Saya dan Susu Formula

Sesuai janji kemarin, berikut ini akan saya tampilkan keseluruhan 'wawancara' dengan Mom & Kiddie (dengan suntingan seperlunya). Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diberikan oleh redaktur.

Ass.wr.wb,

Mba Lita, ini Dian dari Tabloid Mom and Kiddie. Kami tertarik pada tulisan Mba Lita tentang, "Katakan Tidak pada Susu Formula" di salah satu artikel Mba. Makanya kami ingin mengulas dan memuatnya pada edisi  mendatang, tepatnya tanggal 26 Agustus 2006 di rubrik Kids Room khusus untuk Neonatal. Berikut ini pertanyaannya:

  1. Bagaimana dengan pengalaman pribadi Anda sendiri sehubungan dengan produk susu fomula tersebut?
  2. Dari tulisan tersebut, ada ngga yang tertarik lalu mengikuti ajakan Mba agar tidak mengkonsumsi susu formula? bila iya saya minta contact personnya?
  3. Apa manfaatnya bagi ibu dan si kecil tanpa mengkonsumsi produk susu formula?
  4. Kalau sudah terlanjur mengkonsumsi susu formula, apa yang harus dilakukan? apakah harus menghentikannya? dan bagaimana konsekuensinya?
  5. Mba dengan tegas untuk menghentikan susu formula bagi balita, beranikah Anda untuk menjadi pelopor untuk katakan tidak pada susu formula? bila ya kenapa sebaliknya bila tidak juga kenapa?

Demikian surat ini dian sampaikan, tapi bilamana ada yang masih perlu ditanyakan kembali saya mohon bantuan Mba untuk menjawabnya. Atas perhatian dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih

Hormat saya,
Redaksi Tabloid Mom and Kiddie
Dian Wisudani

Yang selanjutnya ini adalah jawaban saya terhadap pertanyaan dari Mom & Kiddie. Tulisan yang mendapat latar berwarna biru adalah yang dimuat di tabloid. Sisanya dipangkas namun saya muat di sini. Sedangkan tulisan dengan huruf miring seperti di paragraf ini adalah tanggapan dari saya terhadap artikel di Mom & Kiddie tersebut.

Yang pertama perlu saya koreksi adalah saya tidak anti pada produk susu formula. Artikel tersebut menentang praktik promosi produk susu formula yang makin merajalela dan cenderung menyalahi etika internasional yang berlaku mengenai pemasaran produk pengganti ASI. Dan bukan sebagai pernyataan bahwa saya menentang eksistensi susu formula.

Saya akui, keberadaan susu formula sangat membantu para ibu yang memang memiliki kelainan sehingga tidak dapat menyusui bayinya. Namun begitu, saya menyayangkan apabila keputusan untuk memberikan susu formula semata karena ingin bayi lebih ‘tenang’ (yang diduga karena kenyang) tanpa berusaha mencari tahu akar permasalahannya. Susu formula merupakan alternatif solusi terakhir, ketika berbagai cara (relaktasi, pengondisian mental ibu, perbaikan nutrisi, dan lain-lain) tidak berhasil.

Mom & Kiddie menurunkan artikel hasil wawancara dengan judul Apakah Bayi Baru Lahir Bisa Minum Susu Formula?, yang menurut saya kurang tepat dan kurang menyentuh permasalahan. Sebab jawaban dari pertanyaan tersebut sangat sederhana: BISA, sedangkan artikel tersebut lebih memberatkan pada praktik pemberian susu formula oleh rumah sakit kepada bayi baru lahir dan konsekuensinya. Kutipan berikut ini adalah pembuka dari redaksi.

Banyak susu formula mengklaim memiliki semua kandungan seperti yang terdapat di dalam ASI. Tetapi, apakah bayi yang baru lahir boleh (perhatikan perubahan redaksi dari bisa -pada judul- menjadi boleh. IMHO, bisa dan boleh adalah 2 hal yang berbeda.) minum susu formula -seperti yang dipraktekkan oleh beberapa rumah bersalin. Akibatnya, bayi cenderung hanya mau minum susu formula yang persis diberikan di rumah bersalin itu. Bagaimana mengatasinya?

Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak. Susu formula dibuat sebagai makanan tambahan ASI. Susu formula memiliki peranan yang penting dalam makanan bayi karena seringkali bertindak sebagai satu-satunya sumber gizi bagi bayi.

Pada dasarnya, memang benar kandungan susu formula mengacu pada apa yang juga terkandung di dalam ASI. Bila di dalam ASI terdapat beragam nutrisi seperti DHA, AA/ARA dan nukleotida, begitu pula dengan susu formula. Tapi bila bicara mengenai masalah kualitas dan efek sampingnya, yaitu kedekatan secara emosional antara ibu dan anak, sudah jelas ASI memenangkan pertarungan ini.

Izinkan saya mengoreksi. Tidak semua susu formula dilengkapi dengan DHA, ARA, dan nukleotida sebagai nutrisi tambahan khusus.

Kalimat kedua dalam paragraf di atas mengesankan bahwa apa yang ada di dalam ASI juga dapat ditemukan di dalam susu formula. Ini tidak tepat.Yang berlaku adalah sebaliknya: apa yang ada di susu formula dapat ditemukan di dalam ASI, karena -seperti dijelaskan dalam kalimat sebelumnya- kandungan susu formula mengacu pada komposisi ASI.

Berikut ini tanggapan dari pihak rumah sakit (dokter dan perawat) juga paparan seorang ibu yang bayinya mengonsumsi susu formula, meski sempat menentang praktik promosi susu formula yang makin merajalela dan cenderung menyalahi etika internasional yang berlaku mengenai pemasaran produk pengganti ASI.

lita dan daudSaya hendak meluruskan. Kesan yang didapat dari paragraf ini adalah saya sempat menentang praktik promosi susu formula, namun akhirnya 'menyerah' dan memberikan (juga) susu formula kepada bayi saya. Urutan kejadian yang sebenarnya dapat disimak pada jawaban wawancara saya selanjutnya.

Saya memberikan susu formula kepada anak pertama (dimulai saat ia masih bayi dan tergolong baru lahir) pada saat saya belum tahu tentang ASI eksklusif. (Ampun, betapa menyesalnya saya! Hari gini?!) Setelah anak kedua -yang sukses diberi ASI eksklusif- lahir, barulah saya membuat pernyataan terbuka dalam menentang praktik promosi susu formula.

Kenyataan bahwa si sulung hingga saat ini masih mengonsumsi susu formula secara tandem dengan susu UHT tidak bertentangan dengan pendapat saya mengenai promosi susu formula yang menginvasi wilayah privat hak ibu untuk menyusui. Jadi kata 'sempat' itu tidak cocok penggunaannya dan saya menggunakan hak jawab saya untuk 'protes'. :mrgreen:

Pengalaman pribadi

Ekstraksi vakum dan susu formula

Proses kelahiran anak pertama saya dibantu dengan ekstraksi vakum. Pihak RS (diwakili dokter) mengatakan bahwa ekstraksi vakum akan menyebabkan trauma pada kepala sehingga bayi tidak boleh diangkat dari tempat tidurnya selama beberapa hari. Dengan begitu, saya harus memerah ASI untuk diberikan dengan botol.

Pada saat itu ASI saya sudah keluar dengan baik, sayangnya saya tidak tahu bagaimana cara memerah ASI dengan baik sehingga hasil perahan sangat sedikit. Dengan terpaksa (karena merasa tidak punya pilihan lain), saya menyetujui pilihan untuk memberikan susu formula yang disediakan oleh pihak RS. Rupanya RS tersebut memiliki ‘prosedur baku’ untuk menyediakan susu formula merk tertentu, yang merknya dapat dilihat pada setiap keranjang bayi dan diinformasikan pada ibu sang bayi menjelang kep
ulangan.

Hingga saat ini, anak pertama saya masih mengonsumsi susu formula. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengalihkannya ke susu UHT, tapi ujungnya susu UHT hanya menjadi ‘camilan’ untuknya sementara susu formula jalan terus. Dengan begini, alternatif lain yang saya pilih adalah dengan mengganti merk. Alhamdulillah anak saya tidak bermasalah dengan susu formula ‘murah’. Dan saya sendiri tidak khawatir dengan gizinya, sebab usianya sudah lebih dari 2 tahun dan sudah dapat makan makanan meja (makanan yang sama dengan yang dimakan orang dewasa) dengan baik.

Belakangan ini saya baru tahu, bahwa trauma pasca kelahiran dengan ekstraksi vakum tidaklah menghalangi bayi untuk dapat disusui langsung oleh ibu. Tentu dengan membatasi pergerakan seperlunya, tidak sebebas perlakuan pada bayi yang dilahirkan spontan.

Selain itu, ternyata kesulitan memerah ASI yang saya alami seharusnya tidak menjadi alasan untuk memberikan susu formula andai saja saya bertanya (dan perawat membantu) bagaimana cara memerah ASI dengan benar. Tentu saja kesabaran dibutuhkan, karena pada percobaan pertama-tama kesulitan memang ada namun setelah terbiasa ASI akan memancar dengan baik.

Akibat mengonsumsi susu formula

Tidak ada akibat negatif yang spesifik -yang dapat saya amati- terhadap kesehatan anak pertama saya oleh pemberian susu formula sejak kelahirannya, kecuali efek terhadap mental ibu (baca: saya) bahwa saya memiliki jalan keluar ‘instan’ bila terdapat kesulitan (misalnya jumlah ASI berkurang). Apabila anak masih menangis setelah baru saja disusui, maka dia langsung diberi susu formula dengan anggapan dia masih lapar. Padahal bisa jadi anak membutuhkan hal lain, misalnya ingin bersendawa.

Bisa jadi masalah utama ada pada ke’kurang-gigih’an anak dalam menghisap. ASI memerlukan waktu beberapa jenak untuk dapat dikeluarkan dengan baik, dan akan terus keluar selama anak menghisap dengan kuat. Tapi jika anak diberi susu formula (dan dengan botol) maka anak tak perlu menunggu apalagi menghisap dengan kuat, susu akan keluar dengan mudah tanpa anak harus berusaha keras. Ini menyebabkan anak sedikit malas menyusu langsung.

Frekuensi menyusu langsung yang berkurang mengakibatkan produksi ASI juga berkurang, karena ASI tersedia berdasarkan prinsip ada permintaan, ada pasokan. Semakin sering anak minum susu dari botol, semakin mungkin ia malas menyusu langsung. (Ini memang sebuah siklus yang memerlukan usaha keras dalam memutusnya!)

Akibat lain yang dapat ‘diduga’ akibat pemberian susu formula sejak dini -berdasarkan pengalaman ibu-ibu lain- adalah pengenalan makanan (dan rasa) baru yang lebih sulit. Rasa ASI tidak selalu sama, bergantung pada makanan yang dimakan ibu dan komposisi ASI. Komposisi ASI ini sendiri juga berubah, seiring usia bayi. Perubahan-perubahan pada rasa dan komposisi ini membuat bayi terbiasa pada pergantian rasa, dengan demikian mengurangi risiko penolakan terhadap rasa saat anak dikenalkan pada makanan padat.

Belajar dari pengalaman lalu, persediaan membuat ‘malas’

Kegagalan saya untuk menyusui secara eksklusif bisa jadi pula merupakan ‘kesalahan’ saya sendiri. Saya mengira bayi menangis karena lapar, akibat ASI saya kurang. Saya menyalahkan diri yang tidak mampu memproduksi ASI sebanyak yang diperlukan. Dan ini adalah kesalahan fatal. Dengan pikiran semacam ini, produksi ASI juga akan berkurang karena stres dan pikiran negatif.

Pasca kelahiran anak kedua, tubuh saya memberi pembuktian, bahwa saya mampu menyusui secara eksklusif, bahwa saya mampu memberi pasokan penuh tanpa perlu disokong oleh susu formula.

Jadi kini saya menyadari sepenuhnya, bahwa adanya susu formula, bagi ibu yang mampu menyusui, merupakan hal yang wajib dihindari. Agar ibu tidak mempunyai alasan untuk malas mencari akar masalah dan memakai solusi siap pakai.

Walaupun ibu mampu menyusui dengan baik, tapi jika di rumah tersedia persediaan susu formula (dengan alasan untuk jaga-jaga), maka berbagai alasan akan bisa dipakai untuk membenarkan pemberian susu formula. Di antara alasan yang paling populer adalah:

  • supaya susu tidak mubazir (sudah dibeli namun menjelang kadaluarsa jika tidak dipakai),
  • ibu akan bepergian (padahal ibu dapat mengusahakan ASI perah, sekalipun ibu pergi untuk bekerja),
  • ibu sakit (padahal flu atau selesma, bahkan penderita hepatitis tetap dapat menyusui dengan aman. Memang ada kontra indikasi bagi ibu untuk dapat menyusui, ini dapat disimak di artikel dari WHO, di antaranya adalah bagi ibu dengan AIDS. Dan penularan virus flu atau selesma dapat diminimasi dengan pemakaian masker oleh ibu saat menyusui dan berdekatan dengan bayi),
  • ASI kurang atau berkurang (yang mungkin hanya karena ibu sedang gelisah, mengalami emosi negatif, kurang diperah –sehingga produksi kurang ‘terpacu’).

Gigih mencari akar masalah

Susu formula adalah pemecahan sekejap, yang tidak memberikan kesempatan pada ibu dan anak untuk ‘menderita bersama’, supaya ibu lebih terpacu untuk mampu menyelesaikan masalah ketimbang menggunakan solusipenambal’.

Sakit saya mungkin mengurangi jumlah ASI yang diproduksi dalam satu saat. Dan ini saya tangani dengan memaksakan diri untuk tetap makan dan minum seperti biasa serta meningkatkan frekuensi menyusui. Kerewelan anak juga berlalu.

Ada kalanya memang anak rewel. Bisa dengan sebab tertentu (yang kita ketahui maupun tidak), atau memang sedang ‘waktu’nya rewel saja. Mengantuk pun cukup menjadi alasan bagi anak untuk rewel. Anak terbangun di malam hari juga semakin jarang, seiring bertumbuhnya usia anak akan mempunyai irama tubuh untuk mampu tidur lebih panjang di malam hari.

Yang mengikuti anjuran untuk tidak memberikan susu formula

Sebenarnya gerakan ASI eksklusif ini sudah lama digemakan oleh milis sehat dengan situs sehatnya yang dimotori oleh dr. Purnamawati SpA(K) menjadi inspirasi utama saya untuk belajar dan keluar dari jaman kegelapan kemalasan mencari informasi dalam mencari solusi.

Dalam mendukung gerakan ASI eksklusif, milis sehat (dan pendapat saya terwakili olehnya) tidak anti pada produk susu formula, juga tidak meminggirkan para ibu yang memberikan susu formula kepada anaknya. Pilihan orangtua bagi anaknya bersifat pribadi, sebagai bagian dari hak untuk mengasuh dan memberikan apa yang dikira terbaik bagi anak.

Anjuran pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan ini diikuti oleh banyak ibu (saya tidak tahu persisnya berapa orang) yang mengikuti milis tersebut. Di antaranya adalah saya sendiri. Tentu saja, menurut etiket, kami (saya) tidak akan mempublikasikan alamat e-mail kepada pihak ketiga untuk alasan apapun tanpa persetujuan yang bersangkutan. Dan khusus yang bersangkutan dengan para pengunjung situs saya, tidak ada yang secara pribadi mengatakan langsung kepada saya bahwa ia berhenti memberikan susu formula (dengan alasan apapun).

Satu-satunya yang saya saksikan berhenti memberikan susu formula khusus (yang harganya muahalll itu) mengikuti anjuran saya adalah ibu saya sendiri. Saya punya adik berumur 5,5 tahun. Sejak lepas dari ASI eksklusif, ibu memberinya susu formula seharga 120r
ibuan –tiap 800 gram- dan jika ditotal, dalam sebulannya pengeluaran untuk susu saja bisa mencapai 500 ribu lebih. Setelah saya menjelaskan serinci yang ibu butuhkan agar ibu yakin, kini ibu lebih suka memberi adik susu pasteurisasi, susu UHT, atau susu ‘biasa’ yang relatif murah.

Manfaat apabila anak tidak mengonsumsi susu formula

Untuk bayi yang belum mengenal makanan padat, tidak mengonsumsi susu formula berarti mengurangi kemungkinan terinfeksi oleh kuman akibat kurang sempurnanya pembersihan botol (yang seharusnya direbus selama beberapa menit) atau tidak sterilnya air minum.

Untuk ibu, menyusui secara eksklusif berarti jaminan kualitas susu terbaik dan kepraktisan yang tinggi. Mengurangi kesibukan secara signifikan yang diperlukan oleh pemberian susu formula, mulai dari pembersihan botol susu, penakaran, penyesuaian temperatur, hingga homogenisasi (pengocokan larutan susu) sebelum akhirnya dapat diberikan kepada anak. Kesibukan ini tentu sangat tidak nyaman apabila dilakukan pada malam hari ketika ibu butuh istirahat setelah beraktivitas sepanjang hari. Ibu terburu-buru, anak keburu haus. Bandingkan dengan pemberian ASI yang telah siap minum.

Bagian berikut ini tampil di kolom tersendiri (lepas dari kotak tulisan wawancara yang memasang foto saya) dengan judul Trik Menghentikan Susu Formula Jika Sudah Terlanjur. Sumber tulisan ini bukan hasil penelitian dan pemikiran saya pribadi, namun saya yang merasa 'menyetor' tulisan ini agak heran ketika kolom ini tidak menampilkan sumber tulisan. Mungkin redaksi lupa? πŸ™‚

Jika sudah terlanjur

Tergantung usia anak

Apabila anak masih berusia di bawah 1 tahun, pemberian susu formula dapat dikurangi untuk kemudian dihentikan dengan cara relaktasi (menyusui kembali). Berbagai kesulitan dalam laktasi dapat dikonsultasikan ke pusat laktasi atau dengan berbagi saran sesama ibu menyusui.

Dengan mempersering pemberian ASI, produksinya akan bertambah. Dengan demikian, secara bertahap, anak tidak lagi tergantung terhadap susu formula. Dan ketika anak sudah dapat menyusu secara penuh kepada ibu, persediaan susu formula di rumah harus disingkirkan/dibuang agar tidak muncul rasa ‘sayang’ akibat susu yang tidak dipakai.

Dan jika berbagai cara telah ditempuh namun tidak memberi hasil, pilihan terakhir adalah susu formula. Tidak terdapat cara lain yang lebih baik bagi anak usia di bawah 1 tahun.

Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, pengurangan konsumsi susu formula dapat dilakukan pertama-tama dengan mencampur susu formula dan susu UHT (atau susu pasteurisasi). Perbandingan antara susu formula dan susu UHT ini kemudian lama-lama diperkecil hingga akhirnya anak dapat berpindah penuh ke susu UHT.

Cara ini merupakan cara yang dipilih oleh kebanyakan ibu dengan alasan pembiasaan rasa. Namun jika anak tidak memiliki masalah dengan rasa dan dapat menerima pergantian ‘mendadak’, maka pemberian susu formula dapat langsung dihentikan (tanpa bertahap) dan diganti dengan susu UHT.

Konsekuensi penghentian susu formula

Bagi anak usia 1 tahun ke atas, konsekuensi penghentian pemberian susu formula lebih nampak pada keuangan (lebih hemat, relatif terhadap mayoritas susu formula yang lebih mahal daripada susu UHT) dan kepraktisan (menyingkat waktu penyiapan).

Soal penghematan, konsumsi susu formula merk tertentu memang lebih murah (dalam jumlah dan takaran yang sama) dibandingkan dengan susu UHT. Selain itu sisa susu yang belum diminum setelah kemasan susu UHT dibuka memang harus disimpan di lemari pendingin, tidak seperti susu formula yang hanya memerlukan wadah yang rapat.

Karena itu, saya mengatakan bahwa susu UHT memberi manfaat optimal dengan memperhitungkan segala segi, tidak hanya dari segi harga. Optimal karena kelebihan harga daripada produk susu formula tertentu diimbangi dengan kesegaran dan keutuhan susu yang tidak dapat diberikan oleh susu formula yang mayoritas berbentuk bubuk.

Pelit atau cerdas?

Sebenarnya intinya bukan hanya pada harga yang cenderung mencekik –untuk kebanyakan merk terkenal dari produsen besar dengan reputasi internasional- tapi pada esensi bahwa setelah satu tahun, kebutuhan nutrisi anak akan bertumpu pada makanan, bukan pada susu.

Yang perlu perhatian lebih adalah kelengkapan gizi makanan, bukan kelengkapan gizi susu, karena susu hanyalah penyempurna piramida makanan. Bahkan anak yang tidak suka minum susu pun tidak akan terancam kekurangan gizi, karena bagian kebutuhan kalsium (dan nutrisi lain yang terdapat secara alami dalam susu segar) masih dapat dicari dari produk turunan/olahan susu (semacam keju, yogurt, puding susu, dan lain-lain) dan sayur atau buah lain.

Susu tidak perlu yang mahal dengan formulasi dan tambahan nutrisi khusus (dengan nama dagang berbagai macam), karena pada intinya semua susu sama saja. Sebisa mungkin dicari yang kesegarannya tinggi, higienis, dan kandungan gizinya lengkap. Semua ini bisa didapat dari susu pasteurisasi. Apabila halangannya pada harga, cara penyimpanan, dan umur produk yang terbatas, maka susu UHT adalah pilihan yang optimal dari berbagai sisi.

Ini bukan soal pelit, tapi jika pemenuhan gizi secara optimal dapat dilakukan dengan usaha (dana) yang lebih murah, kenapa harus memilih cara yang mahal? Yang penting kan manfaatnya, bukan merknya.

Beranikah?

Insya ALlah berani, jika tidak saya tidak akan mempublikasikan tulisan tersebut yang dapat dibaca oleh umum, termasuk kalangan produsen susu formula. Namun dengan segala hormat, rasanya berlebihan jika sayalah pihak yang dijadikan pelopor. Terlebih, karena saya sendiri terinspirasi oleh semangat penggalakan ASI eksklusif yang dilakukan oleh banyak pihak (dan pertama kali saya ketahui dari milis sehat). Jadi, mungkin saya lebih pada posisi sebagai wakil ketimbang pelopor.

Akhir dari wawancara. Fotonya belakangan ya.
Tambahan: tulisan menarik mengenai sejarah susu formula dapat ditemukan di sini.

93 Comments

  1. Dhika

    September 11, 2006 at 10:36 am

    :), puanjang pool….
    terus ndi oleh2e?

  2. danu

    September 11, 2006 at 10:37 am

    inget asi inget nanda waktu lahir. nanda cuma kebagian colostrumnya doang. selebihnya ya minum susu kaleng. waktu itu jg dari pihak klinik tdk ada usaha untuk membantu memerah asi ibunya nanda. untung masih ada usaha dari saudara yg ngebantuin tp nampaknya terlambat. soal interpiu itu, ibu kan punya hak jawab. kirimin aja komentar ibu ke redaksi.

  3. duck

    September 11, 2006 at 11:13 am

    posting ini bukan konsumsiku nih… mungkin untuk sekedar tau sih ga pa-pa…
    cuman kayaknya mending kalo dah waktunya tiba deh… dan moga waktunya itu datang dengan cepet… **ngebeet kaleee**
    btw… lam kenal ja πŸ˜€

  4. Lita

    September 11, 2006 at 12:00 pm

    Dhika
    Lha kan di posting sebelumnya udah dikasih peringatan: ‘agak panjang’ :mrgreen:
    Maap, oleh-oleh makanan udah abis. Oleh-oleh cerita aja ya? Seperti dipesen ama mbak Eka (bunda Rafa) sama mas Guntar :mrgreen:

    Danu
    Tanggapan saya sudah dikirim ke redaksi sebagai CC dari tulisan ini πŸ™‚

    Duck
    Hehehe… yang ngebet, jangan ugal-ugalan yak. Patuhi aturan ‘lalu lintas’, keep it safe dunia akhirat :mrgreen:
    Salam kenal juga, Duck.

  5. Luthfi

    September 11, 2006 at 12:56 pm

    mumet aku bacanya.
    sampe diteng2h lupa, mana yg dari tabloid, mana yg kritikan …

    baca ntar aja ah, abis kul

  6. cahyo

    September 11, 2006 at 1:25 pm

    (artikelnya) panjang tapi puwas !!!
    thanks mbak lita

  7. QZoners

    September 11, 2006 at 4:57 pm

    Wah…makasih atas masukannya, soalnya kami juga lagi menunggu sang buah hati pertama kami.

    1. umjana

      May 8, 2009 at 12:37 am

      mba ingin tahu banyak atau lebih banyak tentang artikel mom&kiddie.tolong donk diulas tetang bayi mengalami panas dan lain sebagainya,tq

  8. ndoro kakung

    September 11, 2006 at 6:54 pm

    numpang tanya dong bulik, apakah semua ASI itu rasanya sama? soalnya saya, anak saya juga, ndak pernah mencicipi ASI [dari ibu] lain … maaf lo… :p

  9. Imponk

    September 11, 2006 at 7:08 pm

    Mungkin gencarnya iklan susu formula, tren saat ini adalah dengan mengkampanyekan ASI kepada masyrakat. Ibaratnya adalah menghadang laju susu formula –yang menurut pak Arifwidi “membodohkan”!

    Beberapa waktu lalu, di media –baik cetak maupun televisi– sudah bermunculan kampanye ASI ini oleh lembaga kesehatan dunia. Ini patut diacungi jempol.

    Kompas –yang merupakan media besar nasional– juga telah menurunkan tulisannya beberapa waktu lalu tentang pentingnya ASI. Lengkap dengan alternatif-alternatif lain sebagai orang ‘sibuk’. Tinggal kita lihat saja, bagaimana hasilnya πŸ™‚

  10. Lita

    September 11, 2006 at 9:48 pm

    Ndoro kakung
    Hmmm… saya pakai kirologi saja ya. Mohon dimaapken kalau salah. Lha wong saya sendiri ndak icip-icip ASI ibu yang lain πŸ™‚

    Begini, komposisi ASI itu ditentukan oleh beberapa faktor; diantaranya adalah umur anak, apa yang dimakan ibu, dan ‘bawaan’ dari ibu (saya memaksudkan antibodi dan bawaan genetik).

    Nah, karena individu selalu unik, maka rasa ASI ya tidak sama antara ibu satu dengan ibu lainnya. Bahkan rasa ASI mungkin tidak sama setiap harinya.

    Seberapa jauh perbedaan rasanya saya tidak tahu. Mungkin bisa ditanyakan kepada anak-anak yang masih menyusu pada ibunya tapi sudah dapat berkomunikasi dengan baik (alias dimengerti orang dewasa) :mrgreen:

    Ibu mertua saya pernah ditanya sama anak temennya, rasa ASI kaya apa. Lalu dikasih (ASI beliau) sedikit. Manis, katanya :mrgreen:

    Ini guyon apa serius tho, pakdhe? :p

    Imponk
    Semoga… semoga…
    Semoga makin banyak para ibu yang tercerahkan dan makin semangat untuk memberi ASI sebagai nutrisi terbaik bagi bayi mereka. Semoga peraturan/hukum di Indonesia nggak cuma jadi macan kertas yang mandul terhadap para pelanggar hak ibu dan bayi.
    All the best wishes bagi generasi penerus πŸ™‚ Kita harapkan yang terbaik.

  11. Mbilung

    September 12, 2006 at 4:40 am

    Terima kasih Bulik … seneng banget bacanya.

  12. nYam

    September 12, 2006 at 12:21 pm

    hue he he he…mustina kmaren aku kirim undangan meliput ya ke redaksi tabloid itu. mumpung sesi 2 kmaren tentang ASI & feeding pada anak. kok maen potong gitu yah? tujuan pernyataannya jadi tersamar

  13. hanum

    September 12, 2006 at 1:22 pm

    Sejak gabung di milis sehat…aku juga jd jadi tau klo susu formula itu bukan segala-galanya (baca : musti dikasih ke anak usia 1 th ke atas) πŸ™‚

  14. paririan

    September 12, 2006 at 3:45 pm

    panjang nian…padahal udah disunting yak?

    “Yang perlu perhatian lebih adalah kelengkapan gizi makanan, bukan kelengkapan gizi susu ”
    klo dianggap susu formula adalah sbg suplemen tambahan, boleh dong kita pake susu formula, dalam kasus kekurangtahuan si ibu akan kadar kelengkapan gizi yg harus dicukupi?

  15. Lita

    September 12, 2006 at 4:26 pm

    aRdho
    Ahie… dibilang ‘girl’ ama aRdho, serasa muda kembali :mrgreen:

    Mbilung
    Saya juga seneng ada yang seneng baca tulisan saya, pakdhe. Terimakasih ya, saya jadi tambah semangat πŸ˜‰

    nYam
    Undang aja ke sesi yang lain. Pasti tetep cocok sama tema tabloidnya πŸ™‚ Euh… pengen ikutan PESAT yang lain. Doain bisa yah!

    Hanum
    Alhamdulillah, bertambah lagi ibu yang tercerahkan. Selamat bergabung, bu Hanum πŸ™‚ Belajar bareng, yuk!

    Paririan
    Coba disimak lebih teliti, yang dimuat cuma yang di-highlight biru. Sisanya dipotong editor alias gak dimuat πŸ™‚

    Aku rada gak ngerti pertanyaanmu: “Jadi boleh dong?”. Maksudnya, kalo ngga tau ya ngga papa, gitu?
    Aku ngga melarang konsumsi susu formula. Cuma bilang (untuk 1 tahun ke atas) nggak perlu. Itu saja πŸ™‚

    Atau maksudnya, susu formula dianggap sebagai tambahan karena ASI kurang? Untuk anak di bawah 1 tahun, memang tidak ada pilihan selain susu formula. Di atas 1 tahun, susu formula tidak diperlukan lagi.

    Atau, maksudmu susu formula itu sebagai penambal kekurangan akibat pola makan yang kurang memenuhi syarat gizi, sebaiknya susu tidak dijadikan solusi instan.

    Memang lebih mudah memberi susu ketimbang mikirin menu apa yang mau dimakan si kecil. Tapi ini bisa ‘mendidik’ anak untuk berpikir: “Wah enak nih. Kalo aku gak mau makan, dikasih susu sama ibu. Males makan ah, capek. Susu kan tinggal glek”.

    Untuk hal ini, dua anakku pernah begini :mrgreen: Gerakan tutup mulut emang paling bikin pusing ibu-ibu! Sampe akhirnya aku nyadar: di saat-saat tertentu, mereka cuma bosen sama nasi!

    Piramida makanan tak serumit menghitung kalori, sekadar tahu perbandingan porsi, misalnya antara karbohidrat (nasi, pasta, kentang, apapun itu), protein, sayuran, buah, susu, dan lemak.

    Karena porsi susu dalam piramida itu kecil dibandingkan karbohidrat, sayuran, protein, dan buah, lebih baik dana rumah tangga dikonsentrasikan pada yang porsinya lebih besar daripada berfokus ke susu.

    Membelanjakan 500 ribu sebulan untuk susu formula sedangkan anggaran untuk menu sehat sangat mepet dan cenderung kurang memenuhi syarat adalah tidak rasional. Boros yang tidak pada tempatnya. (buat aku boros dalam menimba ilmu dapat ditoleransi :p )

    Di sinilah tugas ibu sungguh berat: harus mau belajar, setidaknya mengetahui kalau dirinya tidak tahu. (jadi ingat diri sendiri, hiks…)

  16. Indah

    September 13, 2006 at 1:05 am

    Mo nanya nih, ada temen yang anaknya sudah 15 bulan (12 kg)asupan makanannya hanya dari susu formula karena tidak mau makan sama sekali. Anak ini memang dari lahir sudah di’tambal’ susu formula disamping ASI. Sejak umur 7 bulan ASInya berhenti karena asma sang ibu sedang parah. Mungkin ASInya menjadi pahit karena ibunya minum obat.

    Klo gini apakah bisa mulai mengalihkan susu formula ke susu UHT? Karena sampai saat ini si ibu masih minum obat untuk asmanya, jadi mungkin klopun relaktasi ada kemungkinan anaknya masih menolak ASI. Trus gimana dengan pemenuhan gizinya? emang mesti dipaksa makan ya?

    thanks before…

  17. Luthfi

    September 13, 2006 at 7:52 am

    Setelah baca ulang, koq gak disebut2 ttg susu kedelai? enak lho …..
    Bisa gak buat yg paragraf ini :
    “Dan jika berbagai cara telah ditempuh namun tidak memberi hasil, pilihan terakhir adalah susu formula . Tidak terdapat cara lain yang lebih baik bagi anak usia di bawah 1 tahun”.

    —- tanya : kira2 susu formula dgn susu kedelai selevel gag (dr kandungan gizi —

  18. Lita

    September 13, 2006 at 9:40 am

    Hedi
    Bagus apanya? *gak mudeng. o’on mode: on*

    Indah
    Sudah 15 bulan harusnya status makanan padat sudah sebagai menu utama, bukan lagi pendamping ASI/susu formula. Kebutuhannya sudah melampaui yang bisa disokong oleh susu formula.

    Baiklah, mungkin dia masih bisa ‘kenyang’ oleh susu. Tapi bagaimana dengan kelengkapan gizinya? Susu untuk anak di atas 1 tahun kan tidak dirancang untuk menggantikan makanan utama.

    Selain itu, sistem pencernaannya juga jadi ‘malas’ karena tidak terbiasa untuk mengolah makanan padat (yang tentu memerlukan ‘kerja’ lebih dibandingkan makanan cair yang tinggal diserap).

    IMHO, si ibu harus berusaha (untuk menggantikan kata ‘memaksa’) mengenalkan makanan padat. Memberikan susu bukan solusi untuk anak yang tidak mau makan. Coba, coba, coba, dan coba. Tidak harus nasi. Apa saja. Kalau memang maunya dimulai dari buah, ya dari buah.

    Seperti kukatakan di tanggapan sebelumnya. Anak bisa belajar dari pengalaman. Kalau dia tahu (dan berulang-ulang terjadi) ketika dia tidak mau makan ibunya akan memberi susu, dia -kemungkinan besar- akan memilih susu dan MEMPERTAHANKAN supaya keadaannya tetap demikian.

    Anak harus diajari, bahwa solusi untuk lapar adalah makan, bukan minum susu. *Pengalaman pribadi ‘gontok-gontokan’ sama Ibrahim dan Daud neh. Bayangin 3 kolerik bertarung! hihihi… menang ibunya dong πŸ˜‰ *

    Selama pengenalan makanan padat ini, bisa dicoba untuk mengalihkan konsumsi susu formula ke susu UHT. Bertahap, tentu saja. Orang dewasa pun perlu waktu untuk adaptasi dengan ‘kebiasaan’ baru πŸ™‚

    Jungkir balik? Ya. Selamat berjuang :p Ibu jangan sampai kalah cerdik sama anak. Apa aja deh. Segala menu pun jadi.

    Luthfi
    Emang gak lagi ngebahas susu kedelai kok.

    Begini aturannya: untuk anak di bawah 1 tahun, susu yang boleh diberikan adalah ASI dan/atau susu formula. Setelah usia 1 tahun, susu bukan lagi sumber utama nutrisi karena itu tidak memerlukan susu dengan formulasi khusus kecuali ada keadaan medis tertentu (dan disarankan oleh dokter) yang mengharuskan demikian.

    Bukan masalah enak atau tidak, ini tentang pendamping/pengganti ASI yang TEPAT. Susu formula untuk bayi dirancang khusus untuk menyesuaikan dengan ASI dan sistem pencernaannya yang belum matang.

    Tentang bahannya sendiri, susu formula ada pula yang soya-based alias dibuat dari bahan dasar kedelai (bukan susu sapi).

    Susu apapun yang dipilih, sebaiknya ya yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan baik. Dan untuk kasus susu, ya kalsium. Bentuk susunya pun tidak harus cair. Anak yang tidak mau minum susu bisa diberikan olahan/turunan susu. Atau jika dia alergi terhadap (bahan yang dikandung) susu, kecukupan kalsium bisa dipenuhi dari sumber lain misalnya makanan laut dan sayur-sayuran.

    Sepertinya topik susu formula ini perlu dibuat posting tersendiri :mrgreen: Tunggu saja, ya.

  19. yanti

    September 13, 2006 at 11:09 am

    wah sangat menyenangkan bacaannya mba… bisa jadi pelajaran untuk aku… (karena aku belum punya anak :D) tapi mba klo susu ASI di perah itu sebaiknya disimpan dimana yah?

  20. Luthfi

    September 13, 2006 at 1:04 pm

    aku kan sudah lbh dari 1 tahun nih, aku dulu pernah alergi susu, katanya namanya laktosa intolerant , —- diare dan gatal2.

  21. nYam

    September 13, 2006 at 1:30 pm

    coba jawab punya M Yanti aah. ga pa pa kan jeng Lita? mumpung materi ASI masih hot di kepala neh.

    penyimpanan ASI perah bisa di botol kaca, misalnya botol bekas selai, wadah tertutup baik yang bening ato yang warna. asal dibersihkan+steril sebelum dipake. ato bisa juga taro di plastik khusus ASI yang sekali pake.

    nyimpennya buat sekali minum aja, kalo yang disimpen dah dikasih ke bayi dan ternyata bersisa, ya dibuang aja sisanya.

    trus nyimpennya di suhu ruang antara 4-10 jam, di kulkas bagian bawah suhu 0-4 tuh 2-3 hari, freezer kulkas 1 pintu kurleb 2 minggu, kalo freezer kulkas dua pintu 3-4 bulan. sementara kalo punya freezer khusus, bisa 6 bulan. tapi smua itu tergantung kondisi tempat penyimpanan juga yah

    btw, aku juga lom [boleh] punya anak. musti banyak blajar dari Jeng Lita neh ^_^ cerita sesi II dah kuposting yah

  22. Lita

    September 13, 2006 at 9:34 pm

    Yanti
    Sudah dijawab mbak nYam ya πŸ™‚
    Intinya wadah harus bersih dan steril, lalu disimpan dalam keadaan dingin (kulkas atau cooler box juga bisa-jika dalam perjalanan). Gelas atau plastik, reusable atau disposable bukan masalah utama.

    Luthfi
    Alergi dan intoleransi itu TIDAK SAMA. Tentang intoleransi dan alergi, baca lagi postingku tentang alergi aja ya.

    Kalau bermasalah dengan susu sapi (atau produk hewani secara umum), ya cari alternatif dari nabati saja. Dan karena dikau tidak tergolong anak-anak lagi (dalam artian udah baligh πŸ™‚ ), ya bahasan susu di posting ini tak berlaku untukmu :mrgreen:

    nYam
    Boleh banget πŸ˜‰

    Aku biasanya menyimpan ASI perah di gelas (kaca atau plastik, mana ajah) yang udah disterilkan lalu ditutup pake plastic wrap (itu lho, plastik yang biasa dipake buat mbungkus buah potong di supermarket). Trus simpen di pojokan kulkas bagian bawah.

    Ngga serumit ibu-ibu yang bekerja karena tuh ASI biasanya umurnya gak sampe sehari (24 jam) udah diminta Daud. Dia seneng susu dingin, tenggak langsung tinggal buka plastic wrap-nya :mrgreen:

    Belajar bareng aja ah. Diriku masih banyak kekurangan, belum layak digugu πŸ™‚
    Makasih buat posting sesi 2 PESAT-nya.

  23. fitri mohan

    September 14, 2006 at 8:56 am

    sekali lagi: setuju dengan penekanan untuk terus memberi ASI pada bayi. dan setuju juga lagi: solusi untuk lapar adalah makan, bukan minum susu.

  24. yanti

    September 14, 2006 at 9:25 am

    SALUT!!! pahlawan ASI tanpa tanda jasa deh Ta, hebat banget :).

    sama nih kayak Ibrahim, Naila ga suka susu UHT, yang coklat sekalipun. pengen nyoba dicampur ‘susu mahal’nya dan dimasukin ke botol + dot ah πŸ˜€

  25. nengjeni

    September 14, 2006 at 3:43 pm

    jamannya anakku yang pertama, ASI eksklusif cuma 4 bulan, abis itu dicampur susu formula, jus buah dan bubur susu, dan masih menyusu sampe umur 1,5 th. Sekarang badannya bongsor …

    Anak kedua sama, tapi cuma menyusu sampe umur 6 bulan, ASI nya habis (kurang usaha juga dulu kayaknya). Sekarang badannya cungkring …. pengaruh dari ASI bukan ya? atau karena waktu hamil saya jarang makan masakan rumah ya?

  26. zuhra

    September 14, 2006 at 5:47 pm

    Insya Allah bentar lagi butuh pengetahuan kaya’ gini deh… sekarang dicicil dulu, pengetahuannya.
    Inget22 tentang susu kedelai, udah ada artikelnya belum? soalnya dulu pernah alergi susu biasa, alternatifnya minum susu kedele. tapi… punya pengalaman buruk soal susu yang satu ini. Dulu pernah waktu KKN buat susu kedele untuk anak2, eh, satu RT ibu2nya pada komplain semua. anak2 mereka pada muntah muntah… hehe.. apa yang salah ya? kali pas meres kedelenya, lupa cuci tangan… πŸ˜€

  27. Lita

    September 14, 2006 at 10:02 pm

    Yanti
    Wadoh wadoh… mana pahlawannya? *celingukan*

    Ibrahim bisa ngebedain mana susu formula mana susu UHT. Susu formula pake botol, susu UHT langsung sedot dari kotaknya atau dari gelas. Heran, padahal udah lihai minum dari gelas tapi cuma susu formula aja yang HARUS pake botol dot. *garuk-garuk kepala, bingung gimana ngakalinnya lagi* Ada saran, mbak?

    NengJeni
    Bongsor atau kurus kayanya gak ada hubungan langsungnya ama ASI/susu formula deh mbak.

    Lebih tepat begini: ASI dapat diserap dengan mudah, dosisnya pas sesuai kebutuhan. Sedangkan susu formula memerlukan kerja lebih dari tubuh, dosisnya (walau sesuai takaran) bisa jadi pas, kurang, atau lebih dari kebutuhan tubuh anak.

    Pola makan ibu saat hamil bisa jadi ada pengaruhnya terhadap kebiasaan/pola makan anak. Tapi perkembangan anak tak melulu soal genetik; ada faktor bawaan, pengasuhan, dan nutrisi. Ketiganya membentuk dengan caranya masing-masing, menghasilkan individu yang unik.

    Kurus atau bongsor, yang penting sehat dan mamanya bahagia. Ya kan? Yang udah lewat tak usah dirisaukan πŸ˜‰ Maju terus pantang mundur, mbak :mrgreen:

    Zuhra
    Lupa cuci tangan? Bukannya abis itu hasil perasan masih diproses pakai pemanasan? Harusnya kalaupun ada kuman yang nebeng di tangan, mati dong? *binun*

    Artikelnya ditunggu dulu ya, on progress πŸ™‚

  28. Inga

    September 15, 2006 at 11:53 pm

    mbak lita,

    saya melahirkan raka secara vakum ekstrasi. alhamdulilla neonatal dsa-nya mengizinkan saya utk menyusui. sampai saat ini msh full asi + mpasi.

    saya juga pernah ditelpon oleh marketing sebuah produsen susu formula ber’nukleotida’ yg menyarankan saya utk mencampur 60 ml asi saya dg satu sendok takar susu formula tsb.

    saya tolak.

    belakangan saya ketahui bhw hal tsb telah melanggar SOP menelpon. untung saya sempat mengajukan keluhan dan ditanggapi. semoga tidak ada ibu-ibu yang kurang tegas a.k.a kurang pede dg kemampuan menyusui a.k.a kurang dukungan dll, kemudian terpengaruh oleh rayuan tsb.

    btw, boleh saya link blognya?

    salam,
    inga

  29. Lita

    September 17, 2006 at 8:20 pm

    Inga
    Alhamdulillah.
    Mbak Inga beruntung sekali πŸ™‚
    Sip sip… Semoga teman-teman sesama ibu sekarang makin pede untuk menyusui dan menolak rayuan pemasar produk pengganti ASI ya πŸ™‚

    Boleh banget di-link. Terimakasih buat sharingnya.

  30. aa ayub

    September 18, 2006 at 8:43 am

    hmm….tulisan yg cerdas.

  31. Indah

    September 18, 2006 at 5:52 pm

    Waktu imunisasi Rafi bulan lalu, berat badan Rafi cuma naik 200 gram dalam sebulan. Aku juga sadar karena memang saat itu Rafi baru mulai mpasi dan maem’y masih dikit2.

    Bidan menyarankan untuk ditambah susu formula, aku bilang produksi ASInya masih banyak kok (karena kupikir susu formula adalah solusi untuk pengganti ASI yang sudah tidak dapat diproduksi lagi).

    Masalahnya adalah Rafi belum mau lahap maem’y. Syukurlah seiring waktu kemudian aku coba kasih bubur buatan sendiri (sebelumnya bubur instan) Rafi mau maem dengan lahap πŸ™‚

    Jadi moms… jangan menyerah dengan solusi instan πŸ˜€

  32. Aswad

    September 18, 2006 at 7:33 pm

    Wuih, Tante Lita semakin tenarr…
    πŸ™‚

  33. Lita

    September 20, 2006 at 8:47 pm

    Ayub
    Terimakasih… akhirnya mau juga komentar di bananaTalk πŸ™‚

    Indah
    Sip! Jadi inti masalahnya adalah Rafi cuma mau makan masakan emaknya, hehehe… *lirik Daud yang masih bosen nasi*

    Aswad
    Wuih ih ih ih…

  34. Indra

    September 21, 2006 at 7:13 pm

    duh.. telat ngomen nih…

    saya hendak meluruskan. Kesan yang didapat dari paragraf ini adalah saya sempat menentang praktik promosi susu formula

    saya rasa sepertinya ada semacam kerjasama antara dokter dgn perusahaan susu formula dgn deal2 tertentu yg intinya untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka hingga mereka mempromosikan susu formula apalagi yg “harga mahal” (maaf jika ini perkiraan yg extrim).

    menurut mbak lita ???

    πŸ˜€

  35. Dinny

    September 22, 2006 at 9:02 am

    Met Kenal Mba, ASI memang yang terbaik, banyak cara untuk sukses ASI Ekslusif ya mba :D, alhamdullilah saya lulus dengan dukungan keluarga di rumah dan rekan2 saya di kantor. Artikel yang mba buat TOP BGT SKL.

  36. Cron

    September 28, 2006 at 10:15 am

    Te O Pe lah Mbak Lita…
    ASI memang yang terbaik…..Karena dari sononya memang diciptakan begitu…

    Tinggal kitanya aja yang kudu jeli tentang periklanan susu formula. Produsen kan cuma menyampaikan yang kadang bermakna ganda atau agak ‘diplesetkan’ dari fungsi sebenarnya. Mereka memoles bahasanya seakan akan memang iye banget….

  37. Risa

    September 28, 2006 at 12:44 pm

    lufi selama saya ada dirumah selalu saya usahakan minum ASI selain lufi memang lebih memilih ASI ketimbang susu formula. Saya akan mencoba susu UHT sesuai dengan saran ibu. Mudah2an lufi suka. Saya memang tidak punya waktu utk memeras ASI untuk minum lufi selama saya bekerja karena saya tidak memakai jasa babysitter. Saya percaya kalau anak selama ibunya masih ada dirumah harus di pegang oleh ibunya sendiri.

  38. Lif

    September 28, 2006 at 3:27 pm

    Bagus, Bu! Hiks….saya ngalamin sendiri, bantuan pihak rumahsakit untuk kita yang ingin menyusui begitu melahirkan bayi serasa sangat minim. Saya dulu koq kayak malah dimarah-marahin ya, karena ngotot pengen ngasih ASI, mana ASI belum lancar pula. Mestinya kan saya dibantuin gimana biar ASi lancar. Lha gimana ASI mau lancar, wong rumahsakit besar bertaraf internasional, tapi makanan yg dikasih untuk ibu yang baru melahirkan minim banget kandungan nutrisinya, mosok nasi goreng thok. Lha ya gak dukung banget deh. Coba ya rumkit2 itu, khusus ibu2 yang baru melahirkan, makanannya dikasih soup ayam atau daging yang banyak, terus sumber proteinnya legkap, dikasih susu sapi yang segar, dikasih buah yang banyak. Gak papa saya bayar 25 ribu lebih mahal untuk sewa kamar, asal dikasih makanan yang bergizi, wong dulu suami saya jadi bolak balik ke rumkit untuk bawain makanan yg bergizi buat saya. Kayaknya sengaja deh ya, biar ASI gak lancar keluar, terus dikasih semua dengan susu formula. Dah gitu pas pulang, ada pesan sponsor, “Minum susu formula bikin berat badan bayi cepat nambah lho, Bu. Anak ibu kan berat badannya dah turun 10%”. Hiks setelah dicaritahu, emang wajar bayi baru lahir berat badannya turun 10% sampai dengan seminggu setelah lahir, terus setelah itu perlahan-lahan naik. Omongan pesan sponsor itu jadi biang adu argumen antara saya dengan suami, suami ingin baby-nya cepet2 dikasih susu formula biar berat badannya nambah, saya ngotot pengen ngasih ASI thok. Hwaaalaaaaah, kapan ya sadarnya itu rumkit-rumkit……

    Maaf maaf…koq jadi curhat ya….
    (member milist sehat juga)

  39. renee, bundanya aila

    October 2, 2006 at 3:42 pm

    mba’ lita, salam kenal.
    salut sm perjuangan mba’.
    alhamdulillah, aila lulus ASI. sekarang 23 bln & konsumsi UHT. mba’ boleh kan postingannya aku copy utk temen2x yg membutuhkan?
    ceritanya aku lagi senang sosialisasi konsumsi susu UHT utk batita (diatas 1 thn). dlm prosesnya aku banyak dpt respon ibu2x yg ditentang oleh mertua bahkan orang tua & suaminya sendiri dlm memberi UHT pada batitanya dgn alasan susu utk batita adalah formula, susu yg baik adalah susu yg diseduh air panas, sosialisasi susu UHT ‘akal2xan’nya pabrik susu, dll.
    mohon supportnya juga ya mba’, aku masih awam sekali…
    terima kasih sebelumnya…

  40. Lita

    October 4, 2006 at 9:47 pm

    Indra
    Menurut saya? Itu benar.
    Off the record, tentu saja. Belum tentu akan dijawab dokter ybs. kalau beliau ditanya, sudah untung kalau kita (yang nanya) ngga didamprat :p

    Dinny
    Selamat ya, lulus ASI eksklusif 6 bulan! πŸ™‚

    Cron
    Ngga ‘cuma’ sih, karena dengan begitu mereka dapat ‘bermain’ di area ‘abu-abu’, di garis batas yang tipis antara patuh dan melanggar hukum.

    Selain kita wajib mencari tahu, produsen juga sebenarnya wajib untuk bermain sesuai aturan dan tidak memanfaatkan kelengahan konsumen.

    Risa
    Selamat mencoba, mbak Risa (duh saya jadi gak enak disapa ‘ibu’ nih :p ). Semoga Lufi suka susu UHT pilihan mamanya ya πŸ™‚

    Lif
    Nasi goreng? Kalo pake telor, ditambah udang, daging cincang, sayuran (gak sekadar hiasan) dan minumnya susu, gak masalah kali ye hihihi…

    Gak papa mbak, di sini menerima curhat kok πŸ˜‰
    Semoga tetap kompak dengan keluarga ya. Suaminya ikut milis aja mbak, atau baca bananaTalk juga deh hehehe πŸ™‚

    Renee
    Alhamdulillah. Asik dong Aila suka susu UHT, emaknya gak pusing mikirin beli susu mahal πŸ™‚

    Posting di-copy? Boleh πŸ™‚
    Sebenarnya, kalau mau lebih lengkap, mbak bisa lihat di blog mbak Luluk.

    Memang tidak mudah ‘melawan’ dampak dari promosi dan pemasaran susu formula. Sosialisasi susu formula juga akal-akalan produsen susu formula πŸ™‚ Susu yang diseduh air panas? Banyak gizi yang rusak dong?

    Saling dukung saja ya. Yang paling penting adalah bagaimana supaya suami-istri saling mendukung dan melengkapi. Selamat berjuang, bunda Aila. Bagi-bagi cerita buat kami di sini πŸ™‚

  41. Rama

    October 10, 2006 at 2:17 pm

    maaf mba (atau ibu) saya insya ALLAH dalam watu dekat akan menikah, mohon izin mengkopi isi blog ini buat “oleh-oleh” calon istri saya, bisa ga?

  42. Lita

    October 13, 2006 at 2:46 pm

    Rama
    Wah, selamat ya πŸ™‚

    Boleh saja, asalkan tetap disebutkan sumbernya.
    Untuk detilnya (selain penggunaan pribadi dan tidak dipublikasikan), silakan lihat penjelasan mengenai hak cipta yang saya pegang.

  43. renee, bundanya aila

    October 27, 2006 at 12:57 pm

    mba’ lita…uhuk, uhuk, uhuk…aku kembali berkonfrontasi dgn golongan anti UHT :'( sedihnya kali ini yg konfrontir teman kuliah sendiri! berat memang jadi yg ‘lain’. tapi suamiku bilang jangan menyerah, itung2x dakwah…gitu ya mba’???
    mba’, ceritanya aku posting ttg ASI & susu UHT di blogku. mulai dgn artikel para ahli (disebutkan sumbernya, tentu saja), sambil aku belajar. nanti kalo sudah ‘lebih pintar’ kaya’ mba’ lita & mba’ luluk ;D, mungkin aku bikin rangkuman, ulasan, opini,…apapun itu namanya. maksudnya biar teman2x yg nyari artikel ttg topik tsb gak payah2x browsing. banyak yg appreciate, tapi gak sedikit pula yg ‘ngetest’…nasib jadi amatiran πŸ™

  44. mama Abiy

    November 9, 2006 at 3:27 pm

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Dear Mbak Lita….

    Salam kenal,

    Wah artikelnya seru banget. Abiy bayi saya umur 5 bulan kemarin. Sampai dengan hari ini Alhamdulillah masih ASI eksklusif, walo saya bekerja.

    Saya ingin tanya, nanti kalo Abiy udah 6 bulan ke atas MPASI-nya salah satu menunya adalah bubur susu. Saya maunya ssunya tetap ASI aja gimana caranya yah? Soalnya bubur susukan susunya ikut digodok. Apa ASInya gak rusak ya?

    trus, kira-kira kapan ya saya mulai mengajarinya susu tambahan (Pasteurisasi/UHT) ke Abiy. Kalo masalah rasa kayaknya dia ga ada masalah, saya sering icip-icipi dia buah2an (apel puree, jeruk baby, pisang, wortel, dsb) dalam waktu beberapa minggu ini, mau aja tuh, mbak.

    Makasih lho mbak,

    Wassalam
    Mama Abiy

  45. Lita

    November 9, 2006 at 7:59 pm

    Renee
    Ya ya… pemberian susu UHT untuk anak kecil (batita) memang belum umum di masyarakat kita yang lebih akrab dengan susu formula.

    Ngga papa, mbak. Perjuangan jalan terussss…
    Tentu saja kita ngga bisa maksa orang lain seide dengan kita. Ikutan ya monggo, nggak ikutan ya sudah. Mungkin setelah melihat, mendengar, membaca, dan menyaksikan baru mereka akan percaya. Syukur kalau mau ikut melakukannya.

    Lho lho… yang aku lakukan juga ngga jauh beda sama mbak Renee kok. Ngumpulin data, dicerna, disalin, ditambahkan opini pribadi. Ngga pinter-pinter amat.

    Kalau sudah sering, lama-lama kan hafal juga dan kelihatan pinter hihihi… Ya tentu saja kalau dialami sendiri atau punya kesempatan untuk diskusi langsung dengan ahlinya akan lebih ‘menggigit’ tulisannya.

    Amatir ngga amatir, yang penting berbagi. Betul begitu? πŸ˜€
    Yang semangat ya, mbak Renee.

    Mama Abiy
    Salam kenal juga, mbak Baity.

    Mbak, kalau sudah dikenalkan makanan lain (walaupun icip-icip rasa doang), namanya bukan ASI eksklusif lagi dong ya πŸ™‚
    ASI eksklusif adalah hanya ASI, bahkan air putih pun tidak. Ya sudah, bukan ini yang dibahas.

    Kalau hanya menggunakan ASI, ya memang ASInya jadi ikut direbus. Rusak? Ya rusak juga, mungkin tidak seluruhnya. Kalau mau pakai cara lain, pakai air saja dan dibuat agak kental. Jika sudah akan diberikan untuk Abiy, baru dicampur ASI. Dihangatkan dulu juga kali ya, biar klop (kan buburnya anget hehe…).

    Sampai dengan usia satu tahun, bayi hanya boleh diberi ASI atau susu formula saja, bukan susu yang lain. Nanti kenalan sama susu pasteurisasi/UHTnya kalau sudah umur setahun.

    Yang plain aja ya, yang full cream. Kecuali punya masalah kegemukan, susu low fat nanti saja kalau sudah 2 tahun. Tergantung anaknya juga sih ya, ada yang ngga suka low fat. Kalau begini, kurangi asupan lemak dari makanan supaya total lemak harian tidak bertambah.

    *Total kebutuhan kalori sehari-hari dicari sendiri ya, mbak. Saya tidak punya tulisannya di sini :)*

    Semoga membantu, mama Abiy.

  46. mama Abiy

    November 15, 2006 at 3:33 pm

    Makasih mbak….

    Hehehe, iyaya.. udah bukan ASI eksklusif. Abis ga tega liat mukanya yang memelas, mata yang penuh harap, bibir yang diisep-isep kalo liat orang lain maem.

    Oke mbak..
    makasih infonya.
    maaf baru buka blog mbak lita lagi.
    jadi baru balas sekarang.

    Wassalam

  47. Hanny

    November 21, 2006 at 3:02 pm

    salam kenal mba lita πŸ™‚
    wah seneng banget bisa ktemu blog mba n baca2 artikel mba yg bagus2 ini. sayah jg lagi persiapan mental utk memberikan ASI exclusive nanti, skarang saya lagi hamil 8 bulan. Well… kadang saya yakin seyakin2nya klo saya mampu, tapi kadang brubah lagi.. Masih ada rasa kawatir klo awal2 nanti ga mau kluar ASI nya, dan konsistensi saya pd saat saya kembali bekerja. Hehehe.

    Mungkin mba ada tips utk selalu tetep konsisten dalam kurun waktu minimal 6 bulan itu supaya sukses ASI exclusive nya utk ibu bekerja ?

    Thanks yah mba.. πŸ™‚
    salam, hanny

  48. ira

    November 21, 2006 at 5:01 pm

    di link ya…
    (oh ya, salam kenal… ini ira, ibu dari anak usia 5,5 bulan yang udah kenal susu formula. alhamdulillah gak banyak…)

  49. Lita

    November 21, 2006 at 11:19 pm

    Hanny
    Salam kenal juga, mbak Hanny.

    Khawatir pasti ada ya, namanya juga manusia, apalagi ibu-ibu (hihi… kaya ibu itu galur manusia jenis lain aja). Pokoknya, percaya diri aja, asupan nutrisi diperbaiki, dan bekal ilmu ditambah terus πŸ™‚

    ASI ngga langsung keluar di jam-jam pertama setelah melahirkan itu wajar lho, jadi jangan lupa ingatkan petugas medis yang menangani kelahiran kalau mbak mau early latch on dan memberi ASI eksklusif ya.

    Waks, tips buat ibu bekerja ya? Berhubung saya ibu rumahan, jadi tipsnya berdasarkan pengalaman ibu-ibu lain aja ya πŸ™‚

    1. Nikmati aja.
    Stres di pekerjaan pasti ada dan mungkin berpengaruh pada produksi ASI. Apalagi capek setelah bekerja seharian. Tapi begitu ASI nampak agak berkurang, jangan dijadikan beban pikiran, karena buntutnya adalah ASI yang MAKIN berkurang.

    2. Belajar memerah ASI dengan benar dan nyaman.
    Pakai pompa mesin atau pompa manual memang bisa, tapi -katanya- kalau memerah pakai tangan hasilnya lebih optimal. Selain praktis (tidak memerlukan sterilisasi segala macem, cukup cuci tangan dengan cermat dan botol susu yang steril), payudara bisa benar-benar ‘dikosongkan’.

    3. Menyiapkan penyimpan ASI perah di kantor dan selama di perjalanan.
    Kalau di kantor ada kulkas, bisa dimanfaatkan. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana membawa ASI hasil perahan di kantor ke rumah supaya tidak rusak. Kebanyakan ibu membawa coolbox. Ya memang agak repot. Hebat ya mereka πŸ™‚

    4. Menyiapkan wadah penyimpan ASI.
    Mau botol kaca, botol plastik atau kantung plastik disposable khusus, yang pasti harus steril dan memudahkan pemakaian.

    5. Pelajari tatacara penyimpanan ASI.
    Bagaimana menyimpan ASI perah yang baik, berapa lama ASI perah dapat bertahan, bagaimana memperlakukan ASI dingin/beku sebelum diberikan ke bayi, dll.

    6. Siapkan ruangan untuk memerah ASI di kantor, jika memungkinkan.
    Beberapa ibu yang beruntung mendapat fasilitas ruang laktasi dari perusahaan. Sedangkan ibu lain gigih berjuang walau hanya ‘punya’ toilet. Dan segolongan ibu berkesempatan ‘membajak’ ruang pertemuan selama istirahat siang atau saat tidak dipakai. Lebih seru kalau punya teman yang juga menyusui ya πŸ™‚

    7. Persiapkan anggota keluarga yang lain untuk turut mendukung.
    Baby-sitter, asisten, suami, kakak, ibu, siapa saja yang ada di rumah dan akan mengasuh bayi secara langsung/tidak langsung. Paling penting, tentu saja dukungan suami. Moral, fisik, dan finansial tentunya (coolbox kan gak gratis yak hihihi…)

    8. Konsisten.
    Gigih, keukeuh, ngotot, apapun lah, pokoknya ASI eksklusif layak diperjuangkan πŸ™‚

    9. Kalau ada masalah, jangan ragu untuk bertanya.
    Ke ibu lain yang juga punya masalah sama (dan sukses mengatasinya), ke teman dekat, ke suami, ke dokter, ke Google… :mrgreen:

    10. dan lain-lain.
    Halo para ibu bekerja, ikutan sumbang tips dong!

    Semoga membantu ya, mbak Hanny.

    Ira
    Silakan mbak Ira. Terimakasih ya.

  50. mama Abiy

    November 23, 2006 at 3:59 pm

    Mbak Lita, memang top. penjelasannya lengkap.

    Boleh nambahin kan? berdasarkan pengalaman pribadi.

    Persiapan pertama saya,…
    Mencari tempat tinggal yang dekat dengan kantor. Alhamdulillah jam istirahat bisa pulang sebentar πŸ™‚ hehe….

    Kedua
    Setelah masuk kantor kembali (masa cuti habis). Langsung lapor atasan, dan minta dispensasi untuk bisa pulang di jam istirahat

    (mungkin kalo semua kantor di Indonesia sudah menyiapkan tempat penitipan bayi, syarat yang pertama dan kedua ini bisa diabaikan)

    Persiapan selanjutnya, sama seperti yang mbak lita sampaikan, truss ditambah:

    Sebelum cuti habis, latihan memerah ASI. Saya sedia pompa manual, tapi memang benar kata mbak lita, perah dengan tangan lebih afdol.

    Pompa tetap sangat membantu, disaat-saat si Abiy sedang mimi ASI (sambil dipangku) ASI yang sebelah bisa ikut diperah (kalo pake tangan lebih sulit)
    ASI akan lebih mudah keluar jika sebelahnya diisep si Abiy, kayak bejana berhubungan (memang iya ya mbak?). Cuma saya harus ekstra pengawasan, apalagi sekarang Abiy sudah penasaran pengen ikut bantuin mompa, takut kejepit. hehehe…

    Sedia botol sebanyaknya (bener kata mbak lita, dukungan financial dari suami). Saya sedia 8 botol. ASI saya simpan di botol per 60 mL (setengahnya dari botol standar). Hal ini saya lakukan unduk menghindari kerusakan ASI. Kalo penuh-penuh, sebelum habis kadang Abiy kekenyangan, so sisanya terbuang (sudah ga layak untuk Abiy, takut udah rusak).

    Jam-jam perah saya kira-kira: jam 6 pagi sebelum berangkat, jam 11 siang (karena pulang saya perah di rumah, ga di (maaf) toilet kantor), jam 4 sore (pulang kantor), jam 7 malam, jam 11 malam, dan jam 3 pagi.
    Pokoknya perah terus selagi bisa, tapi Abiy tetap bisa mimi langsung lho!!
    saya pegang prinsip ASI, semakin sering di keluarkan, semakin banyak diisi gudangnya. Sya lupa baca dimana: kutipannya “ASI itu kayak menuang ceret yang terus diisi, jadi ga pernah abis”.

    Gitcuu mbak….
    mudah-mudahan sedikit membantu.

    Good luck mbak Hany.

  51. Ketty

    November 23, 2006 at 6:57 pm

    Tambahan buat Hanny, ini tips dari tetangga yang sukses (kalau saya sih gagal, he3). Mulai menyimpan ASI di freezer sejak bulan pertama bayi, yaitu setelah kolostrum habis dan ASInya sudah berwarna putih susu. Minimal stok sudah ada untuk 1 bulan (buat jaga2 kalau ASI kurang setelah kerja). Dijamin freezernya penuh buanget. Kalau perlu pinjam freezer ortu dan mertua.

  52. Dini

    January 9, 2007 at 9:41 am

    Hebat… hebat…
    Bener-bener bikin geleng geleng kepala sambil ngacungin empat jempol πŸ˜€

  53. Lita

    January 10, 2007 at 10:45 pm

    Mama Abiy
    Yee, ini mah mbantuinnya banyak, bukan sedikit πŸ˜€
    Makasih ya, bunda.

    Ketty
    Wah iya tuh. Bikin stok. Sip!
    Kalo freezer kepenuhan, bisa ditawarkan ke ibu lain yang butuh lho πŸ™‚

    Banyak yang mbantuin mbak Hanny nih! Yang semangat ya, mbak! πŸ™‚

    Dini
    Terimakasih, mbak Dini.
    Kalo 4 jempol, berarti lagi duduk ya? Kasihan yang lihat, lho :mrgreen:

  54. tere

    February 15, 2007 at 2:17 pm

    wah ngomong-ngomong soal asi. saya mau berbagi pengalaman yg mungkin membuat ibu-ibu yg kurang gigih dlm usaha menyusui putra-putrinya berpikir berulang-ulang sebelum langsung memberi susu formula kepada mereka.
    saya ibu dr seorang putri 2 thn 2 bln yg sampai sekarang masih memberikan asi ketika di rumah. saat sy di kantor si kecil minum susu formula yg harganya gak sampe 50 rb per 800 grnya. si kecil baru diberi susu itu ketika dia umur 1 thn. itu juga krn saya masuk rumah sakit krn demam berdarah 10 hari. trombosit saya tinggal 4000. tp tuhan masih menginginkan saya merawat si kecil sampai sekarang. ajaibnya sepulang dr rumah sakit si kecil tetap masih mau menyusu spt biasa sampai sekarang. sy sangat bersyukur krn bisa memerah asi di kantor sampai si kecil umur 1 thn. hasilnya ??? luar biasa. si kecil jarang sakit, saya sekeluarga flu berat dia tidak tertular. selama ini jg baru berkunjung ke dokter anak 1 kali karena alergi kulit (telur).si kecil sekarang susah pinter ngomong (cerewet spt ibunya), mau makan apa saja. sayur, tahu, tempe, ikan, ayam, daging, buah kecuali telur. beratnya 18 kilo. saya sempet kawatir kalo kegemukan tp dsa nya bilang masih wajar soalnya geraknya juga aktif sekali.
    nah sekarang saya minta saran bagaimana cara menyapih yg baik dan tidak menimbulkan trauma pada si kecil ??? ada saran mbak ??? saya berencana mau sekolah lg nih.ketika saya di rumah mau belajar susah kalo si kecil masih nyari “nenen” terus walaupun saya tahu itu cuma bentuk cari perhatian bukan karena haus. ada yg punya resep ???
    thanks a lot buat perhatiannya

  55. tere

    February 15, 2007 at 2:26 pm

    wah ngomong-ngomong soal asi. Saya mau berbagi pengalaman yg mungkin membuat ibu-ibu yg kurang gigih dlm usaha menyusui putra-putrinya berpikir berulang-ulang sebelum langsung memberi susu formula kepada mereka.
    Saya ibu dr seorang putri 2 thn 2 bln yg sampai sekarang masih memberikan asi ketika di rumah. Saat sy di kantor si kecil minum susu formula yg harganya gak sampe 50 rb per 800 grnya. Si kecil baru diberi susu itu ketika dia umur 1 thn. Itu juga krn saya masuk rumah sakit krn demam berdarah 10 hari. Trombosit saya tinggal 4000. Tp tuhan masih menginginkan saya merawat si kecil sampai sekarang. Ajaibnya sepulang dr rumah sakit si kecil tetap masih mau menyusu spt biasa sampai sekarang. Sy sangat bersyukur krn bisa memerah asi di kantor sampai si kecil umur 1 thn. Hasilnya ??? luar biasa. Si kecil jarang sakit, saya sekeluarga flu berat dia tidak tertular. Selama ini jg baru berkunjung ke dokter anak 1 kali karena alergi kulit (telur).Si kecil sekarang sudah pinter ngomong (cerewet spt ibunya), mau makan apa saja. sayur, tahu, tempe, ikan, ayam, daging, buah kecuali telur. beratnya 18 kilo. Saya sempet kawatir kalo kegemukan tp dsa nya bilang masih wajar soalnya geraknya juga aktif sekali.
    Nah sekarang saya minta saran bagaimana cara menyapih yg baik dan tidak menimbulkan trauma pada si kecil ??? Ada saran mbak ??? Saya berencana mau sekolah lg nih.Ketika saya di rumah mau belajar susah kalo si kecil masih nyari “nenen” terus walaupun saya tahu itu cuma bentuk cari perhatian bukan karena haus. Ada yg punya resep ???
    Thanks a lot buat perhatiannya

  56. Lita

    February 20, 2007 at 11:16 pm

    Tere
    Keputusan ibu untuk memberi susu formula kan tidak selalu karena kurang gigih berusaha menyusui kan ya, bu Ò˜º Banyak lho ibu yang ingin sekali memberi ASI namun tak berdaya karena tubuhnya Γ’β‚¬ΛœmenolakÒ€ℒ (karena kelainan atau sebab lainnya), kemudian menjadi sedih karena seolah Γ’β‚¬ΛœdipojokkanÒ€ℒ, dianggap malas, kurang berusaha, atau tidak sayang anak.

    ASI juga tidak membuat anak menjadi super, tidak pernah sakit, jenius, dan segala keutamaan yang diimpikan ibu. Kesehatan dan kecerdasan si kecil juga banyak ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungannya.

    Orangtua yang cerdas dan banyak memberi stimulasi sejak dini pada anak tentu akan menjadi awal yang baik bagi perkembangan kecerdasan anak. Dengan begini, selain genetik, kecerdasan anak juga akan lebih berkembang akibat rangsangan yang Γ’β‚¬Λœtepat gunaÒ€ℒ dan Γ’β‚¬Λœtepat waktuÒ€ℒ. Dan orangtua yang kurang tanggap terhadap perannya dalam membangun kecerdasan anak dapat Γ’β‚¬ΛœmenghasilkanÒ€ℒ anak dengan kemampuan yang kurang optimal (relatif terhadap orangtua yang disebutkan lebih awal tadi). Tentu saja keadaannya tidak selalu demikian. Dalam kondisi tertentu, anak yang sangat mandiri bisa saja menampilkan kecerdasan dengan Γ’β‚¬ΛœtenagaÒ€ℒnya sendiri tanpa banyak bantuan dari orangtua.

    Tentu saja, cerita pengalaman ibu akan menjadi dorongan yang baik sekali agar para ibu yang memang mampu menyusui untuk lebih optimis dan pantang menyerah dalam memberikan yang terbaik bagi si kecil. ASI layak diperjuangkan, dengan alasan apapun.

    Soal menyapih, saya juga kurang berpengalaman, bu. Anak pertama saya gagal ASI eksklusif dan usia 6 bulan sudah lepas samasekali dari ASI (sehingga tidak ada kesulitan sama sekali dalam penyapihan karena sejak lahir sudah kenal dot). Sedangkan anak kedua (16 bulan) sampai saat ini masih mendapat ASI.
    Saat ini, yang saya lakukan adalah menambah porsi makan (besar dan camilan) serta porsi susu sapinya secara bertahap. Dengan harapan, porsi menyusunya akan berkurang. Kalau sudah kenyang, biasanya dia tidak minta menyusu kecuali sangat mengantuk DAN saya ada di dekatnya (kalau tidak ada saya, toh dia mau juga tidur setelah minum susu sapi dari gelasnya).

    Rata-rata anak kecil memang begitu, ya. Kalau ada ya minta. Kalau tidak ada ya tidak dicari. Kalau lihat ibu, maunya ya menyusu. Karena itu sekarang saya Γ’β‚¬ΛœmemberdayakanÒ€ℒ asisten untuk mengajak si bungsu bermain (dengan teman-teman sebayanya), supaya sibuk sendiri dan Γ’β‚¬ΛœmelupakanÒ€ℒ saya sehingga lupa menyusu juga.

    Kalau dari sharing teman di milis, yang paling baik adalah dengan tidak memaksakan, apapun caranya (mengoleskan cairan pahit di puting, misalnya). Jika anak berkehendak untuk menyapih diri sendiri (kemauan untuk berhenti menyusu muncul dari dirinya), tentu akan jauh lebih mudah.

    Semoga membantu ya, bu Tere. Terimakasih atas sharingnya.

  57. ika aryani

    March 3, 2007 at 4:09 pm

    waaa…mba lita, udah lama ga ketemu! apa kabar sekarang? gmn kbr Ibrahim. Eh,msh inget aku kan mb? kita tetangga gedung kuliahnya lho..mba di tekim, aku di Bio. miss u πŸ™‚

  58. Indah

    March 12, 2007 at 8:27 am

    Hi Lita…salam kenal…
    maaf yah, mungkin agak telat kasih commentnya, karena baru baca….
    terus terang, anak saya lahir dengan vacum, dan saya memberikan asi saat dia lahir…dan tidak ada masalah sama sekali. Kebetulan kami tinggal di Sydney, Australia dan baru melahirkan anak ke 2…disini, semua dokter menganjurkan ASI eksklusif lho…(kebanyakan bule ogah kasih ASI karena bisa merusak penampilan??!)…mangkanya saya kesel baca artikel di atas…kok tega ya…suster2 itu encourage ibu2 untuk pake formula….Anak kedua saya lahir berat 2.8 kg, 2 bulan beratnya 6.2kg – karena saya mix dengan formula. Dan dokter merekomendasikan saya untuk stop formula, karena ASI sudah cukup. Sebelumnya saya pikir ASI saya tidak cukup banyak. Dokter saya bilang, semahal apapun susu formula tidak ada yang selengkap ASI…jadi ngga usah kemakan iklan deh…kecuali, kalau ASInya tidak cukup banyak atau ngga keluar….yang jelas, disini setiap pergantian cuaca dari summer ke winter atau sebaliknya, anak pertama saya (5 tahun) jarang sakit, dibanding sobatnya yang bule karena diberi formula sejak bayi….mmh,…survey membuktikan….
    besides….saya kerja di bagian marketing, dan pastinya slogan2 canggih tentang keunggulan produk belum tentu tebukti…..thanks

  59. Josephine Laimana

    March 22, 2007 at 9:43 am

    Anak pertama saya kebetulan juga lahir di Sydney, juga lahir dengan jalan di vacuum. Bidan2 & doctor disana memang sangat mendukung ASI, jd sejak lahir anak saya tidak pernah merasakan susu formula, selain menolak memakai dot, dia jg menolak susu formula sama sekali. Jadilah saya menyusui dia sampai dengan 13 bulan tanpa campur susu formula, full ASI. Tidak ada masalah dengan kepalanya yg agak lonjong, dokter2 disana tidak melarang saya untuk tidak mengangkat2 anak saya karena trauma vacuum, saya bebas menyusui anak saya, dan memang kepala anak saya kembali bundar setelah bbrp waktu secara natural. Awalnya saya merasa agak susah karena kemana2 hrs membawa bayi saya. Tp sekarang saya sangat2 merasakan manfaatnya. Waktu umur 2 bulan, bayi saya bawa pulang ke Surabaya. Sampe umur 2 tahun sekarang, dia sangat2 jarang sakit, terutama selama ASI, dia tidak pernah sakit, selepas ASI pernah sakit tapi hanya 3 kali, tp yg parah sampai hrs ke dokter dan hrs meng-konsumsi puyer hanya 1x. Sedangkan saya perhatikan keponakan saya yg se-umur, yg meng-konsumsi formula, sebentar2 sakit, dan sering alergi, begitu jg anak teman saya yg bolak balik meng-konsumsi obat dan susu formula khusus, krn anaknya alergi dan sering sakit. Kalo misalnya saya terkena pilek, dengan menyusuinya, anak saya jadi anti pilek, karena di dlm kandungan ASI terdapat anti pilek bila si ibu menderita pilek. Pokoknya buat saya ASI itu adalah cairan hidup yg ajaib & sangat natural dan sangat baik utk bayi kita, belum ada susu formula yg bisa sesempurna & menggantikan ASI.

  60. Siska Junivkhodd

    April 25, 2007 at 10:53 am

    Waktu anak pertamaku lahir setahun yang lalu, aku berupaya untuk memberikan asi ekslusif… tapi, aku hanya bisa memberikan asi eksklusif hanya sampai Dhira berumur 4 bulan… selebihnya ya.. susu formula… Aku dan papanya cari susu formula yang kandungan gizinya bagus, tapi untungnya dia bisa saja menerima susu formula tanpa mencret atau diare…. Dan juga walau minum ASI nya cuma sampai 4 bulan, dhira ga pernah sakit… Benar lho, ASI itu banyak mengandung vitamin dan sangat alami untuk kekebalan tubuhnya.. Sampai sekarang pun dia ga pernah sakit lho… hanya sakit pilek ringan saja, itupun ga lebih dari 5 hitungan jari… Sekarang dia jadi tumbuh tinggi dan agak sedikit gemuk…

  61. hitri

    April 28, 2007 at 10:13 pm

    Lita, benar sekali untuk bisa ASI eksklusif , ibu memang harus gigih. Pengalaman saya waktu baru melahirkan juga mengajarkan perlunya kegigihan. Melahirkan anak dengan opearsi caesar di negeri orang tanpa sanak saudara yang bis a mengajarkan teknik menyusui bukanlah hal yang mudah. Alhamdulillah berkat usaha super keras, rajin baca buku, akhirnya saya bisa menyusui anak dengan ASI sampai 2 tahun. Tapi, aneh sekali pihak medis di Indonesia ya? Kok bisa bisanya mempromosikan susu formula pada ibu ibu? Padahal telah jelas secara medis, ASI itu the best tak bisa digantikan oleh susu formula semahal apapun, karena ASI mengandung zat imun yg penting buat bayi.

    Hidup ASI……

    Wassalam
    Hitri tk 97, masih ingat? Lita TK 98 kan?

    1. Lita

      April 28, 2007 at 10:20 pm

      Inget, mbak. Iya bener ini Lita yang itu πŸ˜‰
      Soal kok bisa-bisanya, wah… konon negeri ini memang serba bisa, mbak.
      Tongkat kayu ditanam bisa tumbuh (waks, lagu jadul) πŸ˜€
      Soal aneh, wah… segala aneh ada deh di sini.
      Ya itu, ASI bisa disuruh disetop dan diganti susu formula. Katanya ASInya udah ngga ber’isi’. Super aneh.

  62. Besta Rahma Frizdew,S.Pd

    May 20, 2007 at 5:42 pm

    syukron ya mba lita….. aku mamanya Ghazy Al-Ghifari Sabeda dari pekanbaru…. Senenggg… bgt bisa baca artikel yang mba lita terbitkan karena sangat bermanfaat bagi kami… Alhamdulillah Ghazy ga’ pake Susu Formula, tapi sepenuhnya minum susu ASI……

  63. aione

    June 23, 2007 at 11:49 am

    mbak lita… makasih banyak atas tulisan-tulisannya, aku jadi lebih yakin sama pilihan aku untuk ngasih anakku ASI, dulu aku sempet ngarasa frustasi karena anakku gak mau minum susu pake dot ditambah lagi dia tidak suka susu formula, tambah frustasi lagi ketika aku coba berbagi cerita sama temen ataupun kerabat bukan dukungan yg aku terima, malah mengatakan anakku aneh karena gak suka susu formula (sedih banget dech dengernya) tapi alhamdulilah aku punya suami yang sangaaat baik, dialah yang terus mendukung aku untuk jadi ibu seutuhnya ( walaupun aku juga bekerja)satu kalimat dia yang membuat aku menyesali telah memaksa bayiku untuk minum susu formula dan bayiku tetap menolak, suamiku bilang,” bunda bukankan menyusui adalah kewajiban seorang ibu? dan bukankah itu juga merupakan hak anak kita untuk menyusu dari ibunya? kenapa bunda mau meninggalkan kewajiban padahal bunda mampu menunaikannya? sejak saat itu aku berjanji untuk terus memberikan asi nutuk bayiku walaupun aku harus tetap bekerja, alhamdulilah allah memudahkan semuanya, dalam kondisi apapun aku tetap memberinya asi sampai saat ini, dan makasih banget sama mbak lita yang juga sangat membantu aku dengan tulisannya, makasih mba…

  64. winny

    June 23, 2007 at 4:47 pm

    Assalamu’alaikum mbak lita, lam kenal ya! aku mau curhat πŸ™‚ anakku umur 1,5 thn dan hanya dapet asi kira2 1 minggu aja, itu pun dengan susah payah πŸ™ asi ku ga keluar mbak mugkin karena semasa hamil bukannya naik BB malah turun 7 kg dan sempat dirawat selama 1 mg. Berat lahir anakku 25kg, alhamdulilah sekarang 9,7 kg. Yang mau aku tanyain kalau nanti aku dipercaya lagi u/ punya anak apa bisa ya kasih asi ekslusif,soalnya aku agak ragu sama diriku sendiri mbak takut seperti anak pertama kemarin. Trus fikri (anakku) sekarang masih pake susu formula kalau diganti UHT apa ga akan mencret (maaf…)???? dan kebetulan fikri bosenan, jd aku harus putar otak u/ menu makanannya. Saran mbak lita gmana???? pleasee????

  65. ira

    June 26, 2007 at 12:40 pm

    mba winny, ikut nimbrung ya…
    insya Allah bisa kok mba, buat asi eksklusif. Asal mba selama hamil juga jaga asupan gizi yang seimbang. trus kalo menjelang lahiran, sering urut payudara. udah gitu yang paling penting TETAP PD kalo Allah udah titipin rezeki anak kita yang baru lahir itu lewat ASI kita. Jadi pasti cukup…!!!!
    kalo anak yang pertama, digantinya pelan-pelan aja. campur dulu juga gak apa-apa. sampe akhirnya seratus persen UHT. Lagian Mba, sebenernya kalo makanannya cukup, susu juga gak usah terlalu diumbar kali ya. Anakku, baru 13 bulan, minum susu UHT sehari paling sekali. buat ganjelan aja… cause, dia udah makan apa yang kita makan. ngembilnya aja sayur rebus, makan keju, yoghurt…. jadi susu mah buat iseng doank. Aku sengaja gak mau bikin anakku maniak susu yang bikin dia ogah makan.

  66. Lita

    June 26, 2007 at 2:26 pm

    Besta
    Alhamdulillah. Mendapat yang terbaik, pasti kelak Ghazy sangat bangga pada bundanya. Semoga diteruskan ke generasi selanjutnya πŸ™‚
    Sama-sama, saya juga senang lho tulisan saya dibaca. Terimakasih πŸ™‚

    Aione
    Hehehe… aneh kan karena tidak biasa, ya. Banyak lho bayi yang tidak suka susu formula, entah karena baru pertama kali merasakan, atau sudah percobaan ke berapa kali dan memang tidak mau saja. Ngga aneh kok, jamak πŸ™‚

    Yaaay… suami yang hebat! Boleh tuh dipromosikan sebagai breastfeeding father yang sukses, mbak πŸ™‚ Dukungan suami memang yang paling penting setelah tekad dan keinginan ibu sendiri untuk memberikan ASI eksklusif.
    Kami ikut senang ya, mbak. Senang juga bisa membantu mengurangi frustasi. Terimakasih kembali πŸ™‚

    Winny
    ‘Alaykum salam, mbak Winny.
    Pengalaman pertama ‘gagal’ ASI eksklusif bukan ‘jaminan’ di kelahiran selanjutnya akan gagal lagi kok, mbak. Banyak kejadian ketika ibu tidak berhasil memberikan ASI di satu kelahiran, sedangkan di kelahiran selanjutnya bisa ASI eksklusif 6 bulan dan lanjut sampai 2 tahun.
    Jangan ragu dulu. Usahakan saja semua yang terbaik. Siapkan ilmu, persiapkan mental, persiapkan diri, suami, dan keluarga. Minta dukungan mereka. Kalau aku bisa, mbak juga insya Allah bisa πŸ™‚

    Fikri kan sudah 1,5 tahun ya, jadi seharusnya sudah bisa minum susu wholemilk. Coba saja dulu dalam porsi kecil (50 mL), lihat reaksinya. Dua hari kemudian tambah lagi, terus sampai seluruh porsi susu formulanya tergantikan.
    Pelan-pelan saja.

    Kalau langsung dalam porsi besar, ada kemungkinan diare ringan. Porsi kecil pun tidak berarti tidak akan ada reaksi. Bisa saja pupnya jadi lebih lembek dari biasanya. Ini normal kok, seperti kita mencoba makanan baru saja πŸ™‚ Tak perlu khawatir, biasanya ini akan hilang setelah pencernaan terbiasa kok.
    Selamat mencoba, ya.

    Ira
    Makasih mbak, udah bantuin heheheh…
    Masukin URL-nya kelewat semangat tuh πŸ˜‰

  67. aione

    July 9, 2007 at 11:07 am

    Assalamualaikum Mb lita, o ya bener banget mb tekad dan keinginan itu penting banget, mungkin dulu aku ngerasa frustasi karena tekad aku enggak begitu kuat karena jujur aja, aku sempet merasa gengsi jika harus ngasih ASI (karena aku ngerasa sebagai wanita pekerja dengan penghasilan yang cukup untuk membelikan susu formula yang mahal sekalipun) sombong, bodoh dan picik banget yach mb jalan pikiran ku waktu itu, sekarang aku nyeseeeel banget pernah punya pikiran sepeti itu. o ya Mb Lita, anakku sekarang 6 bulan 10hari, sudah mulai aku kenalkan dengan makanan (bubur susu dan buah) tapi aku tetap ngasih ASI

  68. osinaga

    July 17, 2007 at 9:48 am

    wah.wah.hebat nian mbak lita ini sampe masuk majalah segala :)ngomong2 soal ASI, anak saya yg baru lahir bulan lalu sampai hari ini masih ASI eksklusif. tp berhubung karna istri akan kembali bekerja nanti (setelah cuti 2bulan) maka saya dan istri jadi agak bingung juga gimana nanti kalo istri saya udah balik kerja lagi. soalnya kalo dipompa ASInya keluar dikit doang. kalo pake susu formula takut anaknya ketagihan trus males ASI dan efek ikutannya malah ASInya berhenti.. ada saran mbak lita?

    1. Lita

      July 20, 2007 at 10:10 pm

      Dear mas Osinaga,
      Kebetulan aja nemu blog ini, katanya hehehe…
      Saran saya, jangan jadikan susu formula sebagai solusi ‘depan’. Mas sudah benar.
      Saran lainnya, teruskan memompanya. Berdasarkan pengalaman pribadi, hasil perahan awal-awal memang tidak langsung banyak.
      Setelah terbiasa dan dijaga dalam kondisi santai/hati tenang, lama-lama meningkat juga.

      Coba diperiksa kembali bagaimana teknik memompanya. Mungkin ada yang kurang pas.
      Atau sudah mencoba memerah dengan tangan? Sebagian teman bilang memompa dengan tangan memberi hasil yang lebih banyak.
      Link ini juga layak ditandangi untuk mengecek bahwa ‘semua baik-baik saja’:
      * CanÒ€ℒt get enough pumped milk: http://breastfeeding.com/helpme/helpme_tips_pump2.html
      * Pumping, but not enough: http://breastfeeding.com/helpme/helpme_asklc_ans99.html
      * Is my baby getting enough milk?: http://breastfeeding.com/all_about/faq_baby_enough.html
      * Is pumping affecting my supply?: http://breastfeeding.com/all_about/lawrence_anwers3.html#pump

      Atau bergabung saja dengan support group ibu menyusui di milis ASI for baby: http://health.groups.yahoo.com/group/asiforbaby/
      Masalah seperti yang mas ceritakan ini sudah jadi topik laris. Dijamin banyak yang bisa membantu.
      Ada para breastfeeding father juga lho di sana, jadi jangan khawatir kalau mas mau ikutan nimbrung πŸ™‚

      Semoga membantu.

  69. filink

    August 7, 2007 at 6:03 pm

    Assalamualaikum Mb lita,

    Aku terpaksa memberikan susu formula buat anakku dari dhimas berusia 2 minggu kerna pasca melahirkan aku sempet stress berat akibat perubahan lifestyle for being a mother. Selain stress akibat pergeseran lifestyle, selama 2 minggu itu aku isi dengan nangis dan nangis karena ASI-ku bukannya bertambah banyak (padahal tiap hari makan katuk en moloko) malah tambah dikit dan lama kelamaan abis dan karena itu aku ngerasa bukan jadi ibu yang seutuhnya buat anak-ku. Sampai sekarangpun, rasanya aku masih iri sekaligus dengki :l dengan ibu2 yang bisa memberikan ASI ke anak-nya.
    Tapi syukur Alhamdullilah, dengan mbaca komentar2 diatas aku jadi pede, bahwa aku masih ada kesempatan buat ngasih ASI ke anak-ku yg berikutnya…mudah2an bisa ya mbak (amiiiiiiinnnnnn)
    BTW Aku baca di artikel mbak mengenai laktasi, apa mungkin aku bisa memberikan ASI lagi ke dhimas mengingat aku udah gak kasih ASI sekitar 4 bulan-an?

    Mohon jawabannya ya mbak….

    1. Lita

      September 1, 2007 at 9:24 am

      ‘Alaykum salam.
      Bunda sempat kena baby blues, ya? πŸ™‚
      Kalau stres ya tentu saja ASI mudah sekali berkurang, karena ‘hormon bahagia’ yang memperlancar pengeluaran ASI terhambat oleh emosi yang dirasakan.
      Iri wajar ya, tapi kalau dengki jangan sampai dong, bunda hehehehe… atau mau balas dendam? Punya anak lagi supaya bisa memberi ASI eksklusif? hehehe…

      Bisa, mbak, walau dengan perjuangan yang tidak bisa dibilang mudah.
      Mbak juga akan butuh konsultasi ke klinik laktasi atau langsung dengan konselor laktasi -kalau ada yang dikenal.
      Bisa, bisa, bisa, sebab awalnya mbak dulu sudah memproduksi ASI, walau kemudian menyusut dan akhirnya berhenti.

      Selamat berjuang, mbak.
      Maaf baru saya tanggapi sekarang.

  70. abu Anas

    August 29, 2007 at 11:26 am

    Ass. wr. wb.

    Menarik sekali membaca artikel m’lita. Syaa dan istri juga sependapat bahawa ASI adalah yang terbaik. Anak kami anas lahir melalui SC karena ibunya pernah mengalami operasi jantung, sehingga dokter jantungnya menyarankan untuk SC. Karena kondisi istri yang pemulihan diruang ICU selama 2 hari, anas sempat mendapatkan 10 ml Susu formula dari RS dengan prosedur amat ketat (terima kasih untuk rumah sakit ini) dimana saya harus menanda-tangani beberapa lembar surat pernyataan. Alhamdulillah, saat itu kami ketahui bahwa anas alergi terhadap susu formula biasa. Dan sejak itu ibunya kembali dari ICU dia mendapat ASI eksklusif, walaupun orang tua menyarankan untuk menambahkan susu formula karena mereka membandingkan dengan bayi-bayi tetangga. Lalu kami dengan gigi memberi alasan seperti : susu anas mesti HA yang harganya mahal (80rb per 400 gr), umi nya mau ASi ekslusif (dibuktikan dengan memerah susu dikantor), sampai-sampai secara tegas saya bilang jika masih ingin susu formula-kami lebih baik pindah rumah.

    Namun ujian datang lagi saat ini ketika anas berumur 3,5 bulan, uminya terserang varisela (cacar air…maaf kalau salah tulis), dan sudah hampir 2 minggu anas minum susu formula yang HA (karena uminya harus di isolasi di rumah sakit), untungnya anas bisa terima.

    Yang ingin saya tanyakan ke m’lita adalah…
    kenapa ya faesesnya anas jadi hijau kehitaman dan lebih “beraroma” ketimbang dia minum ASI.
    Pipisnya juga lebih kuning
    Apakah nanti ketika ibunya sehat, anas masih mau menyusu?….bagaimana caranya agar anas tidak “lupa” dg asi uminya ?
    Kemarin ada yang bilang, air tajin justru lebih baik dari susu formula, apakah benar ?

    terima kasih

    wass.

    1. Lita

      September 1, 2007 at 9:12 am

      ‘Alaykum salam, ayah Anas.
      Bravo, bunda Anas, atas kegigihannya menyusui dan memberikan ASI eksklusif.
      Pastinya tidak mudah untuk tidak menghiraukan anjuran susu formula, apalagi ‘nasihat’ tersebut datangnya dari keluarga sendiri.

      Feses cenderung hijau berarti bayi terlalu banyak asupan laktosa (gula susu), yang dapat terjadi jika bayi minum banyak susu namun tidak mendapat cukup asupan lemak. Jika bayi rewel, bisa jadi itu pertanda ada gangguan pada pencernaan. Jadi, ya, mungkin itu karena susu formulanya.
      Sebaik apapun susu formula, ASI tetap yang terbaik karena sempurna sesuai kebutuhan nutrisi bayi.
      Pada ASI, ASI ‘belakang’ (yang keluar belakangan) kaya lemak, karena itu dianjurkan untuk menyusui bayi sampai ia melepas diri sendiri dari puting, pertanda ia telah kenyang dan cukup mendapat ASI ‘depan’ dan ‘belakang’.
      Pipis yang kuning bisa berarti bayi kurang minum atau asupan larut-airnya berlebih (misalnya vitamin, dalam hal ini vitamin pada susu formula).

      Supaya Anas tidak lupa menyusu pada ibu, hindari memberikan susu menggunakan dot/botol susu.
      Coba berikan dengan sendok atau bisa dicoba langsung dari gelas (harus hati-hati supaya tidak tersedak). Bisa? Bisa kok, anak saya dibiasakan minum dari gelas sedini mungkin. Kita juga tidak tahu mereka bisa atau tidak sebelum mencobanya.
      Ada kemungkinan nanti setelah ibu pulang dari RS, Anas sedikit sulit menyusu kembali. Tidak apa-apa, wajar.
      Biasakan kembali (seperti saat baru lahir dulu), coba pelan-pelan dan jangan paksakan.
      Kalau tidak langsung mau, gunakan ASI perahnya lagi saja.

      Air tajin hanya mengandung nutrisi pada beras, itupun sebagiannya.
      Sama sekali tidak mencukupi kebutuhan bayi, karena bayi juga butuh lemak, protein, dan vitamin tak-larut air (sedangkan yang ada pada air tajin pastinya vitamin larut-air dong ya).
      Sebagai pengganti ASI, sebelum anak berusia 1 tahun, tidak ada jalan lain yang lebih baik daripada susu formula bayi.

      Keep up the good work, ayah-bunda Anas.
      Walau sulit, kebaikan ASI patut diperjuangkan.
      Kalau ada kesulitan, bisa hubungi konselor laktasi atau datang ke klinik laktasi yang bisa dicari juga di blog ini, tergantung lokasi ayah-bunda Anas di mana.
      Semoga membantu, ya.
      Maaf baru saya tanggapi sekarang.

  71. Bunda Keihan

    September 28, 2007 at 12:29 pm

    ass……wr,wb.
    bunda Lita…ngomong2 tentang susu formula neh, aku jadi sedih waktu melahirkan anakku dulu sempet keseeeeeeeeeeeeeel banget sama pihak Rumah Sakit. Wong aku kpengen langsung meluk anakku dan netein eh malah anakkunya “diumpetin ” dan baru dikasihkan sm aku siang banget sekitar 10 jam setelah mlahirkan. alasannya ga masuk akal katanya blum diperiksa sm dokter anak, padahal anakku baik-baik saja. trus yg bikin aku tambah kesel lagi neh…bgitu dikasihkan ke aku anakku dah dikasih susu formula tanpa nanya dulu sm orang tuanya ttg merek susu formulanya. ya jelaslah bgitu mau aku tetein anakku sudah kenyang duluan…..
    padahal aku dah niat banget ngasih ASI eksklusif sm anakku, dari semenjak aku pindah ke ruang perawatan aku dah berkali-kali minta anakku karena mau ditetein eh..perawatnya bilang “Ibunya jg masih lemas…blum kuat buat netein” lha wong cm tinggal buka baju sam bra apa susahnya seh? aku marah- marahin jg merekanya ngeyel….syukur alhamdulillah aku dirawat cm 2 malm dan bgitu anakku bobo sm aku, susu formulanya langsung distop….
    sgitu aja dech…..curhatnya
    wass…..

  72. dini sopian

    March 1, 2008 at 1:58 pm

    swry baru nimbrung!tapi tahukah ibu2,saat ini sedang anget2 nya berita about susu form yang mengandung bakteri yang membahayakan pertumbuhan dan perkenbangan anak2 kita,naudzubillahimindzalik…maka ibu2 yang dikaruniai asi oleh ALLAH yuks qta canangkan pemberian asi ma anak2 yang tentunya ga mo jadi sakit2 an gara minum susu formula…….#niatnya biar pinter jadi keblinger!!!udah mah mahal bahaya lagi,disinilah point betapa ALLAH diatas segalanya wlopun hal spele,kyk susu form ini nech! keep istiqomah…

  73. umi trisna

    March 3, 2008 at 9:21 am

    ass. salam kenal sebelumnya.
    saya ibu dr 2 orang anak balita. saat ini saya masih menyusui anak saya yg ke-2. alhamdulillah ketika anak-1 saya berhasil memberikannya ASI ekslusif dan memberinya ASI hingga 2thn.insya Allah begitu pun dengan anak ke-2 saya yg saat ini masih berusia 5bln. saya yakin dengan anugerah Allah memberikan ASI untuk anak saya. dan saya juga yakin ASI dapat membentengi mereka dari sakit. makanya saya bersemangat bila mengunjungi para ibu yg baru melahirkan,utk menginformasikan ayo..ayo..kasih ASI bu. krn ALLAH memberikan ASI sesuai dgn keperluan bayi kita,tiggal sang ibu mau gak bercapek2 ria banyak makan-minum dan menyusui sebanyak mungkin. jgn buru2 ksh susu formula.

  74. bunda-thalita

    June 25, 2008 at 11:04 pm

    Ass..
    Aduh aku jadi nyesel knp baru tau soal ini. aku merasa sbg ibu kurang pengetahuan untuk anak. anak ku baru berusia 5 bulan saat ini. tapi dari lahir aku menyerah u memberikan asi.melahirkan dg ekstraksi vakum mmg membuatku trauma dan rasa nyeri yg berlebih. itulah yg aku sesali selama ini. aku kurang gigih dlm memperjuangkan pemberian asi untuk anak ku. hal ini dikarenakan aku mempunyai payudara yg putingnya rata(maaf jika trlalu terbuka). dan setiap aku mau menyusui, anak ku sudah menangis terlebih dahulu. padahal segala alat sdh aku beli. dari pompaan sampai dg penyambung. tapi itu jg ngga berhasil. yah..untuk pompaan sih berhasil, tp ak selalu merasa takut apabila asi yg keluar itu tidak steril krn tdk lgsng dihisap anak ku. mungkin sdh terlambat mencoba asi untk anak ku, tp aku ingin mencobanya kembali.
    trims buat inspirasinya…ini mmbuat saya agar menjadi seorang ibu yg lbh mengerti apa saja yg terbaik buat buah hatinya.
    salam
    bunda-thalita

  75. mama ameyla

    July 8, 2008 at 2:28 pm

    salam kenal mbak lita,
    baru tau ada artikel bagus nich. jd ikutan nimmbrung ‘n mo tanya :
    1.aku setuju banget ma penggalakan ASI, anakku yg pertama (3th)aku kasih ASI 1 Thn itupun udah aku peras di kantor tp berhenti dgn sendirinya tanpa aku sapih, yg kedua (1th 4 bl) masih mau aku susui tapi aku merasa enggak keluar ASInya sejak 4 bulan yll, tapi dia masih mau. katanya meski enggak keluar, tapi klo sering dikasih ke babynya lama2 bisa keluar tapi aku ngerasa enggak keluar. gimana ya caranya biar ASIku bisa keluar lagi ya?
    2.aku mo tanya susu UHT, yang kebetulan anak2ku doyan banget, tapi yg kemasan kotak2 kecil dan rasa strawberry, bagus enggak sih utk anakku yg umur 3 dan 1 taon? gimana dg susu kedelai? kebetulan aku suka sesuatu yang alami.
    3.terakhir aku minta ijin kirim artikel ini buat temen2 yg baru jadi mom, biar lebih aware ma anak2nya! trims

  76. rina

    August 4, 2008 at 11:24 am

    aku pernah baca sebelum ini,untuk diluar negeri memang mereka juga lebih menganjurkan susu cair pasteurisasi karena lebih aman(lebih higienis) karena dalam prosesnya mulai dari tahap pemerahan susu memang rentan terkontaminasi bakteri…so kalo di pasteurisasi bakteri mati..

  77. ayoe

    October 20, 2008 at 3:40 pm

    saat ibu-ibu yang lain kesulitan menyusui bayinya karena bayinya tidak mau atau pun ASI yang tidak keluar, alhamdulillah ASI saya mengucur deras. Timbul rasa bangga saat dia menghisap ASI sampai akhirnya tertidur pulas…

    1. Lita

      October 21, 2008 at 6:50 am

      Alhamdulillah, bunda. Pasti senang sekali, ya πŸ™‚
      Semoga semakin banyak bunda yang beruntuk seperti mbak Ayoe.

  78. indah

    April 3, 2009 at 3:29 pm

    ass.mbak. soal ASI itu memang sangat penting sekali. Itu saya rasakan sendiri.Saat itu anak saya berusia 3 bulan.Lalu tanpam sengaja saya “kesundulan” ato hml lagi.Karna anak saya kaget dengan pemberia susu formula yang tiba2,dia demam.Dan besoknya nafasnya sesak sampai akhirnya saya bawa ke RS.dalam waktu satu setengah jam,saya telah kehilangan anak saya.Meskipun sekarang ada penggantinya,tp anak pertama saya tdk mungkin bisa tergantikan.Sekarang saya kerja dan tetap bisa memberikan ASI buat anak saya yang berumur 3 bln saat ini.Dia sangat sehat sekali.semoga smua ibu ttp berusaha memberikan ASI eksklusif buat buah hatinya.Krn menjadi seorang Ibu adalah anugrah terbesar dari Allah.
    jazakumullah kh.kts.

  79. eka

    February 4, 2010 at 10:52 am

    mb tolong dong mom&kiddie memuat tips biar anak bisa cepet jalan

  80. Lita

    February 4, 2010 at 3:18 pm

    Mbak Eka, silakan disampaikan ke redaksinya langsung, ya.
    Saya bukan siapa-siapanya M&K.

  81. eko

    April 10, 2010 at 6:53 pm

    mba sy minta ijin mengutip artikel wawancara ini beserta fotonya untuk dimasukkan dalam majalah Embun yg akan diterbitkan oleh LAZiS (Lembaga Amil Zakat Al Ihsan) Jateng. Mohon konfirmasinya trma kasih sblumnya

  82. dy_rahma

    November 8, 2010 at 1:54 pm

    sy lagi hamil 5 bln nih,rencana pingin kasih ASI meskipun sy nanti kembali bekerja.untuk ASI perah bisa dikasih botol kaca,tapi tutupnya yg aman apa ya mbak?

  83. mama anin

    May 2, 2011 at 1:25 pm

    baru baca sekarang..telat ya mbak…pengen curhat ni..aku kemarin ngelahirin caesar..dan rumah sakitnya ga ngedukung bgt buat ngasih asi ekslusif..bayi baru dikasih ke aku setelah siangnya..padahal lahirnya dah dari malem…terus..karena masih awam asiku ga keluar sama sekali…dan pihak RS jg ga ada yang bantuin gimana caranya ngeluarin asi..

    sampe rumah asiku belum keluar juga (menurut aku waktu itu) indikasiku coba ngeluarin pake tangan kok ga keluar…akhirnya terpaksa kasih sufor..tapi pas tanteku nelpon dia bilang walau dipencet pake tangan ga keluar..belum tentu asinya ga ada..aku jadi pede dan nyusuin bayiku lagi..biar dia nangis tetep aku paksa..dan akhirnya dia mau ngisepnya…

    sampe sekarang dia masih ASI terus dan moga-moga bisa ampe 1 tahun…tapi aku nyesel banget ga bisa ASI eksklusif..

    mbak ak mo tanya, kalo abis imunisasi kdg dikasih puyer..katanya minumnya dicampur air putih dikit..jadi gmana tu mbak?

  84. Khansa's Mom

    September 25, 2011 at 11:18 pm

    Mba Lita salam kenal saya ikutan panggil mba ya sama seperti kebanyakan pemberi comment disini.
    Artihkel yg bagus beruntung saya googling dapet link nya, thank you banget.
    Sya baru aja dipercayai oleh Alloh menjadi seorang ibu 30 hari yll, sedih banget karena kurang nya ilmu laktasi untuk mempersiapkan asi eksklusif :(. dari lahir sampe hari ke 3 di rumah sakit sy terus kasih Khansa Asi alhamdulillah, tapi sayang nya selama 3 hari itu saya salah teknik menyusuinya kedua puting saya (maaf agak vulgar) berdarah, dan ketika menyusui saya selalu merasa sakit sangat sakit, ternyata saya baru tau cara gendong bayi nya juga salah sedihnya di RS dimana saya melahirkan susternya kurang kasih ilmu untuk cara cara nya itu :(.
    di hari ke dua di RS agak pesimis asi keluar atau engga pas dokter kontrol dateng ke kamar saya cerita saya pesimis dok asi saya keluar atau engga, dokternya nyuruh bidan untuk pijet kedua payudara saya, alhasil saya lihat ternyata ada asinya seneng deh saat itu semangat menyusui ningkat lagi walaupun berdarah dan sakit saya lanjutnya dengan mengikuti saran suster katanya asinya sebelum menyusui diolesi di kedua puting saya supaya lukanya disembuhin sama sedotan bayinya. ada juga yg katanya diolesi madu (belakangan saya tau madu itu ga bagus buat bayi) untung aja baby khansa gpp semoga selalu sehat. Gizi makan di RS tersebut juga bagus ibu yg baru melahirkan sangat diperhatikan asupan makanannnya.
    pas hari ke 4 pas pulang dari RS bsk shubuhnya saya kena baby blues, kedua puting sakit, rumah agak berantakan, khansa nangis terus saya ketakutan dia masih lapar :((, ya akhirnya khansa di kasih sufor yg dikasih dari RS pas kita pulang sedih banget. suami juga agak kurang dukung asi ekslusif karena kurang nya pengetahuan ttg ASi makanan terbaik buat bayi sedih banget, malah suami beli susu yg lebih mahal dari yg RS kasih katanya itu bagus sedih banget. sampe sekarang aku masih kasih asi + sufor yg maksudnya mengenyangkan khansa. pengen nya full asi, tapi klo udah shubuh jam 2 khansa suka nangis dan klo aku kasih asi .. dia suka marah pas lagi nete ga tau apa maksudnya yg aku artikan sampe sekarang mungkin dia masih lapar karena udah aku timang timang khansa tetep aja nangis dan mulutnya cari puting tapi pas ditempelin dia nya nangis lagi pas aku cek pyd ku memang kering klo sampe shubuh πŸ™ akhirnya sufor jadi solusi. setelah baca artikel ini semangat ku untuk full asi ke Khansa terus meningkat, sekarang tiap 2 jam sekali setelah menyusui aku makan apa aja deh dan banyak minum supaya asi ga kering, bener ga ini bisa jadi solusi? mohon mba lita solusi tambahannya ,
    terus mba aku mau tanya, klo khansa masih nangis juga kira kira sufornya kasih brp ml ya? soalnya kadang di kasih 60 ml dia masih nangis terus, pernah kasih 90 ml dia bab terus tidur pulas, pernah juga dikasih 120 ml dia lgs tidur pulas.

    Mba Lita makasih yaaaa aritkelnya membantu saya banget terutama komen dari ibu ibu yg kondisi nya hampir sama dengan saya.

  85. nike yudha

    December 11, 2011 at 6:29 pm

    menurut anda status pekerjaan dapat mempengaruhi pemberian susu formula tidak jika iya apa alasannya

Leave a Reply to mama Abiy Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.