawatir (dalam kadar yang berbeda) melihat bayinya menangis bahkan setelah minum ASI. Khawatir ASInya tidak cukup sementara anaknya masih lapar. Karena itu sebagai 'penambal' ASI diberikanlah air tajin. Ibu-ibu jaman sekarang modelnya juga masih sama, hanya penambalnya jadi susu formula. Benarkah ini solusinya?

Sebenarnya pertanyaan yang lebih penting adalah:

KENAPA bayi masih menangis setelah disusui?

Bayi menangis karena hanya itulah caranya menyampaikan maksud. Itulah bahasa yang dia kuasai. Bayi menangis kala lapar, mengantuk, lelah, marah, sedih, takut, kepanasan, kedinginan, tidak nyaman, sakit, ingin (atau sudah) pipis, ingin buang air besar, dan banyak lagi.

Karena penyebabnya banyak, maka ibu harus mencarinya satu per satu. Dikira lapar, ya disusui. Dikira ingin didekap, ya digendong. Dikira pipis, ya diperiksa popoknya. Dikira sakit, ya diperiksa tubuhnya. Dan inilah yang seharusnya juga dilakukan ibu (dan bapak) ketika bayi masih menangis setelah disusui. Ada sebab lain. Dan tidak mesti karena masih lapar.

Karakter anak yang berbeda menyebabkan tuntutannya berbeda pula. Jika Daud menangis setelah disusui, biasanya dia ingin bersendawa, atau belum selesai menyusunya karena ingin sampai tertidur. Dan saya tahunya ya setelah mencoba berbagai 'gaya', lalu ketemulah 'pola'nya, dan itulah kebiasaannya yang saya kenali.

Lalu kenapa bayi terlihat tenang setelah diberi makan?

Berarti dia baru kenyang kan?

Bisa ya, bisa tidak. Pemberian makanan padat saat pencernaan bayi belum siap akan menyebabkan penumpukan di saluran pencernaannya. Tubuhnya harus bekerja keras untuk mengurai materi yang lebih kompleks dari ASI. Kerja keras ini akan menguras tenaga dan perhatian tubuh sehingga kegiatan lain tidak menjadi prioritas. Bayi jadi tenang dan cenderung mengantuk.

Setelah kerja keras itupun belum tentu makanan dapat dicerna dengan baik. Resikonya mulai dari sembelit hingga operasi akibat tubuh bayi tak mampu mengeluarkan makanan tak tercerna yang tertumpuk. Tentu kejadian ini tidak menimpa semua bayi. Tapi menghindari jauh lebih aman kan?

Tapi bayiku kelihatannya sudah ingin makan.

Kalau lihat orang makan lalu mulutnya mengecap-ngecap.

Same goes to Daud. Bayi mengecap-ngecap belum tentu tanda ingin makan. Dalam tahap tumbuhnya, bayi belajar meniru. Melihat orang makan, dia belajar untuk menggerak-gerakkan mulutnya pula.

Bayi juga dapat mengenali ekspresi serta emosi yang terasa. Ketika orang tuanya makan dengan nikmat, dia mungkin merasakan emosi nikmat yang tergambar di wajah. Emosi yang dirasa itu lalu 'diterjemahkan' oleh otot muka berupa mulut yang setengah menganga (macam orang gede hampir ngiler) dan lidah yang mengecap-ngecap.

Ha? Saya berteori? Ngarang?

Lho ini kan pengalaman saya. Beserta asupan ilmu dari teman-teman kalangan medis. Dan saya bagi untuk anda. Mengenai penerjemahan emosi oleh otot muka itu juga saya tidak mengarang. Saya tahu hal itu setelah membaca Blink, yang salah satu bagiannya menceritakan tentang Teori Pembacaan Pikiran. 

Apa pula itu Blink?

Baca saja sendiri ya.

31 Comments

  1. Andry

    May 3, 2006 at 5:02 pm

    Luna mah jarang makan.
    Ngemil yang sering. Bener-bener ikut kebiasaan buapaknya 😀

    Kalo bayi menangis setelah disusui, bisa jadi susunya yang ga beres (si ibu makan pedes-pedes misalnya), atau si anak kekenyangan. Setau gw si…

  2. yanti

    May 3, 2006 at 5:21 pm

    si N dulu “ditambal” formula setelah hasil perahan gw di kantor berkurang :(. nasiP deh emaknya jadi buruh. tapi ya gitu deh, emaknya juga masih seneng jadi buruh ;).

    menunya Daud apaan nih yg pertama? dulu si N gw kasih bubur susu beras merah. biskuit dan yg mengandung gandum baru belakangan, krn lebih memicu alergi.

    kamu aliran “sayur dulu baru buah” atau “buah dulu baru sayur”?
    aliran pertama bilang, sayur duluan krn kalo udah nyicip buah, si anak jadi ga suka sayur. istilahnya “sweet tooth”, seneng manis :).
    aliran kedua bilang, buah lebih mudah dicerna dibanding sayur. jadi ya selayaknya buah dulu yg dikasih ke bayi. gw aliran ini sih 😀

  3. Mbilung

    May 3, 2006 at 6:32 pm

    Waaah…senengnya Daud bisa dapet ASI eksklusif. Anak saya dulu gak bisa segitu lama berhubung “termosnya” keburu kering. Saya sendiri dulunya bayi tajin Mbak. Betul itu, kalau habis nyusu sering nangis, tapi kalau sudah ditepuk-tepuk punggungnya dan gelegekan, trus diam, senyum-senyum malah.

  4. Indra

    May 3, 2006 at 7:56 pm

    duuh … jadi pengen cepet2 punya anak …. hiks, nikahnya aja blom, nunggu 2 bulan rupanya lama juga ya … 😀 *deg-degan terus*

  5. Lita

    May 3, 2006 at 9:18 pm

    Andry
    Ngemil kan makan juga, Ndry.
    Ibrahim juga lebih menikmati ngemil daripada makan besar, persis emaknya. Hehehe…

    Bisa jadi, walau makanan ibu tak selalu berpengaruh pada rasa ASI.

    Yanti
    Aku baru belajar meras ASI nih, mbak. Ihiks, masih sedikit.
    Eh tapi Naila udah ngga minum susu formula lagi kan?

    Menu pertama: bubur beras putih pake ASI. Ini dulu seminggu baru nanti coba kacang hijau atau beras merah.
    Iya yang mengandung gandum belakangan, walau tampaknya kecil kemungkinan Daud alergi gluten.

    Mmm, sepertinya buah dulu, soalnya berencana ngasih pisang. Sayurnya nanti bulan depan, menyesuaikan dengan tekstur makanan yang makin kasar.

    Anak yang dikasih buah dulu juga gak pasti gak suka sayur sih. Ibrahim -yang kenal pisang dan pepaya jauh sebelum sayur- suka sayur kok, tapi makan sop atau sayur bening gitu pake ditambahin kecap hihihi… Biarlah, ntar lama-lama dikurangi.

    Mbilung
    Alhamdulillah pak, berkat dukungan suami juga.
    Hehehe, habis sendawa senyum-senyum? Kaya Daud dong 🙂

    Indra
    Saya nyengir aja deh :mrgreen:

  6. yanti

    May 4, 2006 at 8:21 am

    si N masih minum susu mahal, secara di ga suka susu UHT. ga enak katanya :(. kurang bekerja sama dalam hal pengiritan nih 😛

  7. Lita

    May 4, 2006 at 10:00 am

    Ibrahim kadang mau susu UHT, kadang nggak. Separo-separo gitu sama susu formula. Karena susu formula lebih manis kali ya?
    Hehehe… untungnya gak yang mahal 🙂

  8. Irma Citarayani

    May 4, 2006 at 12:27 pm

    para ibu dikantor saya juga selalu melakukan ritual memerah susu demi memberikan asi eksklusif buat sang buah hati :)..sampe-sampe saya terharu melihat mereka memerah terutama para ibu yang produksi susunya minim sekali..

  9. KabarburunG

    May 5, 2006 at 12:49 am

    kata burung-burung sih, bayi itu punya kemampuan adaptasi yang luar biasa. karena itu, variasi makanan padat perlu juga diberikan sejak dini agar mereka terbiasa menyesap aneka rasa makanan. menyesap? kok kayak burung ya…. 😀

  10. pecas ndahe

    May 5, 2006 at 12:51 am

    6 bulan dikasih makanan padat? lah kalau sudah seumur saya dikasih jenis makanan apa lagi ya?

  11. Lita

    May 5, 2006 at 9:43 am

    Irma
    Iya lho mbak, memeras ASI itu perjuangan tersendiri. Ternyata gak gampang 🙁

    KabarburunG
    Betul. Dan ada tahapannya, karena variasi rasa ASI kan tidak sebesar variasi rasa makanan meja.

    Misalnya, sebaiknya makanan pertama yang dikenalkan itu rasanya satu macam, ‘lembut’, dan kadar manisnya sedikit. Rasa menyengat asam sitrat dalam jeruk bukan pilihan baik untuk pengenalan pertama akan buah.

    Pemberian variasi juga perlu hati-hati supaya si ibu mudah mengenali apabila terjadi reaksi alergi pada anak. Kalau reaksi alergi timbul setelah makan dengan menu ikan, udang, dan gandum yang digabungkan, tentu susah menentukan mana yang menjadi penyebab sebenarnya.

    Menyesap? Mengecap kali ya?

    Pecas ndahe
    Lha, pakdhe mah makan apa aja toh. Disesuaikan dengan umur dan kekuatan gigi heheheh…

    Makin tua kan makin males makan, porsi makanan semakin sedikit, dan ketika gigi sudah protes tentu yang keras-keras jadi pantangan.
    Monggo makanannya dinikmati sebelum giginya menyerah, pakdhe :mrgreen:

  12. paririan

    May 5, 2006 at 10:56 am

    “Same goes to Daud. Bayi mengecap-ngecap belum tentu tanda ingin makan. Dalam tahap tumbuhnya, bayi belajar meniru. Melihat orang makan, dia belajar untuk menggerak-gerakkan mulutnya pula.”

    jadi kalo bayi ngecap2, mendingan kita melet ajah.

    (wekss…sorry yah kita gak ketipu lagii…..)heheee..

  13. Nasywa

    May 5, 2006 at 2:10 pm

    Anakku 3 bln aku kasih biskuit yg dicairin soalnya klo malem namgis terus, dikasih susu ngga mau. Skrg 4 bulan aku kasih bubur beras merah. Mau coba kasih jeruk takut perut blm kuat. Kira-kira buah apa yang cocok ya?

  14. Lita

    May 5, 2006 at 6:23 pm

    Paririan
    Yeee, si Indri, masa’ bayi diajarin melet seh! Ntar kalo dia fasih ngejek, aku yang repot dong. Susah kalo jadi kebiasaan.

    Nasywa
    Mbak, mungkin Nasywa emang nggak laper. Dikasih susu juga gak mau kan? Siapa tau dia pengennya dielus-elus/dipeluk bundanya aja, atau digendong, atau kedinginan/kepanasan? Atau kolik? Tapi kalo kolik biasanya nangis terus dan rewel luar biasa sih. Cari sebab yang lainnya dulu, mbak.

    Untuk makanan awal, lebih baik yang rasanya tidak tajam, jadi jeruknya nanti dulu ya. Beras merah, beras putih, kacang hijau, kacang merah, labu kuning, alpukat, pisang, pepaya.
    Tapi saran saya ini tentu untuk bayi umur 6 bulan ke atas.

    ASInya dicoba lagi dong, mbak. Relaktasi tidak mudah, tapi kalau demi Nasywa saya yakin mbak mau mengusahakan. Kalaupun Nasywa ngga bisa sehari penuh dapet ASI, ya malem waktu bundanya udah di rumah.

    Cium sayang buat Nasywa ya, salam kenal dari tante Lita 🙂

  15. luthfi

    May 5, 2006 at 9:36 pm

    Akhirnya …, bisa juga blog mbak lita dibuka dari sini.

    Kalo setau saya dari WHO emang 6 bulan, tapi dari negara kita (Indonesia tercinta) berdasarkan widya karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) asi eksklusif cuman 4 bulan. Tapi saya dukung yang 6 bulan kok.
    Saya sendiri (kata ibuku) disusui rame2 selama berbulan-bulan. Jadi punya ibu susu dan saudara sesusuan.

  16. Lita

    May 5, 2006 at 11:07 pm

    Luthfi
    Oh ya? IDAI sudah merekomendasikan 6 bulan kok dan kampanyenya di televisi sudah berlangsung sejak tahun lalu. Bahkan ada lomba logonya segala.

  17. Debby

    May 8, 2006 at 12:59 pm

    Hai mbak Lita,salam kenal. Selamat ya udah berhasil melewati 6 bulan yang mendebarkan. Aku sendiri masih 2.5 bulan lagi nih.. anakku baru umur 3.5 bulan. Dari umur 1.5 bulan udah harus ditinggal masuk kantor,hiks.. Doakan daku semoga berhasil yaaa

  18. Lita

    May 8, 2006 at 2:38 pm

    Debby
    Selamat berjuang, mbak Debby!
    Wah hebat bisa bikin stok ASI.
    *usaha terus*

    Eh Arva seumur dengan Ibrahim (anak pertamaku) lho! Hihi… anak segitu emang udah gak mau pake diapers, mbak 🙂

  19. fatimah

    May 8, 2006 at 4:28 pm

    wah…mbak lita, aliyahku seminggu lagi nih baru mau mulai MPASI…mbak tepung berasnya bikin sendiri atau beli jadi? bagusnya tepung beras putih dulu atau beras merah sih?

  20. Lita

    May 8, 2006 at 6:29 pm

    Fatimah
    Kok aku dipanggil mbak sih, kita kan seangkatan walau beda almamater 🙂

    Ihiks, ngga sempet bikin sendiri karena harus menyangrai biji-bijian itu dulu which is LAMA (kata ibu), jadi beli yang instan deh. Dah gitu, blendernya rusak pula.
    Nanti kalo udah mulai bisa makan nasi tim aku bikin sendiri.

    Beras merah ato beras putih sama aja kok, manapun yang duluan gak masalah. Bedanya beras merah lebih banyak seratnya.
    Prinsipnya: mulai dari yang rasanya plain, teksturnya halus, dan yang risiko alerginya kecil.

    Hindari penambahan gula dan garam (hiks, kalo beli jadi biasanya udah dikasi garam), kalo mau gurih kasi keju aja.
    Ah ini mah udah tau dari milis ya? 🙂

    Ops, jangan lupa, bikin buburnya pake ASI aja ya.

  21. Inga

    June 29, 2006 at 5:12 am

    MPASI pertamanya apa, mbak?

  22. Lita

    June 29, 2006 at 8:27 am

    Inga
    Bubur beras yang diencerkan dengan ASI.
    Saking encernya, tidak terbedakan teksturnya dengan ASI 😀

  23. Cahyani

    July 4, 2006 at 1:07 am

    Bayiku 2 bulan lagi 6 bulan teng! Udah ga sabar pengen nyuapin dia. Bikin bubur beras itu bisa sekalian berapa banyak ya? Abis disangrai, diblender, tinggal dicampur ASIkah? Boleh ngga, buah buat dia sekalian bikin segelas/secangkir buat 2-3hari?

  24. Cahyani

    July 4, 2006 at 1:09 am

    Eh, bukan 2 bulan lagi, tapi 2 minggu lagi.

  25. Lita

    July 4, 2006 at 10:22 am

    Cahyani
    Iya, saya juga semangat :mrgreen:

    Yang bisa dibikin stok itu bubuk berasnya aja, mbak. Soal seberapa banyak, hmm… gak tau :p Untuk stok seminggu bisa kali ya, karena sudah dalam keadaan kering.
    Asal menyimpannya di tempat sejuk, kering, bersih, ditutup rapat (kalau bisa kedap dari udara luar), dan jangan kena sinar matahari langsung.

    Bikin buburnya, tinggal mencampur bubuk beras dengan ASI yang dihangatkanbubuk beras (atau kacang) dimasak sampai matang. Tahu matangnya? Dicicipi saja dulu 🙂 Kekentalannya terserah saja, pengencernya bisa pilih ASI.
    Kalau sudah jadi bubur, jangan disimpan, harus segera dimakan. Paling lama 1 jam deh, khawatir sudah keburu terkontaminasi mikroorganisme yang bikin penyakit walau rasa dan tekstur buburnya tidak kelihatan berubah.

  26. eka

    July 4, 2006 at 10:58 am

    selamat ya buat daud…ur the lucky kid!
    hidup asi ekslusif
    doain aku bisa ya buat yg kedua nanti 🙂

    babak perjuangan baru telah tiba bu…
    makan kadang2 merupakan fase perjuangan buat para ibu
    berjuang biar anak makan dengan baik
    berjuang bila makanannya dilepeh
    juga kalo makanan disembur2

    selamaaaaaaaaaaaaaat menikmati hihihi

  27. Ical

    October 14, 2007 at 12:47 am

    Ass.wr.wb Mba Lita.
    Anak saya skrg berumur 35 hari. Memang benar klo di RS habis istri melahirkan bayi di kasih susu formula sama RS tanpa memberitahu dulu (dan saya jg tidak tahu. anak pertama caesar jd perasaan gak menentu) tapi itu berlangsung cuma 2 hari, hari ketiga alhamdulillah sudah minum ASI s/d sekarang. Saya mohon sama mba lita semua pengalaman dan tata cara/ kebiasaan bayi s/d berusia 6 bulan (selama minum ASI) diberitahu saya. karena ini akan sangat membantu saya. Trimakasih banyak Mba. Wassalam

  28. aprie

    April 29, 2008 at 10:46 am

    ass. mbak Lita selamat ya dah sukses ASI eks, anakku Zahir umur 42 hari, alhamdulillah lahir dengan normal n lancar di bidan, n langsung IMD, doakan ya mudah2n sukses ksh asi smpe 2 tahun.

  29. anisah

    April 23, 2009 at 11:40 am

    ass.
    hebatnya para ibu yang dapat menyusui bayinya eksklusif…..
    berbeda dengan saya. dengan terpaksa memberikan susu formula, padahal naqqi saya baru berusia 9 minggu. sedih memang. Hal itu saya lakukan karena saya bekerja, sudah berusaha untuk memeras ASI (kondisi : payudara sebelah kiri saja yang dapat mengeluarkan ASI, yang kanan tidak dapat mengeluarkan ASI), namun tidak cukup bagi naqqi karena ditinggal selama 10 jam (jam 7 – 16.00). Saya hanya menyediakan 200 ml susu ASI yang habis hanya sampai jam 11. sisanya formula deh…

  30. dhani

    October 7, 2009 at 11:31 am

    mbak, sekedar tambahan saja..
    setuju kalo gerakan2 pada mulut bayi itu bukan pertanda lapar.
    gerakan2 itu refleks yg memang bisa muncul bila dirangsang bahkan pada saat bayi tidak lapar/kenyang, Subhanallah..
    Gerakan2 bayi pada awal2 kehidupan didominasi oleh refleks2 yg akan berkembang seiring dg bertambahnya usia sehingga akan menjadi gerakan motorik yg sempurna 🙂

    saya lampirkan juga artikel menarik ttg ASI..

    http://supportbreastfeeding.wordpress.com/2009/01/09/benarkah-asi-ibu-kurang-waspadai-tanda-haus-palsu-pada-bayi/

    Semoga bermanfaat..

  31. Ai'

    August 30, 2010 at 11:14 am

    Mbak skrng anakku dah 5 bulan, tapi dari umur 4,5 bulan dah dikasih MPASI, krna kata ibu saya anakku sering nangis krna lapar.
    trus bagaimana sebaiknya mbak untuk slanjutnya, apa truskan saja dikasih MPASI apa dihentikan smpai anak saya 6 bln?

Leave a Reply to Lita Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.