Menjawab Masalah MMR

Mari, kita bahas tuntas saja supaya saya bisa tidur nyenyak. Setidaknya (saya harap) saya tidak lagi tersiksa karena bangun tidur dalam keadaan sakit kepala akibat tidur sambil mikir. (Ini bisa disimak dulu, jika anda tidak mengikuti sejak awal).

Thimerosal

Penggunaan thimerosal, yang berbasis mercury. Thimerosal adalah zat pengawet vaksin. Namun karena mengandung mercury (logam berat), maka banyak memicu protes. Diduga sebagai salah satu pemicu autisme / masalah2 lainnya.

Betul. Thimerosal memiliki kandungan merkuri. Tepatnya adalah etil merkuri. Yang jadi masalah, dasar dugaan bahwa thimerosal berbahaya mengacu pada sifat yang dibawa oleh metil merkuri. Kedua organomerkuri ini berbeda dalam sifat.

Berikut adalah cuplikan tulisan dr. Tonang Ardyanto, Keamanan Thimerosal dalam Vaksin.

Analisis efek toksik thimerosal selama ini didasarkan pada efek metil merkuri, sementara yang terkandung adalah etil merkuri.

Jurnal Toxicological Sciences [[4]] melaporkan konsentrasi thimerosal untuk menimbulkan efek toksik adalah antara 405 µg/l – 101 mg/l atau setara dengan kadar merkuri 201 µg/l – 50 mg/l. Sedang bila dihitung rata-rata, bayi berumur 6 bulan mendapat akumulasi paparan merkuri maksimal dari vaksinasi sebesar 32 – 52 µg/kg berat badan. Pada perhitungan lebih rinci, angka ini hampir 4 kali lipat lebih rendah dari batas minimal tersebut. Tetapi masih belum jelas apakah paparan dosis rendah dalam jangka panjang akan mempengaruhi tingkat toksisitasnya.

Hal ini memperkuat dugaan Magos bahwa etil klorida mulai menimbulkan risiko bila kadar dalam darahnya 1 µg/ml (1000 µg/l)[[13]]. Metil merkuri lebih cepat menimbulkan risiko karena ada mekanisme transmisi aktif difasilitasi oleh suatu asam amino sehingga cepat menembus sawar darah otak (blood bran barrier). Sementara etil merkuri, di samping tidak memiliki mekanisme transmisi aktif tersebut, juga berukuran molekul lebih besar dan didekomposisi lebih cepat daripada metil merkuri [[14]]

Pengembangan vaksin baru tanpa thimerosal mengharuskan penelitian ulang untuk mencari bahan pengganti dengan biaya sekitar 200 – 400 juta dollar. Memang sudah ada pilihan lain seperti 2-phenoxy ethanol, etilen glikol atau formaldehida tetapi efektivitasnya di bawah thimerosal. Sementara kendala lain adalah variasi kemampuan produsen lokal, karena saat ini sudah banyak persentase persediaan vaksin merupakan produk lokal.

Kenyataan bahwa negara seperti Amerika atau Perancis menurunkan bahkan berusaha menghilangkan penggunaan thimerosal, tentu erat terkait dengan kemampuan sistem kesehatan nasional masing-masing untuk melaksanakan program tersebut. Sementara kalau kebijaksanaan ini dipaksakan ke seluruh negara, bisa mengancam kelangsungan program vaksinasi dengan risiko re-epidemi penyakit-penyakit infeksi.

Di Indonesia sendiri, masih mengijinkan peredaran vaksin dengan kadar thimerosal 0,005 – 0,01% karena masih dibawah ambang batas menurut WHO. Juga oleh rekomendasi Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia yang belum mendapatkan bukti-bukti kuat efek merugikan thimerosal dalam vaksin. Hasil inipun diperkuat oleh laporan Clements [[5]] dan Verstraeten et al. [[17]], yang tidak mendapatkan hubungan konsisten antara paparan thimerosal pada vaksin dengan gangguan perkembangan neurologis anak.

Dari Thimerosal in Vaccines (pembaruan tertanggal 25 September 2006).

Thimerosal terurai dalam tubuh menjadi etil merkuri dan tiosalisilat. Mengapa hasil urai ini penting? Karena beberapa sebab berikut (sumber: NIAID (National Institute of Allergy and Infectious Disease) Research on Thimerosal, April 2005):

  • Merkuri, dalam bentuk metil merkuri (oral, bentuk tetes) dan thimerosal (suntikan, bersama vaksin) langsung diserap dan dihantarkan masuk ke darah dan otak.
  • Total merkuri (organik dan anorganik) dikeluarkan dari darah dan otak lebih cepat setelah paparan thimerosal ketimbang metil merkuri.
  • Tingkat merkuri total terukur dalam darah dan otak lebih rendah setelah paparan thimerosal ketimbang metil merkuri.

Merkuri hadir secara alami di lingkungan hidup manusia dalam tiga bentuk: logam murni (seperti yang terdapat di termometer raksa), garam anorganik, dan sebagai senyawa organik turunan (derivat). Sebagian besar merkuri alami berada dalam bentuk logam dan anorganik. Karena merkuri ada di mana-mana, tidaklah mungkin untuk mencegah SEMUA paparan terhadap senyawa ini.

Jadi, di vaksin benar ada thimerosal? Benar.

Lalu tentang ketidakjelasan toksisitas apabila terpapar dalam jangka waktu panjang? Vaksinasi tidak dilakukan setiap hari (bahkan setiap pekan atau setiap bulan) dalam kehidupan manusia sejak bayi hingga dewasa. Benar, vaksin yang mengandung thimerosal kebanyakan adalah jenis multi-dosis.

Lalu kenapa multi-dosis?

Selama ini kemasan multi-dosis lebih disukai karena biaya produksi lebih rendah dan memudahkan manajemen rantai beku (cold-chain management) dalam pelayanan vaksinasi. Hal ini sangat berpengaruh untuk program vaksinasi masal di negara-negara berkembang, dengan cakupan wilayah luas dan tenaga pelaksana beragam.

Yang menarik: Measles, mumps, and rubella (MMR) vaccine have never contained thimerosal !

Multiple vaccination

MMR, sebagai triple vaccination, diduga membebani sistim pertahanan tubuh dengan terlalu berlebihan.

Anak-anak terpapar pada banyak antigen (suatu zat yang dapat merangsang reaksi kekebalan) asing setiap harinya. Makanan dapat membawa bakteri baru. Banyak sekali bakteri hidup dalam mulut dan hidung, 'membuka' sistem kekebalan tubuh terhadap antigen yang lebih banyak lagi.

Infeksi pernafasan atas akibat virus dapat membuat anak terpapar pada 4-10 antigen, dan radang tenggorokan pada 25-50 antigen. Menurut Adverse Events Associated with Childhood Vaccines, sebuah laporan pada tahun 1994 dari Institute of Medicine, "Pada keadaan normal ini, kecil kemungkinannya sejumlah antigen terpisah yang terkandung dalam vaksin… dapat memperlihatkan beban tambahan yang signifikan terhadap sistem kekebalan yang berakibat pada tertekannya sistem kekebalan." Nyatanya, data ilmiah yang ada memperlihatkan bahwa vaksinasi simultan dengan vaksin kombo (yang berisi beberapa jenis virus/bakteri) TIDAK memberi efek samping pada sistem kekebalan tubuh anak dalam kondisi normal.

Vaksin kombo tidak akan direkomendasikan oleh berbagai komite/satuan tugas jika tidak terbukti aman DAN efektif. Vaksin kombo tidak kalah efektif dibandingkan dengan vaksin satuan/terpisah dan tidak membawa risiko efek samping yang lebih tinggi.

Bahkan, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan vaksinasi simultan terhadap keseluruhan vaksin bagi anak apabila memungkinkan. Penelitian masih terus berlanjut untuk menemukan cara mengombinasikan lebih banyak antigen dalam satu suntikan saja (misalnya MMR dan varicella, DTaP dan HIB). Ini akan memberi segala keuntungan vaksin terpisah, namun memerlukan jumlah suntikan yang lebih sedikit.

Setidaknya ada dua keuntungan dalam memberikan beberapa vaksin se
kaligus pada satu kali imunisasi. Pertama, mengimunisasi anak sedini mungkin dapat melindungi bulan-bulan awal kehidupannya yang sangat rentan. Ini berarti memberikan vaksin non-aktif mulai usia 2 bulan dan vaksin hidup pada usia 12 bulan. Dengan begitu beberapa macam vaksin (terutama yang memerlukan pengulangan, seperti DTaP dan polio) memiliki jangka waktu (pemberian) yang sama.

Kedua, memberikan beberapa vaksin pada satu waktu berarti kunjungan imunisasi yang lebih sedikit. Hal ini dapat sangat membantu orangtua karena menghemat waktu dan uang, juga lebih kurang-traumatis terhadap anak.

Sumber: Misconception about Immunization, More than one vaccine at a time can overload immune system.

Sekadar mengingatkan, vaksin kombo sudah dikenal di Indonesia sejak lama. Misalnya DTaP (Diphtheria, Tetanus toxoid, acellular Pertussis; FAQ about DTaP). Bahkan pemberian DTaP dan polio secara bersamaan sudah lama dipraktikkan oleh bidan. Jadi kekhawatiran bahwa 3 vaksin dalam MMR dapat membebani berlebihan dapat disingkirkan, jika dibandingkan dengan 4 vaksin dalam DTaP + polio. Setidaknya menurut statistik.

Selain itu, imunisasi simultan juga sudah banyak dipraktikkan di sini. Misalnya anak saya, Daud, mendapat DTaP, polio, dan HiB (Haemophilus influenzae type B) sekaligus. Jumlahnya jadi 5 vaksin 🙂

Ya. Tentu saja apabila anak saya tidak apa-apa bukan jaminan 100% bahwa anak lain PASTI juga akan baik-baik saja. Tergantung kondisi kesehatan dan banyak faktor lain.

Inflammatory bowel disease (IBD)

Makin jelas potensi keterkaitan antara inflammatory bowel disease (IBD) dengan autisme. MMR diduga bisa memicu terjadinya IBD.

"A general term for any disease characterized by inflammation of the bowel. Examples include colitis and Crohn's disease. Symptoms include abdominal pain, diarrhea, fever, loss of appetite and weight loss". Istilah umum bagi penyakit yang memiliki kekhasan berupa peradangan usus. Misalnya colitis dan penyakit Crohn. Gejala meliputi sakit perut, diare, demam, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan (perbendaharaan istilah, National Immunization Program/NIP).

Dalam artikel Vaccines causes Autism yang telah disebutkan sebelumnya, dinyatakan bahwa masalah autisme diangkat bersamaan dengan IBD. Dan jawabannya sama: tidak terbukti adanya hubungan sebab-akibat secara langsung.

Jumlah penyandang autis

Walaupun tidak semua penerima vaksinasi MMR menjadi penderita autisme, tentu saja tidak berarti bahwa tidak ada masalah. Jika ada sekian persen saja yang tiba-tiba menjadi penderita autis, maka ini perlu diteliti lebih lanjut.

Pada kasus di Inggris, ada peningkatan penderita autis 10 kali lipat setelah diperkenalkannya imunisasi MMR.

'Setelah' dalam kalimat tersebut benar jika dilihat dalam kerangka waktu kejadian, tapi belum tentu menggambarkan hubungan sebab-akibat. Jika ini masalah timeline, maka yang berkait tidak hanya vaksin MMR, tapi juga kemajuan teknologi. Tentu tidak pada tempatnya jika kita menempatkan kemajuan teknologi sebagai penyebab autisme.

Bisa saja autisme telah hadir sejak lama, jauh sebelum pemberian vaksin MMR dimasukkan ke jadwal imunisasi. Kenapa tidak muncul berita sejak dulu? Bisa jadi karena perangkat diagnosanya belum ada, jadi masih dikenal sebagai gangguan perkembangan (developmental disorder), belum dengan label autisme.

Lho itu kan baru bisa jadi? Lha iya. Sama kan dengan kasus MMR? Bisa jadi ada hubungannya. Bisa jadi tidak. Kalau baru sebatas 'bisa jadi', semua bisa 'ditembak' sebagai penyebab. Toh belum terbukti jelas, ya atau tidaknya.

Ya atau tidak. Ya pun bisa berbentuk persen, tak harus semua. Ruwet? Begini. KALAU. MISALNYA. (jangan bilang saya menawari anda ide begini lho ya!) Benar terbukti MMR menyebabkan autisme, berdasarkan penelitian anu dan penelitian tersebut sah secara ilmiah. Pada kenyataannya, tidak semua anak yang diberi vaksin MMR menjadi autis. Ini adalah contoh 'ya', yang punya dasar bukti, yang berbentuk persen.

Penjelasan ini mungkin lebih membantu (masih dari artikel Vaccines causes Autism):

Tanda-tanda autisme pertama kali dapat diamati oleh orangtua pada saat anak mengalami keterlambatan bicara setelah umur satu tahun. Vaksin MMR pertama diberikan pada saat anak berusia antara 12-15 bulan. Karena rentang usia ini JUGA adalah usia saat autisme mulai dapat diamati, TIDAK MENGHERANKAN jika imunisasi MMR berbuntut autisme. Bagaimanapun, sejauh penjelasan logisnya hanyalah KEBETULAN, bukan sebab-akibat.

Vaksin terpisah

Bagaimana solusinya untuk saat ini? Saya kira kita juga tidak ingin anak-anak kita menjadi korban MMR.
Pada saat ini sepertinya yang bisa kita lakukan adalah memvaksinasi secara terpisah 3 kali (bukan digabung), dan memastikan bahwa vaksin-vaksin tersebut tidak menggunakan mercury / zat pengawet berbahaya lainnya.

Ya, vaksin terpisah lebih kecil kemungkinannya memakai pengawet thimerosal.

Bagi yang memang mempertimbangkan dengan serius risiko autisme, vaksinasi terpisah dan/atau di atas usia tertentu bisa jadi pilihan. Sedangkan bila tidak, faktor berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih vaksin kombo dan/atau imunisasi simultan:

  • Mempersingkat rentang jadwal imunisasi. Dalam waktu 9 bulan, imunisasi yang tergolong wajib dan dianjurkan (hingga anak berusia 1 tahun) dapat sudah selesai. Dilanjutkan umur 15 dan 18 bulan, lalu 3 tahun (merujuk ke Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI 2004)
  • Lebih sedikit suntikan, mengurangi trauma.
  • Meminimalkan kunjungan ke dokter.
  • Total biaya (di luar biaya konsultasi dengan dokter) lebih murah.
  • Lebih awal terlindungi, lebih baik.

Vaksin halal

Bagi yang muslim, saya kira kita juga perlu mulai mempertimbangkan kehalalan vaksin. Saat ini sepertinya hal ini belum banyak disadari.

Baiklah. Saya akui kita memang sangat kekurangan informasi mengenai hal ini. Semoga dalam waktu dekat seluruh vaksin yang dianjurkan (tidak hanya yang diwajibkan) di Indonesia (dan di negara lain) dapat memperoleh sertifikasi halal.

Tentang imunisasi halal ini, suatu kali ada yang melontarkan alamat satu laman imunisasi halal. Sungguh saya berharap. Ternyata isinya… Sebuah rahasia sehat tanpa vaksin (!!!). Menggunakan ekstra nutrisi dan herbal khusus yang memaksimalkan sistem imun. Oh. Baiklah.

Saya menyerah. Karena ternyata Linus Pauling disebut-sebut. Saya sudah pernah membahasnya. Bukan, bukan saya menentang pentingnya kehalalan vaksin. Tapi kehalalan suplemen herba ini dimanfaatkan dalam satu sisi untuk pemelintiran informasi.

Betul. Sistem kekebalan tubuh yang baik akan memastikan kita tidak rentan terinfeksi bakteri, virus, jamur, atau lainnya. Yang harus kita ingat, peran makanan (herbanya dimakan kan?) dan vaksin berbeda.

Makanan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Dan nutrisi yang tercukupi dengan baik (jumlah dan variannya tercukupi) akan membantu memelihara kesehatan tubuh. Mempertahankan kondisi kesehatan tubuh dalam keadaan baik.

Sedangkan vaksin bekerja dengan memberi sepasukan 'prajurit musuh' untuk diinterogasi, dikumpulkan informasinya, dibuatkan kumpulan datanya, dan dibangun proyek perlawanannya, berupa pasukan antibodi yang siap mengenali dan melawan prajurit serupa apabila kelak datang menyerang. Kalau tidak datang? Data tetap tersimpan. Tidak rugi.

Maksud saya, kita bicara dua hal yang berbeda! Duh. Lamannya? Cari sendiri saja. Jelas sekali nampak histeria gerakan anti imunisasi.

Sumber (selain yang telah diberikan): 

33 Comments

  1. Andry

    November 13, 2006 at 2:04 pm

    OOT : Serius amat sih ngeblognya 😀

  2. bunda rasyad

    November 14, 2006 at 10:38 am

    Mbak Lita,
    udah baca komen dr. Iwan perihal masalah MMR? Ini link-nya…
    http://www.iwandarmansjah.web.id/forum.php?m=view&id=615
    Agak kaget juga bacanya….
    Anakku sendiri sudah MMR on time di usia 15 bulan kemaren (sekarang 17 bulan). Jujur aja, dag dig dug juga kalo mengikuti perdebatan yang tak kunjung selesai….Padahal waktu mo imunisasi kemaren dah buat keputusan bulat buat tetep imunisasi sambil berdoa tak kunjung putus sampai detik ini buat kebaikan anakku.

  3. Lita

    November 14, 2006 at 11:01 am

    bunda Rasyad
    Yap. Baru aja baca.
    “I have certainly not stand on the side of no-causation between MMR and autism.”

    Walaupun pendapat pribadi beliau adalah demikian, namun menjawab pertanyaan “Apakah imunisasi MMR dapat menyebabkan anak menjadi autis?”, prof. Iwan memberi jawaban bijak,

    “Tak ada seorang yg bisa menjawab pertanyaan itu dg pasti. Bila dibandingkan dg kelompok yg tidak diberi MMR memang insidens autism tidak berbeda secara statistik, namun statistik tidak bisa menjawab pertanyaan spesifik untuk satu anak tertentu.
    Vaksinasi tujuannya tentu profilaksis.”

    Statistik hanya memberikan gambaran umum. Kita tidak memilih anak kita akan berada di bagian mana dari kurva (dalam hal ini).

    Setidaknya, sampai sekarang memang belum ketahuan hubungan kausatif antara MMR dan autisme. Belum ketahuan bisa berarti ADA atau TIDAK.

    Saya? Saya mah pengumpul data saja 🙂
    Bahkan dokter yang anaknya penyandang autis saja tidak semuanya berpendapat antara vaksin MMR dan autis itu berhubungan kausatif.

  4. lely

    November 14, 2006 at 11:37 am

    aku jadi pusing……

  5. Eep

    November 16, 2006 at 6:25 am

    Lita pernah tahu Yayasan bianglala ga..? yayasan yang berkutat di autisme.

  6. Eep

    November 16, 2006 at 6:28 am

    lita, pernah denger yayasan bianglala ga..? yang berkecimpung di dunia autisme di bandung

  7. Lita

    November 16, 2006 at 10:12 pm

    Lely
    Hehe… ini memang lebih cocok jadi materi diskusi. Monggo diskusi dengan dokternya kalau memang diperlukan untuk mengambil keputusan. Kalau tidak, ya jadi wacana saja 🙂

    Eep
    Baru denger sekali ini dari om Eep 🙂

  8. bapakeghozan

    November 24, 2006 at 1:10 pm

    matursuwun wis dadi siji, dadi luwih gampang ne ngei pencerahan nggo liyone…

    wassalam,
    bapakeghozan

  9. Lita

    November 24, 2006 at 11:38 pm

    BapakeGhozan
    Sama-sama, mas Handadi 🙂

  10. buchin

    December 13, 2006 at 8:40 pm

    tidak tertarik untuk menambah link untuk memasukkan web ini di del.icio.us atau digg mbak lita?
    kurasa akan sangat membantu pengunjung baru yang dibatasi waktu dan tidak sempat membaca keseluruhan artikel ini.

  11. Lita

    December 13, 2006 at 9:10 pm

    Buchin
    Sudah ada, kok. Itu ada ‘bookmark’ untuk del.icio.us di akhir setiap artikel 🙂

  12. wHyNdA_ChUbY

    March 30, 2007 at 10:54 am

    Mo nny ney.,.,.,.,.

    mercury ntu mgkn 9 sey da dipegunugan????

    tp mksdya bkn di smber airya low.,but dilingkungan sktrny.,.,klo mgkn,,,,
    cr bt menanggulanginy s2t pendakian gmn yaw????

    1. Lita

      March 30, 2007 at 1:02 pm

      Apa yang harus ditanggulangi jika merkuri hadir secara alami? Tidak membahayakan, kok.
      Yang perlu dikhawatirkan adalah merkuri yang hadir sebagai pencemar. Jangan mencemaskan yang tidak perlu dicemaskan. Buang-buang energi 🙂

  13. Niel

    June 5, 2007 at 6:50 pm

    Thanks for your blog sharing.
    It’s heplfull & give me another side about MMR Vaccine

    Segala sesuatu yang belum yakin bisa kita gunakan pendekatan dengan ilmu statistik.
    Tinggal tingkat keyakinan qta berada di dalam kurva yang mana, apakah Yakin atau Tidak
    Contoh apakah dari 1000 peminum alkohol & perokok akan menghasilkan 1000 orang yg sama terkena kanker
    Tentunya ada tingkat % kecenderungan

    Saya sendiri belum yakin mengenai korelasi MMR & Autis.
    Tapi saya belum mau mencoba kepada anak saya, karena masih adanya faktor “kemungkinan”
    dari statistik yang ada.

    Rgds

    1. Lita

      June 7, 2007 at 1:23 am

      Sama-sama.

      Saya merasa berkewajiban menyampaikan.
      Terutama kalau ada ‘penyesatan’ seperti ‘MMR yang mengandung thimerosal’ dituduh menjadi biang autisme.
      Padahal sejak pertama kemunculannya vaksin MMR tidak menggunakan thimerosal (dus, merkuri, yang hingga sekarang terus dipermasalahkan oleh yang menganggapnya sebagai penyebab autisme).
      Jadi, MMR atau thimerosal? Atau tidak dua-duanya? Temuan terbaru, penyebab autisme malah gen tertentu.

      Sila, pertimbangkan baik-baik.
      Statistik memang membicarakan hasil pengamatan dari sekumpulan kejadian.
      Sedangkan bagi kita, kejadian hanya ada dua: ya atau tidak (0 atau 1).

  14. tari

    August 17, 2007 at 4:53 pm

    mbak,saya mau tanya kalau jangka waktu pemberian vaksin MMR dosis pertama ke dosis kedua 1 bulan bahaya ndak? kalau bahaya bahayanya apa? trus kalau sudah terlanjur disuntikkan tindak lanjutnya gimana? terima kasih

    1. Lita

      August 18, 2007 at 1:00 pm

      Jarak minimal untuk vaksin hidup seperti MMR adalah 4 minggu. Jadi tidak apa-apa, memang tepat 🙂
      Tidak ada bahaya jika jarak antar dosis vaksin ‘dilanggar’, dampaknya adalah pada efektivitas.
      Jika terlalu dekat (kurang dari 4 minggu) maka yang terakhir tadi harus diulang.

      Tapi kok jaraknya bisa cuma sebulan? Dosis pertama kan umur 1-1,5 tahun, dan dosis kedua umur 5-6 tahun.

  15. Mike

    September 3, 2007 at 12:32 pm

    Jeng Lita,

    Kebetulan Azzam mau diimunisasi MMR karena usianya sudah 15 bulan…. Kalo tanya ke dokter anak sih jawabannya pasti normatif…tp ada yg menyarankan imunisasi MMR itu dilakukan setelah anak sudah bisa berjalan dan bicara untuk mengetahui ada bakat autis atau tdk pada anak tsb…
    Anakmu di MMR umur berapa??? Ada yg paket doble dg imunisasi lain gak ya???

    Wassalam

    Ummu Azzam

  16. awang

    October 3, 2007 at 11:19 am

    mbak lita,,..

    Mau nanya sedikit nih, moga2 bisa dijawab.
    Istri saya 2 bulan lalu suntik vaksin MMR, kata dokter baru boleh hamil 3 bulan setelah vaksin. Sampai saat ini istri saya memang belum hamil sesuai anjuran dokter.

    Yang jadi pertanyaan saya :
    1. apakah ada efek jika belum 3 bulan sudah hamil ?
    2. jika sang ibu sudah vaksin MMR, masih perlukah si anak divaksin MMR ?

    mohon pencerahan…

    trimakasih sebelumnya…
    AWANG

  17. tita

    October 4, 2007 at 2:43 pm

    thanks buat infonya mba… Aya kmaren udah abis imunisasinya, nti insya Alloh umur 15 bulan mo imunisasi MMR…

  18. NIgella Sativa

    November 16, 2007 at 9:18 am

    Marilah kita cari solusi terbaik dengan kembali kepada Islam dalam hal imunisasi. Menurut Depkes RI, kemungkinan terjadinya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) pada kasus PIN 2005 hanya 1 dari 2-3 juta. Jadi munculah angka pasti sebesar 11 anak yang akan terkena KIPI, sebab ada 22 juta anak yang divaksin.

    Maukah anak anda menjadi satu dari 11 anak tersebut? Satu anak yang mati karena vaksin sudah terlalu banyak.

    1. Lita

      November 16, 2007 at 10:01 am

      Sila baca post saya tentang ‘Ajakan Anti Imunisasi’. Saya jelaskan di sana beda cara kerja antara vaksinasi dengan ‘imunisasi halal’ yang anda tawarkan. Mengapa tidak bisa menggantikan? Ya karena cara kerjanya tidak sama. Itu saja.

      Statistik hanya memberikan KEMUNGKINAN, possibilities. Bisa kejadian, bisa tidak. Tidak ada KEPASTIAN. Jangan bengkokkan statistik semau anda dengan mengatakan dari 22 juta anak PASTI ada 11 anak yang terkena KIPI.

      KIPI tidak selalu berbahaya, apa yang dikhawatirkan? KIPI ini termasuk bengkak, merah, demam, alergi, dan sebagainya. TERMASUK, berarti tidak semuanya sekaligus. Secara statistik, tidak sedikit juga anak yang tidak mengalami KIPI. Apakah ini akan diabaikan?

      Jutaan anak yang mati karena TIDAK divaksinasi dan terjangkit penyakit yang SEBETULNYA dapat dicegah oleh vaksinasi apakah kurang banyak?

  19. ira

    December 7, 2007 at 7:22 pm

    bunda… baru aja dapet kabar, lagi ada yang gencar menolak imunisasi. ngajak-ngajak pula! herannya sih, ujung-ujungnya kok ya… berhubungan dengan herba-herba-an itu sih?
    bikin pusing..
    lebih pusing lagi, ternyata vaksin halal (yang bener lho ya…) masih jarang ya….

  20. yulianingsih

    December 16, 2007 at 9:49 pm

    mbak, apakah anak yang belum berjalan boleh di berikan imunisasi MMR? anak saya sudah hampir 15 bulan, tapi blm bisa berdiri ataupun berjalan.
    Terimakasih

  21. Mariany

    July 9, 2008 at 10:33 am

    Yth.
    Pengasuh,

    Saya punya baby umur 9 bln cewek, tgl 8 juli 2008 ini sy bawa dia ke dokter utk imunisasi campak.
    namun kok dokter memberikan imunisasi campak dan polio IV (dgn 2 tetes) ? padahal sudah saya jelaskan kalau polio IV sdh diberikan pd wkt 6 bln, dan dokter menjawab tidak apa apa. jadi saya benar benar binggung, gelisah. yang mau saya tanyakan :

    1. Apakah ada efek dari pemberian polio tsbt (yg menurut sy double) ? . karena yg saya baca dari internet bahwa polio selalu diberikan berbarengan dengan DPT (kalo sy liat list imunisasi memang benar)

    2. dan untuk jadwal imunisasi selanjutnya saya lihat di list untuk Polio V, DPT 4, HIB 4 akan diberikan umur 18 bulan. apakah setelah pemberian double ini, untuk 18 bulan nanti tidak perlu diberikan lagi utk imunisasi polio nya?

    mohon diberikan jawaban yang secepat dan selengkapnya.

    dari yg sedang gelisah.
    Mar

  22. Hamba Allah

    November 11, 2008 at 4:59 pm

    Pengasuh Yang terhormat,
    Apakah menurut kedokteran klasik, pembentukan imunitas tubuh pernah dibahas dalam literatur medis. Apakah itu dalam kitabnya Avicenna atau Averose.

    Selain itu, Apakah anda pernah meneliti cara pembuatan pembuatan ‘pasukan yang baik itu’ dan menyocokkannya dengan keilmuan Anda? Saya yakin Anda bukanlah orang yang awam tentang masalah ini.

    Alhamduilillah jika Anda seorang muslim.

    1. Lita

      November 12, 2008 at 6:09 am

      Hamba Allah yang baik, monggo pindah ‘tulisan’, kawan saya Tyas dari bidang yang lebih mumpuni menjawabnya dengan baik di sini:
      http://litamariana.com/health/lita/ajakan-menolak-imunisasi/

  23. rieta

    November 24, 2008 at 6:03 pm

    ass,mau tanya..jelaskan bagaimana mekanisme imunitas tubuh?bisa jawab sekarang??thank’s

  24. zaki

    October 17, 2010 at 2:02 pm

    Assalamu’alaikum..
    mohon info:
    1. Dibuat dari apakah vaksin itu, bahan lengkapnya, prosesnya?
    2. Bagaimana reaksi tubuh jika dimasuki vaksin dalam jangka pendek dan jangka panjang?
    3. Apakah virus vaksin selama didalam tubuh akan mati atau akan berkaembang biak atau bahkan mutasi?
    4. Secara empiris statistik adakah bukti orang yang di vaksinasi lebih sehat dari orang yang tidak di vaksin pada waktu masih bayi?
    5. Walaupun sedikit, ga adakah pengaruh vaksin ke otak bayi yang masih dalam masa perkembangan?

    6. Adakah dokter2/ praktisi kesehatan kita pernah melakukan penelitian bahan2 alternatif seperti Madu, Kolustrum ASI, propolis, kurma, spirulina atau bahan lainnya yang alami?
    Walaupun cara kerjanya berbeda ,tetapi kalau hasilnya sama ( menguatkan sistem kekebalan tubuh ), kenapa tidak dicoba?
    Dan lagi, percobaanya bisa langsung ke MANUSIA, bukan HEWAN…..

    Makasih atas tanggapannya..

    wassalamu’alaikum wrwb..

  25. badriah

    September 21, 2011 at 10:31 pm

    asslm. sy mau tanya, waktu anak sy umur 1 mg9u di berikan polio, trus pas umur 1bln jg d berikan. yg sy tanya apakah ada dampakny sehubungan dgn jarak pemberian polio hanya 3 mg9u. trimakasih

  26. siti

    March 5, 2012 at 2:24 pm

    jadi gmn dong,,,,
    bagusnya iya apa ngaa,,,
    anakku menginjak 15bln nih, baru vaksin cacar bulan kmaren,rencananya mu vaksin MMR minggu ini
    huuuffhtt

Leave a Reply to Lita Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.