Yang Penting tentang Pelembap

Biasanya bahasan macam begini munculnya di halaman majalah wanita (Ada yang langganan? :p ). Terkesima juga waktu melihat bahasan ini muncul di Mayoclinic. Artikel aslinya ada di sini. Tulisan diterjemahkan dengan tambahan (penting ataupun tidak) di sana-sini.

Fungsi utama pelembap tentu sesuai namanya: melembapkan. Tapi tidak sampai di situ saja. Pelembap juga dapat melindungi kulit yang sensitif, memperbaiki warna dan tekstur kulit, dan menyamarkan ketidaksempurnaan (misalnya noda atau bekas luka).

Sekarang banyak beredar produk yang mengklaim dapat melakukan apa saja yang diinginkan wanita (Hah, bisa gak ngerjain kerjaan rumah gue? 😀 ). Melembutkan, meremajakan, menghilangkan noda, mengurangi kerut, mencerahkan, mengencangkan, dan seterusnya. Tapi benarkah satu botol pelembap (atau corrector, kata suatu produk) dapat memenuhi semua tuntutan itu?

Kandungan produk pelembap

Cara kerja pelembap yang paling dasar adalah dengan mengikat air di lapisan kulit terluar. Selain itu pelembap juga berfungsi sebagai penghalang sementara (selama waktu tertentu), memberi waktu bagi sel-sel permukaan yang rusak untuk memperbaiki diri.

Pelembap dapat mengandung satu atau kombinasi dari bahan-bahan di bawah ini:

Humectant ini adalah bahan yang menyerap air dari udara dan mempertahankannya di dalam lapisan kulit. Untuk dapat bekerja selayaknya, humectant memerlukan tingkat kelembapan yang sangat tinggi. Humectant juga berguna untuk melembutkan kulit yang menebal.

  • Emollients (misalnya butil stearat, gliserin, lanolin, minyak mineral (terkandung di baby oil juga), petrolatum). Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit, membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan dan melumasi (emangnya mesin doang yang butuh pelumas 😀 ) kulit yang kasar. Intinya, dia bertugas menyumbat kekosongan (pori).

Emollient dapat berbahan dasar minyak, yang berarti ada sejumlah kecil air terlarut di dalam minyak. Ada juga yang berbahan dasar air, yang berarti sebagian besarnya adalah air sehingga terasa ringan dan tidak meninggalkan rasa licin (berminyak) di kulit.

Krim yang berbahan dasar minyak meninggalkan residu (sisa) di kulit serta lebih lama tinggal di kulit (sehingga efeknya bertahan lebih lama). Dan krim yang berbahan dasar air lebih mudah dibalurkan di kulit serta hanya meninggalkan sedikit residu, namun lebih sebentar pula efeknya bertahan.

Mayoritas krim dan lotion yang beredar di pasaran adalah yang berbahan dasar air.

  • Pewangi/parfum. Kebanyakan pelembap mengandung parfum, yang dapat membuat produknya memberi bau yang segar, menyenangkan, dan dapat menutupi bau bahan lainnya.

Parfum dalam produk perawatan kulit adalah kandungan yang paling sering menyebabkan iritasi atau alergi. Jenis yang cenderung merangsang reaksi dari kulit adalah alkohol kayumanis (cinnamic alcohol), hydroxycitronella, dan isoeugenol.

  • Pengawet. Setiap produk yang mengandung air dan minyak harus menggunakan satu atau lebih jenis pengawet untuk mencegah kontaminasi bakteri setelah produk dibuka (segel/kemasannya). Pengawet ini juga dapat memicu reaksi dari kulit. Jenis yang dapat menyebabkan masalah bagi sebagian orang adalah quaternium-15 and imidazolidinyl urea.

Selain bahan-bahan tersebut, pelembap juga mengandung bahan tambahan lain, seperti vitamin, mineral, sari tumbuhan, tabir surya, dan tanner.

Beberapa produk mengandung bahan yang diklaim dapat memacu tubuh untuk memproduksi kolagen dan elastin, mengurangi stretch mark (bekas kulit yang teregang, biasanya akibat kehamilan/kegemukan), menenangkan otot (ha?!), membuka pori, dan mengangkat sel kulit mati. Kebanyakan klaim ini ternyata TIDAK TERBUKTI !

Ingat, tidak ada jaminan bagi pelembap manapun bahwa ia akan memenuhi semua hal yang diklaim, bahkan belum tentu pula mengandung bahan yang dipromosikan.

Di Amerika Serikat, pelembap dikategorikan sebagai kosmetika (sama seperti di Indonesia), sehingga Food and Drug Administration (FDA) memperlakukannya dengan cara yang berbeda dari obat-obatan. Ini berarti produk tidak perlu menjalani uji keamanan dan efektivitas yang sangat ketat (tidak sama dengan uji untuk obat-obatan) sebelum dilepas ke pasar. (Waks! Apalagi di Indonesia! BPOM saja kecolongan di kasus pengawet minuman beberapa pekan lalu)

Pelembap mana yang paling baik untuk anda?

Pelembap yang paling cocok untuk anda bergantung pada banyak faktor, termasuk jenis kulit, usia, dan kondisi khusus (misalnya berjerawat). Sebagai panduan umum, pertimbangkan yang berikut ini:

  • Kulit normal. Kulit normal adalah yang tidak terlalu kering ataupun terlalu berminyak. Untuk mempertahankan keseimbangan kelembapannya, gunakan pelembap berbahan dasar air. Pelembap jenis ini terkadang mengandung minyak berberat jenis ringan, seperti cetyl alcohol, atau bahan turunan-silikon seperti cyclomethicone.
  • Kulit kering. Untuk mempertahankan kelembapan pada kulit yang kering, pilih pelembap yang lebih 'berat', yang berbahan dasar minyak serta mengandung urea atau propilen glikol – bahan yang membantu menjaga kulit tetap lembap. Untuk kulit yang sangat kering atau pecah-pecah, minyak lebih dianjurkan. Minyak lebih bertahan di kulit daripada krim dan lebih efektif dalam mencegah keluarnya air dari kulit. Pelembap jenis ini misalnya 100% petrolatum atau gliserin.
  • Kulit berminyak. Kulit yang berminyak sangat rentan terhadap jerawat. Walau begitu, kulit berminyak juga butuh dijaga kelembapannya, terutama setelah menggunakan produk perawatan kulit yang mengangkat minyak dan mengeringkan kulit.

Sebagai tambahan, pelembap yang ringan dapat membant
u melindungi kulit setelah dibersihkan/dicuci (cuci muka, ya kan?) Pilihlah produk yang bersifat bebas (dari)-minyak, berbahan dasar air, dan berlabel 'noncomedogenic' alias tidak menimbulkan komedo (penyumbatan pori).

  • Kulit sensitif. Kulit sensitif peka terhadap iritasi, kemerahan, gatal-gatal atau timbul ruam. Gunakan pelembap yang tidak mengandung bahan yang dapat memicu reaksi alergi, seperti parfum atau pewarna, dan dirancang khusus untuk kulit sensitif.
  • Kulit dewasa (maksudnya kulit yang 'menua' kali ya :p ). Dengan bertambahnya usia, kulit cenderung menjadi kering akibat berkurangnya aktivitas kelenjar yang memproduksi minyak. Untuk menjaga agar kulit tetap lembut dan lembap, pilih pelembap yang berbahan dasar minyak jenis petrolatum serta mengandung asam laktat atau AHA. Bahan-bahan ini membantu mempertahankan kelembapan dan mencegah kulit menjadi kasar.

Hasil yang terbaik dari pelembap

Untuk memperoleh hasil terbaik dari penggunaan pelembap:

  • Tentukan pelembap yang sesuai dengan jenis kulit dan membuat kulit tampak DAN terasa lembut. Mungkin anda harus mencoba-coba beberapa merek untuk menemukan yang cocok (dan disukai).
  • Ingat, harga TIDAK SELALU berbanding lurus dengan efektivitas. Hanya karena harga suatu pelembap sangat mahal, tidak berarti pelembap tersebut lebih efektif daripada produk yang lebih murah.
  • Balurkan pelembap segera setelah mandi/berendam. Tepuk-tepuk kulit dengan handuk hingga agak kering, lalu usapkan pelembap segera untuk memerangkap sisa air (mandi) di sel permukaan kulit.
  • Gunakan pelembap setiap kali diperlukan. Setelah mandi, sebelum keluar rumah di cuaca dingin, dan setiap kali mencuci tangan (waks! emak-emak kan sering banget cuci tangan!).
  • Jangan menggunakan krim yang 'berat' kecuali anda memiliki masalah dengan kulit yang kekeringannya amat berlebih. Sebaliknya, anda dapat menggunakan krim berbahan dasar minyak (yang sifatnya 'berat') di kaki, tangan, dan telapak kaki karena daerah-daerah tersebut memang cenderung lebih kering.

Jika penggunaan pelembap tidak memperbaiki keadaan kulit atau justru muncul masalah setelah penggunaan, konsultasikan pada dokter atau spesialis kulit. Mereka dapat membantu anda merencanakan pemeliharaan kulit dengan menilai jenis kulit, mengevaluasi keadaan kulit dan merekomendasikan pelembap yang lebih efektif.

Yang juga penting.

Gunakan sesuai aturan pakai yang terdapat di label produk. Kalau dikatakan untuk dipakai di kaki, jangan paksakan untuk dipakai di muka, dong.

Perhatikan peringatan yang diberikan dan hentikan pemakaian apabila terdapat tanda alergi/iritasi.

Cermati label. Produk-produk terkini selalu mencantumkan jangka waktu penggunaan produk setelah kemasan dibuka. Misalnya tulisan '12 m' dan gambar tutup terbuka. Artinya, sebaiknya gunakan produk hanya selama satu tahun setelah tutup/segel dibuka.

Harga dan kecocokan. Kalau memang lebih cocok dengan produk yang lebih murah, tak usah pusingkan promosi produk mahal di mal pusat kota. Toh tak semua orang tahu apa yang anda gunakan. Kecuali anda punya kebiasaan membawa sebotol pelembap ke mana-mana DAN memakainya di hadapan banyak orang. Itu masalah lain. Gengsi tidak dibahas di sini. 

44 Comments

  1. Luthfi

    December 17, 2006 at 6:34 am

    Waktu kuliah, seingatku humectant masih tetep seperti itu penulisannya dan belum tahu istilah lainnya (memang karena gak nyari 🙂 ).

    Bagiku pakai pelembab (buat di wajah) = nambah jerawat, apakah ini termasuk alergi …?

  2. aRdho

    December 17, 2006 at 7:04 am

    tante lita,

    mau nanya, misalnya untuk kulit yg biasa aja selama di indo.. trs begitu di belanda kan kering banget nih.. jadinya kulit kering abizz.. itu pake pelembab macem apa? 😀

    anyway, itu pelembap atau pelembab? 😛

  3. Lita

    December 17, 2006 at 7:40 am

    Luthfi
    Oh, dapet mata kuliah untuk gini-ginian toh?

    Kalo dengan berenti make lalu jerawatnya ilang, gak cocok aja kali sama merek pelembapnya.
    Tapi untuk cewek gak selalu gitu kasusnya.
    Misalnya, pas make pelembap itu kebetulan lagi haid. Bisa jadi jerawatnya karena lagi haid (akibat aktivitas hormon), bukan karena gak cocok sama pelembap.

    aRdho
    Pake pelembap untuk kulit kering aja, jeng. Tapi kalau lagi di Indo, pake untuk kulit normal, ya.
    *ngikik*

    Pelembap, menurut kamus terbaru 🙂

  4. wadehel

    December 17, 2006 at 10:31 am

    Kok tidak menyertakan merek yang disarankan? Bingung nih milihnya 🙁

    Kalau pelembab alami, yang praktis dan pasti aman, ada tidak?

    Bisa terjadi ketergantungan ga? Misalnya kalau kita terbiasa pakai pelembab, trus sekalinya ga pake, kulit malah jadi terlalu kering gitu.

  5. fitri mohan

    December 17, 2006 at 11:36 am

    sampai sekarang aku masih pusing menentukan mana pelembab yang baik untuk mukaku yang sensitipz ini (saking sensitifnya). ada produk (namanya N) katanya bagus, ternyata enggak cocok buatku. hampir semua produk aku coba, nggak ada yang sampai sekarang cocok. terakhir ini aku lagi nyoba produk Q, nggak tau deh bagus apa enggak. dokter disini nggak ada yang mau ngendorse merek apapun. akhirnya, aku dapet salon klinik yang cocok buat mukaku (keluar facial dari sana mukaku selalu bersih, dan mbak yang nge-facial itu juga kerjaannya halus banget, nggak bikin sakit atau merah-merah, kan susah banget tuh dapet yang begini ini). di salon inilah aku diperkenalkan produk Q. ya, moga2 aja ntar jodoh. 😀

    thanks buat postingannya ya mama lita. informatif banget! 😀

  6. Lita

    December 17, 2006 at 12:49 pm

    Wadehel
    Kalo aku merekomendasikan merek, jadinya review atau iklan dong :p Gak ah. Netral aja. Gimana kalo posting ini diprint trus dibawa pas mau beli pelembap? 😀

    Pelembap yang alami dan pasti aman? Ada dong. AIR. Cukup minum dan cukup kena air (ngga perlu selalu pake sabun, kok. kebanyakan sabunan malah bikin kulit jadi kering atau berminyak berlebihan).

    Ketergantungan? Entah. Bisa ya, bisa tidak. Reaksi kulit kan tergantung jenis dan merek pelembapnya dan keadaan kulit kita sendiri. Tiap orang beda-beda.

    Bisa jadi karena kita terbiasa dengan hasil polesan pelembap, saat sedang tidak pakai (dan kulit berada dalam keadaan ‘alami’ alias sebelum pakai pelembap) kita jadi kagok. Tidak terbiasa dan mengira kondisi kulit jadi lebih buruk sehingga harus selalu memakai pelembap.

    Fitri
    Dokter kulit bukannya bikin ramuan sendiri gitu ya, mbak? Aku belum pernah ke dokter kulit sih, jadi ngga tau dokter di sini merekomendasikan merek atau ngga.

    Aku pake produk N, yang katanya bisa ‘oil regulating’. Lha, hasilnya mukaku malah tambah berminyak, dibanding produk N juga yang ‘cuma’ oil-free gak pake klaim macem2.

    Cari yang cocok emang susye ye.
    Semoga petualangannya segera berakhir dan mbak menemukan yang dicari-cari (kesannya kaya nyari jodoh aja :mrgreen: )

  7. helgeduelbek

    December 17, 2006 at 7:45 pm

    Tambahan untuk Yang Penting
    Usahakan jangan pakai pelembab lagi. Pelembab yang sesungguhnya ada dalam diri. Yang selalu membuat wajah cakep.
    🙂 gak nyambung sama topik yo

  8. lita

    December 17, 2006 at 11:37 pm

    wah, aku termasuk berkulit kering sensitif..
    susaaahhh banget berjodo sama pelembab.
    sampe kalo di-facial selalu di’omel’in sama mbak nya..hehehe…

    alhamdulillah, akhirnya ketemu dokter kulit yg bikin pelembab yang cocok buat kulitku, tapi teteup aja ngga ngerti ingredient nya..:D

    btw, tks banget buat komennya ya, lit..:)
    seneng mampir ke sini, banyak nimba ilmu..insya allah bakalan sering mampir..

  9. Eep

    December 17, 2006 at 11:53 pm

    kalau laki-laki boleh ga pakai pelembab dan kosmetik muka lainnya..?
    saya sejak SMA hingga kuliah, selalu menggunakan tiga dasar perawatan muka.
    pembersih, penyegar, dan pelembab.
    dua kali seminggu pakai masker muka..
    sekarang aja jadi kurang perhatian sama wajah ini…
    hehehhe

  10. Lita

    December 18, 2006 at 12:33 am

    Helgeduelbek
    Kalo merasa perlu ya pake. Kalo ngga ya ngga usah pake.
    Isi memang penting. Penampilan juga. Kalo dua-duanya bisa OK, kan OK banget tuh 🙂

    Lita
    Wah, ada senior dateng 🙂

    Yang kering-banget dan berminyak-banget itu paling susah berjodoh dengan pelembap, ya?

    Terimakasih sudah mampir. Sering-sering ngga papa lho 😉

    Eep
    Yang serius, om? *terpana*
    Saya aja pake pembersih cuma kalo abis pergi seharian, kalo ngga ya pake sabun muka doang. Si om rajin banget!

    Pelembap aja kali ye. Masa mo ikutan pake eyeshadow, eyeliner, mascara, blush on and so on? 😀

  11. Eep

    December 18, 2006 at 6:48 am

    wakakakaka….
    serieus…, saya suka pake eye balm buat ngilangin kantung mata yang item karena kurang tidur..,
    ya itu dulu banget sampai dengan setahun menikah..
    tujuannya adalah untuk mendapatkan muka yang sehat dan cerah…
    soalnya kulit saya bisa diperes buat minyak goreng saking berminyaknya..
    sekarang lagi nyari tempat spa yang khusus buat lak-laki nih.. heheheh

    eyeshadow..? idih.. emang eike cowok apaan..? (sambil cuwil dagu) 😀

  12. renee, bundanya aila

    December 18, 2006 at 10:34 am

    he3x mba’…
    aku termasuk orang yg ‘terpesona’ dgn maraknya iklan pelembap, mulai yg murah-meriah sampe yg harganya malah mengeringkan kantong! ;P
    semua klaim bisa ini-itu, padahal ya cuma pelembap tea! 😀
    aku malah ngeri sendiri kalo baca pelembap punya kandungan ini-itu sehingga bisa begini-begitu (emang seberapa dalem sih daya serap pelembap? paling cuma di epidermis aja kan?), jadi ya…pake pelembap yg dijual bebas di supermarket/hypermarket aja, dgn harga beberapa puluh ribu aja… ;P (belum pernah facial lagi malah, setelah nikah & punya aila :D)
    alhamdulillah ini kulit pengertian bgt, kalo emak2x yg satu ini mesti nabung buat sekolahnya aila…mesti support suami buat ngebulin asep dapur… 😀

  13. nYam

    December 18, 2006 at 11:19 am

    sampe kuliah aku masih pake pelembab bayi. sampe akhirnya diketawain temen-temen. baru deh coba ini itu, akhirnya nemu yang mayan cocok. ga bikin muka kaya abis lari keliling senayan 10 kali (baca: kucel)

    btw, aku kan dikasih salep ama dokter. bole ga siy abis oles salep, diatasnya kena lotion? sering ga sengaja kena tuh T_T

  14. Luthfi

    December 18, 2006 at 2:43 pm

    @ #3 Mbak Lita
    Yaa iyyalahhhhhhh
    Tapi aku lupa di mata kuliah apa?
    Kimia Industri mungkin 🙂

    *siap2 pulang*

  15. fatimah

    December 18, 2006 at 4:13 pm

    makasih postingannya..hehe, jadi tau soal pelembap. btw, pake pelembap harus gak sih..? kl yg ada SPF-nya itu pelembap bukan? :D.

    ~hehe….gak nyewek banget nih

  16. ario dipoyono

    December 18, 2006 at 10:17 pm

    kira-kira ada hubungannya apa gak ya pelembap sama pembalap ???

  17. Lita

    December 18, 2006 at 11:30 pm

    Eep
    Hiiii… *kabur*

    Renee
    Sampe bawah epidermis dikit kali ya. Dikiiiit aja 😀
    Senangnya punya kulit yang pengertian. Hihihi…

    nYam
    Tergantung. Salepnya untuk apa? Kalo itu salep obat, sebaiknya ngga kena apa-apa lagi ya. Bisa ada interaksi antar bahan yang dikandung salep dan lotion-nya. Who knows :p

    Luthfi
    Ya maap, gak tau. Aku kan gak dapet mata kuliah ginian :p

    Fatimah
    SPF (Sun Protection Factor) itu bahan tambahan aja. Pelembap gak harus mengandung SPF, tapi biasanya tabir surya ada pelembapnya.
    Ini dua varian dengan dua kegunaan yang berbeda, Fat 🙂

    Aku tau SPF bukan karena pake sih, tapi karena penasaran 😀

    Ario
    Kalau dipaksakan, segala hal bisa dicari hubungannya 😉

  18. Eep

    December 19, 2006 at 6:04 am

    ario:
    hubungan pelembap dengan pembalap sama-sama lembap.
    *ngibrit…

  19. puskesmaspalaran

    December 19, 2006 at 8:12 am

    oalah betul rekomendasi mas wadehel,
    mbak lita … ahli kimia or mbokmenowo dokter plus ahli kimia …opo dr sp kulit ya …
    wa akhirul kalamun … takut komentar
    cm 🙂

  20. Lita

    December 19, 2006 at 9:24 am

    Puskesmas Palaran
    Wooo… mas Wadehel itu rekomendasinya meleset.
    Lha puskesmas kok dirujuk ke saya. Saya bukan ahli kimia, apalagi dokter, lebih lagi spesialis :p Sila baca ‘about’ 🙂

    Gak usah takut komentar, mas. Gak diapa-apain kok 😀

  21. yanti

    December 19, 2006 at 3:57 pm

    Lita, bisa diterusin bahas tentang pelembap malam alias krim malam ga?
    Apa bedanya dgn pelembap biasa (selain mungkin SPFnya ya)? Dan apa ada kandungan khusus yang membuatnya harus diaplikasikan malam hari?

    Thx ya. Tema kali ini bener2 menarik buat gw.. wakakakaka… You know me laa… 😛

  22. Herman Saksono

    December 19, 2006 at 4:57 pm

    Kalau Body Shop itu pelembabnya murahan nggak sih? Harganya harga butik, tapi kualitasnya setara vaselin menurutku. Hehehe.

  23. puskesmaspalaran

    December 19, 2006 at 11:24 pm

    mbak Lita,
    nyasar ke tempat yang benar ngga apa kan mbak … tuh buktinya tentang “imunisasi” … tanpa itupun namanya cari ilmu kan ya ngga ada larangan, wong ilmu manfaat …
    Salam untuk keluarga dan semua rekan di sini
    Moga sukses
    cm 🙂

  24. dini

    December 20, 2006 at 1:20 pm

    g pernah tanya ama dokter kulit, ktnya sih klo di indonesia, krn daerah tropis, kita ga butuh pake pelembab, yg kita butuhkan itu tabir surya, yg ada spf nya,.. klo pelembab gak gitu perlu..

  25. Lita

    December 21, 2006 at 9:16 am

    Yanti
    Krim malam biasanya untuk memutihkan atau mengencangkan (atau apapun yang mereka bilang). Bedanya dari pelembap biasa ya kandungannya, terutama bahan aktifnya yang sensitif terhadap sinar ultraviolet.

    Karena peka sinar UV, ketika konsumen sedang memakai bahan ini dianjurkan untuk tidak terpapar sinar matahari secara langsung karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Untuk kasus lebih buruk, bahan aktif tersebut dapat mengalami kerusakan yang membuatnya bersifat karsinogenik.

    Krim malam harusnya tidak perlu SPF ya. Biasanya kan dipakai menjelang tidur saja. Walaupun kalau di negara 4 musim atau dekat kutub, siangnya lebih lama.

    Request dicatat.

    Herman
    Body Shop? Aku belum pernah pake pelembapnya sih, baru nyoba lip balmnya. Beda dari merek lain… Harganya jelas butik ya 😀 Yang jelas aku suka aroma, rasa, dan teksturnya. Semangka… slurp! :p

    Puskesmas
    Salam untuk rekan-rekan di Puskesmas Palaran juga. Tetap berjuang! 🙂

    Dini
    Kalo boleh melengkapi kata dokter kulitnya mbak, “Tergantung aktivitas sehari-hari”.
    Betul, Indo adalah negara tropis yang kelembapannya tinggi. Itu secara rata-rata dan di luar ruangan.

    Jika kita adalah pekerja yang menghabiskan hari di ruangan berpendingin (AC), kulit kita akan mudah menjadi kering karena kelembapan relatifnya rendah.

    Butuh pelembap? Tergantung kondisi kulitnya. Kalau pada dasarnya kulitnya sudah kering, paparan AC dalam waktu lama akan membuat kekeringannya semakin menjadi. Ada yang kulitnya jadi mudah teriritasi karena terlalu kering, kalau begini kan lebih baik pakai pelembap.

    Sedangkan kalau kita adalah ibu rumahtangga yang jarang ke luar rumah (aku, misalnya), pakai pelembap yang mengandung SPF juga ngga efisien. SPFnya ngga kepake.

    Ngga usah pakai pelembap? Ya sama seperti tadi, tergantung kondisi kulit dan keadaan. Kalau di rumah tapi semua ruangan berpendingin (dan dinyalakan :p ) kan sama saja seperti yang ngantor di ruangan ber-AC.

  26. rika

    December 21, 2006 at 1:16 pm

    aku jg cari2 yg cocok susye. tapi alhamdulillah setelah serangkaian ekperimen cocok juga dg salah satu dan cocok ama produk yang MURAH lagi! hahahaha… dan ini berlaku juga tnyta untuk produk pembersih mukaku, cocoknya ama yg murah! apa wajahnya juga murahan yak? hahahahahaha….

  27. unduk

    December 24, 2006 at 11:25 am

    bagus pisan euy… Membuat daku terkagum-kagum. Bagus isinya, oke gaya nulisnya. Boleh ya kalo kapan-kapan tulisannya kita kutip untuk artikel mediasehat?

  28. miwmiw

    December 24, 2006 at 11:37 am

    tante… humectant itu ya humectant. Dulu waktu jaman kuliah, katanya semacam surfaktan (Nah lu, surfaktan apa lagi tuh?) tapi antara air dan udara, atau “mengusir udara” dari permukaan air, supaya bisa bersatu dengan baik dengan kulit, atau yah kira2 begitulah. Kita dulu suka ketuker sama emolient (pelembab), karena fungsinya mirip-mirip sih.

    Kalau padanannya humectant… ya HUMEKTAN kali ya? huehehehe.

  29. Lita

    December 24, 2006 at 11:48 am

    Rika
    No comment ah, ntar ditimpuk mbak Rika 😀
    *ngumpet*

    Unduk
    Terimakasih sudah mampir ke mari 🙂
    Boleh dikutip, asal disebutkan sumbernya. Untuk lebih lengkapnya, sila simak lisensi yang kami gunakan.

  30. Lita

    December 24, 2006 at 8:59 pm

    Miwmiw
    Maaf kelewat. Soal surfaktan, sudah saya jelaskan kok di posting khusus 😀 Jangan khawatir hehehe…

    Eh, kok saya dipanggil tante, seh? *protes*

  31. Ketty

    December 26, 2006 at 2:55 pm

    Mb Lita,
    tentang Humectant dan emollient : beberapa buku farmasi menterjemahkannya menjadi : humektan. Emollient menjadi emolien.
    Kemudian tentang pernyataan:
    “Di Amerika Serikat, pelembap dikategorikan sebagai kosmetika (sama seperti di Indonesia), sehingga Food and Drug Administration (FDA) memperlakukannya dengan cara yang berbeda dari obat-obatan. Ini berarti produk tidak perlu menjalani uji keamanan dan efektivitas yang sangat ketat (seperti uji untuk obat-obatan) sebelum dilepas ke pasar.”

    Mohon hati-hati dalam memberikan statement seperti itu karena bisa menimbulkan judgement yang keliru pada orang awam, seolah-olah kosmetika tidak diuji sama sekali sebelum diebrikan izin edar.

    Walaupun jenis dan kompleksitas pengujiannya berbeda dengan obat, tiap aplikasi pendaftaran kosmetik harus dibuktikan aman sebelum disetujui oleh BPOM.
    Pengujian keamanan yang harus dipenuhi untuk kosmetik, salah satunya adalah uji cemaran mikroba, dimana hasilnya harus negatif. Bahan aktif maupun bahan tambahan, bahkan pengawet yang terkandung dalam kosmetik pun harus memenuhi syarat dan di dalam buku peraturan perundangan tentang kosmetik, ada bahan-bahan yang tidak boleh melebihi batas tertentu dalam formulasi kosmetika. Nah bahan seperti ini cukup banyak yang diatur, panjang juga listnya.
    Bahan yang punya persyaratan batas ini tentunya sudah melalui serangkaian uji yang panjang sehingga bisa ditetapkan batas maksimumnya.
    Kosmetika sendiri termasuk sediaan topikal yang maksimum hanya boleh bekerja sampai batas epidermis. Tidak boleh lebih dalam lagi, walaupun sedikiiiit juga tidak boleh. Epidermis sendiri terdiri dari beberapa lapis, kalau saya tidak salah sampai 7 stratum. Mangkanya ada pelembab yang mengklaim bisa bekerja sampai lapisan ketujuh kulit, maksudnya yah epidermis itu.
    Kalau bisa klaim lebih dari epidermis mah udah termasuk obat, bukan kosmetik lagi. Hati-hati dengan jualan kosmetik kayak gini.

    Dalam kosmetik tidak boleh ditambahkan bahan yang termasuk kategori obat, kecuali memang dimaksudkan untuk demikian. Dalam hal ini kosmetika bukan lagi disebut kosmetika melainkan “obat”, pendaftarannya pun harus melalui jalur obat.

    Klaim kosmetik pun sebenarnya di atur dalam buku perundangan tersebut, tidak boleh over claimed, seperti “Bebas ketombe” , “menghilangkan proses penuaan” nggak boleh itu.

    Susahnya, bisa aja di luar sana ada produsen yang nakal, menggunakan bahan tertentu melebihi dosis secara sembunyi2,atau mengiklankan kosmetik secara berlebihan. Dan memang fungsi kontrol dari pemerintah masih terbatas.
    Akibatnya konsumen yang jadi korban.

  32. Lita

    December 26, 2006 at 4:05 pm

    Ketty
    Untuk bagian yang harus ‘berhati-hati’:

    Karena itu, saya tidak melepaskan peran FDA dari artikel ini. Bisa saja aturan FDA dan BPOM berbeda. Prosedur FDA dan BPOM juga mungkin tidak sama.

    produk tidak perlu menjalani uji keamanan dan efektivitas yang sangat ketat (seperti uji untuk obat-obatan) sebelum dilepas ke pasar adalah penerjemahan harfiah dari artikel aslinya. Dan seharusnya “Seperti uji dalam obat-obatan” diberi penekanan.

    Terimakasih atas koreksinya, mbak Ketty 🙂 Sudah membetulkan saya yang masih suka ngawur :p

  33. Ketty

    December 26, 2006 at 6:02 pm

    Halah..masih jauuuh lebih banyak ilmunya dibanding errornya (baca: ngawurnya) kok Mb Lita.
    BTW: soal pe-lembap (yang benar ternyata pakai ‘p’ ya, bukan ‘b’) saya termasuk jenis yang pusyiang karena ndak pernah ketemu yang cocok alias masih dalam pencarian.. Jodoh kalee

  34. Lita

    December 27, 2006 at 9:36 am

    Ketty
    Ya tetep aja masih ada ngawurnya 😀
    Beginilah enaknya blog, saya bisa langsung diajari oleh orang-orang yang lebih mengerti.
    *senang*

    Semoga lekas dipertemukan dengan yang dinanti-nanti :mrgreen:

  35. yanti

    July 19, 2007 at 6:01 pm

    Ta.. kalo night cream ama day cream moisturizer beda utamanya ada di mana ya?

    day cream ada sunscreennya, gitu?

  36. yanti

    July 19, 2007 at 6:02 pm

    eh udah pernah nanya ya… dudul :))

  37. kepang

    December 5, 2007 at 9:59 pm

    bisa gak terangin ttg propilen glikol????makasih…

  38. Menghitung Jerawat di depan cermin « Ngobrol Kesehatan

    August 9, 2008 at 12:59 pm

    […] Usahakan memakai bahan kosmetik berbahan dasar air ( tanya Bu Lita, beliau sudah pernah menulis seputar pelembab) […]

  39. filza

    December 20, 2009 at 10:16 pm

    mba maaf sy mw tanya,,mba pnya artikel atw bahasan tntang mikroemulsi ga..truz pengaruh surfaktan thp mikroemulsi itu apa?mksh

  40. Tari

    September 24, 2010 at 9:32 am

    Kulitku berminyak dan berjerawat, apakah boleh pakek pelembap?

    1. Lita

      October 9, 2010 at 8:33 am

      Boleh sekali 🙂
      Kalau kulit berminyak & berjerawat dikeringkan dari minyak tanpa dilembapkan, kelenjar minyak dapat makin aktif untuk mengimbangi tingkat kekeringan kulit yang meningkat. Malah jadi makin ‘parah’ minyaknya.
      Pilih pelembap ringan berbahan dasar air saja, bukan minyak.
      Jadi kulit tidak dehidrasi tapi juga tidak terasa berat akibat minyak.

  41. mirna

    November 22, 2010 at 5:45 pm

    nyari crem bentuk dasar dimana ? di kotaku ga ada..

  42. mirna

    November 22, 2010 at 6:10 pm

    bahan dasar air maksudku. creamnya

  43. pati

    May 9, 2011 at 5:36 pm

    tante lita jerwat sa tambah bxak ni ,, obatx ap ew,,

Leave a Reply to Lita Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.