Pemeriksaan Tubuh Pranikah

Saya sedang berminat pada topik seks, berkat kunjungan ke cak Moki. Bagi yang merasa bahasan ini khusus dewasa, pikirkan kembali. Anda juga punya organ seks, bahasan ini penting. Dan jika anda pikir saya akan menyuguhkan bahasan ala Hustler, minggat saja.

Sebelum menikah, saya memeriksakan diri ke dokter kandungan. Dokter tersebut berkomentar bahwa apa yang saya lakukan belum umum. Maksudnya memeriksakan diri sebelum menikah belum menjadi perhatian utama para perempuan yang akan –dalam waktu dekat atau masih lama- menikah.

Pernah dengar tentang seorang presenter yang digosipkan hamil sebelum menikah hanya karena kedapatan berkunjung ke dokter kandungan dengan diantar pacarnya? Saya tidak mempersoalkan siapa yang mengantar –yang memang dapat memicu gosip-, saya hanya amat heran kenapa para penyedia tayangan gosip ini pikirannya begitu dangkal.

Apakah mereka belum pernah mendengar tentang pemeriksaan pranikah? Bahkan laboratorium menengah saja sudah menyediakan paket pemeriksaan pranikah. Setelah ngedumel saya baru ingat, mereka memang dibayar untuk membangun gosip. Tak penting apakah itu membuat mereka tampak kurang memanfaatkan otaknya.

Kembali ke permasalahan. Kenapa sih pemeriksaan pranikah itu diperlukan?

  1. Jika ada masalah, dapat dideteksi dini dan dicarikan solusinya sebelum anda keburu menikah dan ingin punya anak namun tak bisa apa-apa karena masalah kesehatan anda menghalangi dari punya anak.
  2. Anda dapat mengetahui rupa lain dari pasangan anda.
    Apa yang akan dia lakukan jika sebelum menikah dia mengetahui bahwa ternyata alat reproduksi anda tidak/kecil kemungkinannya dapat mendukung kehamilan? Meninggalkan anda? Atau mengatakan ‘aku tidak peduli karena aku mencintaimu dan aku tetap ingin menikah denganmu’?
  3. Menentukan apa yang perlu anda lakukan.
    Kalau anda ingin segera punya anak, maka mengetahui status kesehatan anda menjadi penting. Kurang gizi, mengidap infeksi yang dapat membahayakan keselamatan janin, belum siap mental untuk hamil dan melahirkan, atau siklus menstruasi yang kacau balau (yang dapat menjadi penanda ada sesuatu yang salah dalam tubuh anda).

    Dan jika anda tidak ingin segera punya anak, anda dapat memilih alat kontrasepsi yang cocok sedini mungkin, sebelum malam pertama pernikahan anda ternyata ‘tokcer’ dan anda hamil pada kunjungan konsultasi selanjutnya.

  4. Supaya lebih sadar diri.
    Kebanyakan dari kita tidak peduli hingga ada sesuatu yang salah atau merasa sakit. Sebelum terjadi, maka pemeriksaan awal akan membantu kita untuk mengetahui apa yang penting untuk dilakukan dalam menjaga kesehatan reproduksi. Apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan.
  5. Supaya mengenali diri sendiri.
    Anda dapat mengetahui letak/posisi rahim, kondisi leher rahim, kondisi indung telur, dan sebagainya, tergantung seberapa teliti pemeriksaannya. Dengan demikian anda dapat menentukan posisi dan cara yang tepat dalam berhubungan seks jika ingin segera –atau sebaliknya, memperkecil kemungkinan- hamil.
  6. Kondisi setiap perempuan tidak sama.
    Karena itu apa yang ‘nyaman’ dan ‘enak’ bagi perempuan lain belum tentu berlaku untuk anda. Jangan telan bulat-bulat kenyataan bahwa tetangga anda sangat menikmati ‘posisi di atas’ sementara letak rahim anda membuat anda tidak lekas hamil –yang lebih anda inginkan- jika terus berhubungan intim dengan cara yang sama.
  7. Membuat anda menyadari bahwa anda (eh, saya ding) sok tahu.
    Bagi anda yang ternyata memang sok tahu. Kebanyakan kita merasa tahu, hingga pemeriksaan itu memberitahu kita sebuah kenyataan bahwa selama ini kita tidak tahu sebanyak itu. Bahkan tentang tubuh kita sendiri.
  8. Memberi anda kesempatan bertanya sebelum anda menyesal karena tidak bertanya sebelum menjalani malam pertama.
    Apakah aman menggunakan krim perontok rambut di daerah pubis? Apakah menelan sperma dapat menyebabkan sesuatu? Apakah anda dapat menulari/tertulari HIV atau hepatitis B dengan gaya seks tertentu? Seperti apa rasanya orgasme? Bagaimana rupa klitoris? Di mana letaknya? Apa yang sebaiknya dilakukan apabila anda belum mendapat orgasme sementara suami baru anda sudah nyaris tertidur nyenyak setelah puas?

Ini hanya sekelumit yang dapat anda peroleh dari pemeriksaan pranikah. Kemungkinan besar dokter kandungan anda akan memberi anjuran atau rekomendasi untuk menjalani tes guna mengetahui apakah anda telah terinfeksi –CMV, misalnya- tanpa anda ketahui.

Jika keadaan anda diketahui sejak dini, anda dapat memperoleh terapi yang tepat tanpa calon suami anda mengetahui ‘ketidakberesan’ anda saat ini. Tahu juga tidak apa-apa sih, ya. Tergantung dia bagaimana.

Jenis infeksi tertentu akan ‘memaksa’ anda untuk menunda kehamilan. Jika anda paksakan lanjut (untuk hamil), mungkin perkembangan janin akan terganggu, keguguran, atau lahir dalam keadaan cacat.

Sebelum kali ini saya disangka seksolog, bahasan saya cukupkan sampai di sini. Apapun yang anda lakukan dengan pasangan anda setelah membaca tulisan ini (terlebih lagi akibatnya), adalah bukan tanggungjawab saya. Saya tidak menganjurkan teknik seks yang bagaimanapun. Apabila kesannya demikian, maka anda keliru membaca arah pembicaraan saya.

Ngomong-ngomong, bagaimana sih penulisan yang benar? Pra nikah? Pranikah? Pra-nikah? Atau bagaimana?

58 Comments

  1. Luthfi

    February 21, 2007 at 2:18 pm

    pertamax!!!
    yg kemaren dibahas ama tmnku adalah ttg vaksinasi tetanus. hubungannya ama nikah dimana sih?
    *secara yg komen blm nikah* :_)

  2. Eep

    February 21, 2007 at 2:28 pm

    apakah pemeriksaan tubuh dapat dilakukan oleh calon pasangan kita…?
    hehehehe..

    1. Luthfi

      February 21, 2007 at 5:05 pm

      wah, asik juga tuh
      ups
      *ngetes menu Reply to this comment*

      1. mBu

        February 21, 2007 at 11:59 pm

        ih.. lucu nih fitur nya..

  3. kenji

    February 21, 2007 at 4:45 pm

    IC IC
    beda ya ama TEST-DRIVE… klo beli mobil kan harus test drive dulu :D, klo ok baru tanda tangan kontrak jual beli 🙂

    hehehehe… canda kok…

    ini yang saya bingungkan, bagaimana klo ternyata hasil test nya negative? misalnya:
    1. Ternyata sang istri ga “virgin”… terus si co ini ga terima karena dia sampe ritual lamaran merasa ga pernah di”servis”…
    2. Ternyata salah satunya mandul… terus ribut akhirnya batal
    dll
    bukannya batal kawin (eh nikah dink ;)) karena begitu lebih menyakitkan…
    btw laporan pemeriksaan pra nikah itu apa aja ya yang di cek 😀

  4. Adi Suryono

    February 21, 2007 at 5:20 pm

    Pra dan pasca itu ditulis serangkai dengan kata yg mengikutinya, pranikah dan pascanikah. Tapi kalo orangnya sih seharusnya dipisah waktu pranikah trus baru boleh gabung kalo dah pascanikah. hehehe

  5. fertob

    February 21, 2007 at 10:07 pm

    Sebenarnya bukan cuma masalah sex saja. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah juga bisa menginformasikan kepada kita kemungkinan2 penyakit keturunan. Malah di LN (apa singkatannya ya ?) pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dilakukan juga dengan pemeriksaan DNA dan kromosom. Tapi memang jadi mahal.

    koq setiap kali bahas sex-ed, saya jadi ingat konseling kesehatan reproduksi pada remaja dulu…?? banyak hal-hal yg “aneh” dan “lucu” yang terjadi saat itu. Kayaknya perlu ditulis nih…

    *lebih baik Sebelum Menikah”, gimana mbak ?*

  6. fisto

    February 21, 2007 at 10:56 pm

    saya malah pengen jadi seksolog tapi gak kesampean….anyway, saya juga setuju dengan pemeriksaan pranikah seperti halnya saya setuju dengan perjanjian pranikah…

  7. Lita

    February 22, 2007 at 12:21 am

    Luthfi
    Vaksin tetanus itu untuk mempersiapkan ibu menjelang melahirkan. Maksudnya untuk memperkecil kemungkinan ibu terinfeksi tetanus karena perlukaan (disengaja -sirkumsisi- atau tidak disengaja -jaringan robek, misalnya- )saat melahirkan.

    Jadi vaksin ini ada hubungannya dengan nikah kalau perempuan yang hamil menghendaki kehamilannya terjadi setelah menikah. Kalau gak merasa perlu nikah dulu ya hubungannya antara vaksinasi tetanus dengan kehamilan (bukan nikah) :p

    Eep
    Mari kita berdoa menurut keyakinan masing-masing.
    *tebar kacang kedele, ikutan orang Jepang hihihi*

    Luthfi, mBu
    Udah? Puas nyobanya? :mrgreen:
    Plugin asik dari WP (thanks to Brian).

    Kenji
    Tes apaan, Kenj? Tes deteksi infeksi?
    Eh, keperawanan (keutuhan selaput dara) gak ada di daftar tes, kok!

    1. Si cowok tau dari mana ceweknya gak virgin? Gak beda kok penampakan organnya. Cewek virgin juga ada yang selaput daranya gak utuh. Misalnya karena kecelakaan atau udah bawaannya gak se’utuh’ milik mayoritas perempuan.

    2. Nah kalo gitu kan si cewek setidaknya tau kalo cowoknya cuma pengen punya anak dari dia. Kalau memang cinta dan pengen nikah, biarpun mandul, kan bisa ngadopsi anak (kalo emang pengen punya anak) atau punya anak asuh (tanpa status adopsi)? Daripada kecewa kemudian (dikira cinta mati rela berkorban apapun demi dia)?

    Sakit pasti. Tapi mending ngomong di depan daripada udah kawin trus ditinggal ‘cuma’ gara-gara mandul. Udahlah gak perawan lagi, harus melayani suami, ternyata si suami hengkang. Lebih banyak ‘rugi’nya :p

    Apa aja yang dicek? Itu nanti aja, di tulisan yang laen hehehe… Periksa ‘dalam’ deh pokoknya.

    Adi Suryono
    Wah, terimakasih pak Adi. Boleh juga tuh jawabannya. Cerdik 😉

    Fertob
    Luar negeri? Di negara maju, maksudnya? Mahal ya, ribet pake ngetes DNA segala.
    Iya, ditulis aja yang ‘aneh dan lucu’ itu. Bagi-bagi 🙂

    Hmm… iya juga. Tapi jadi agak panjang, ya? Sebelum menikah. Tampak kurang ‘keren’, begitu.
    Kalau ‘pascasarjana’ (sama kan yang dimaksud?) jadi ‘setelah sarjana’ kan kesannya jadi kurang ‘ilmiah’ 😀
    Hihihi… maksa banget ya saya bikin aturan sendiri. Bahasa kok pake keren segala.

    Fisto
    Huehehe… aku belum pernah lihat langsung draft perjanjian pranikah jadi gak komen ah 😀

    1. Aswad

      February 24, 2007 at 8:17 pm

      Sudah ada fitur reply comment, tapi Bu Lita masih me-reply komentar dengan cara lama (??). Mungkin biar sekalian nambah2 jumlah komentar kali yaa…

      1. Lita

        February 24, 2007 at 9:18 pm

        Justru kalau aku balas satu per satu seperti aku menjawab komentarmu ini, jumlah komentar akan bertambah banyak dengan cepat, kan? (Kalo bisa, komentarku ngga nambah jumlah total komentar di sini. Tapi gak mungkin)
        Dengan menjawab seperti biasanya, hanya akan ada satu untuk beberapa komentator. Kalau seperti ini, akan ada satu untuk SETIAP komentator. Betul? 🙂

  8. mina

    February 22, 2007 at 8:54 am

    jalan sama calon, ke dokter kandungan, pasti disangka yang enggak2 😀

  9. riko

    February 22, 2007 at 11:58 am

    hmm.. setuju mba’….
    jangan anggap enteng hal-hal ini, bukan masalah SEX aja…
    kelainan perdarahan, riwayat kesehatan keluarga, sampe ukuran gigi pengaruh buat anak cucu kita nanti
    kalo mau bukti, maen-maen deh ke rumah sakit, jalan-jalan ke bagian anak, lihat betapa banyak anak yg menderita karena ortunya “asal nikah” percaya deh….
    bayangkan punya suami ato istri yg penyakitan… mau ditinggal mati pas anak2 masih kecil??
    ini serius…

  10. manusiasuper

    February 22, 2007 at 12:13 pm

    Ah, tampilan baru…
    Kualitas tetap terjaga..
    Tapi See-Law buanget mba!

    Ngomong2 pemeriksaan pranikah, saya niatnya mau memeriksa sendiri calon istri saya itu, biar hemat. Boleh mba? (GLEPAK!

    Serius, apa saja point-point yang harus ‘kami’ tanyakan pada dokter jika melakukan pemeriksaan pranikah mba?

    Dan bagaimana supaya infotainment itu idak memergoki kami pas periksa nanti? saya males digosipin yang bukan-bukan…
    *mode berasa artis on*

  11. Evi

    February 22, 2007 at 2:23 pm

    setuju Mba, pemeriksaan pra nikah. aku nyesel tidak melakukan itu. Pas udh nikah smp bulan ke 6 blm hamil was-was bgt, akhirnya ke dokter kandungan di USG baru deh ketahuan ternyata ada masalah pada letak rahimku. stl tanya solusinya ke dokter dan dibantu cara tradisional (saran teman baik)alhamdulillah pas bulan ke 9 aku hamil.

  12. Biho

    February 22, 2007 at 2:42 pm

    wih wajah baru nih 🙂

    Ya betul sekali, cobalah ngikut gaya bercinta yang menurut istri enak, wong buat cowok segala posisi dan gaya pasti nggak enak kok. tanya kenafa? pasti pada njawab = iya nggak enak, tapi ueeennnak tenan 😉

  13. nYam

    February 22, 2007 at 2:50 pm

    ga periksa pranikah, cuma sempet TT+MMR aja. untung baek2 aja, cuma pas USG kmaren dibilang rahim sempit ke belakang. kalo konsul pranikah, sempet tanya-tanya soal KB+alat KB. untung dokternya baek, ngasih penjelasan jelas bin lengkap. ga nyesel 😀

  14. Lita

    February 22, 2007 at 10:02 pm

    Mina
    Iya ya, mbak? Gak artis doang hehehe…

    Riko
    Nah tuh, dengerin sodara-sodara! 🙂
    Tapi Ko, kalau ‘hanya demi’ melahirkan anak yang sempurna lalu sejak kenalan butuh sampel kromosom, kayanya kurang manusiawi ya?

    Maksudku, ketika ada teknologi untuk ‘mengintip’ calon janin, kadar ‘kepasrahan’ kita jadi berkurang. Ketika bayi lahir tidak sempurna, lalu berbagai daya dilakukan untuk mencari penyebabnya. Kemudian amat sibuk dengan itu, sehingga melupakan tugas dasar orangtua: menyayangi dan membimbing anaknya. At all cost.
    Bukannya gak realistis dan sok idealis, sih. Sedih deh…

    ManusiaSuper
    Silau? Ah masa? Di sini adem ayem aja, tuh.
    Eh tapi tampilan di Macintosh emang beda ama di PC ding (ngintip monitor suwami).
    Matiin aja CSSnya kalo gitu hihihi… (ngeles mulu).

    Periksa sendiri? *bletak!*
    Maksudnya nganter sendiri? Hehe… Daripada bayar ojek, ya? Hihihi…
    Soal apa yang ditanyakan, tanya apa aja.
    Coba browsing dulu seputar organ reproduksi, fungsinya, kondisi normal dan abnormalnya, penyakit kelamin atau kelainan alat reproduksi, kehamilan, komplikasi kehamilan, persalinan, seks (dalam keadaan ‘normal’ maupun ketika hamil)… Nah tuh, udah banyak banget kan.

    Mending dicatet aja yang pengen ditanya. Kalo lupa -padahal penting dan pengen tau banget- ntar nyesel lho. Kan kalo balik lagi berarti bayar lagi hihihi…

    Supaya gak ketauan wartawan? Ya jangan bilang-bilang, dong. Nyamar. Usahakan sejak keluar rumah sampai di tempat pemeriksaan ngga dibuntuti siapapun. Siapkan beberapa orang untuk berjaga dan mengamankan jalan keluar darurat supaya gak ‘ketangkep basah’ wartawan di pintu depan.

    Halah, aku lagi demen banget baca novel detektif nih 😆

    Evi
    Alhamdulillah ketemu akar masalahnya sebelum ada ‘keributan’ yang tidak perlu. Biasanya yang kaya gitu kan agak sensitif dan pihak perempuan cenderung lebih disalahkan (padahal ngga selalu).
    (emangnya ada keributan yang perlu? hihihi)

    Biho
    Maap mas, komentarnya sering nyangkut di Akismet.
    Ah, dasar lelaki 😆

    nYam
    Aku malah gak kebagian TT & MMR 😀

  15. cakmoki

    February 23, 2007 at 3:34 am

    Horeee, siiip siiiip, akhirnya wanita yang bicara lebih friendly.
    Wah 1 sampai 8 lengkap, ada pesan manusiawinya juga.
    Yang no 8 itu di dunia nyata emang betul, maaf, sebagian wanita tidak tahu bahkan tidak pernah merasakan orgasme. Lha wong suami gak tahu tempat clitoris apalagi memperlakukannya. Dan si wanita malu minta, eh maksudnya malu menunjukkan tempatnya (jangan-jangan gak tahu juga ya).
    Ditunggu detail no 8 dan lanjutan periksa “dalem” ya ? *maksa* 😀

  16. Amd

    February 23, 2007 at 5:49 am

    Penulisan yang bener seingat saya PRANIKAH, atau dalam bahasa Enggris PREMARITAL, seperti juga PRASEJARAH (PREHISTORY)atau PRADEWASA (PREADULT) dll…
    CMIIW deh…

    Halah kalau yang nyangkut-nyangkut bahasa gatel deh pengen komen…

  17. manusiasuper

    February 23, 2007 at 1:10 pm

    ————
    Apakah aman menggunakan krim perontok rambut di daerah pubis?
    ————

    Memang ada yang begitu ya mba? Aneh-aneh saja kalian kaum wanita ini…

    Eh,OTT: Ada novel detektif ringan bagus: Judulnya Chloe Cewek Detektif, ada 6 seri yang sudah terbit. Yang nulis Norah McClintock. Bahasanya sarkastis! Mba banget tuh…

  18. Nananging Jagad

    February 23, 2007 at 1:20 pm

    Ooooooo begitu to, baru tau saya…..-0)

    Nuwun sewu…

  19. Lita

    February 23, 2007 at 11:32 pm

    Cak Moki
    Lha, manusia ya pake bahasa manusia tho, cak. Apa dokter bukan manusia? Hehehe…
    Ahem, soal organ, saya malah diajari suami tuh. Saya termasuk yang pemalu.
    *ngakak, kedengeran bohong banget gak sih*

    Ah, pengetahuan memang menuntut, ya. Kalau ngga tau ya ngga akan minta jatah orgasme, gitu maksud saya. Kalau ngga tau juga ngga akan ngedumel dalam hati bilang suami ngga peka, ngga berpengetahuan, ngga… ngga ngerti perasaankuuuu huhuhuhuhu…
    *Ini bukan curhat. Ingat cerita suami kalau banyak perempuan ‘desa’ atau ‘kolot’ yang memang ngga kenal dan ngga pernah tahu yang namanya orgasme*

    Amd
    Terimakasih 😀
    Ngga papa, naluri semacam ini berguna banget buat saya. Setidaknya ketika digunakan untuk membantu saya hehehe…

    ManusiaSuper
    Ah, lelaki juga ngga kalah, kok.
    Ada obat penumbuh jenggot, obat kuat, susu khusus biar badan keren berotot, krim pencukur yang melembutkan kulit plus wanginya enak, ikutan ke salon dan luluran, dll.

    Ngga aneh? Lha pake krim perontok rambut apa anehnya? Bukannya tubuh perempuan yang licin mulus bersih dari rambut itu lebih sedap dilihat? Apalagi kalau rambut pubis sirna. Kan jadi lebih mudah dan nyaman berhubungan intim 🙂
    Ngga percaya? Dicoba dulu qeqeqeqeq… (eh nikah dulu, ding).

    Eh, serius.
    Gini, perontok rambut kan banyak jenisnya. Salah satunya yang berupa krim (atau sejenisnya, pokoknya bahan kimia yang cara pakainya adalah dengan dioles).
    Sedangkan daerah pubis itu kan sensitif. Bisa jadi apa yang aman dipakai di ketiak ngga aman dipakai di daerah pubis, berhubung di sana ada bukaan menuju tubuh bagian dalam. Bukaan itu kan memberi kesempatan bagi paparan zat di sekitarnya untuk masuk.
    Lha kalau ternyata leher rahim (atau vagina itu sendiri) ngga kuat terhadap reaksi bahan kimianya pegimane? Niat mulia untuk menyenangkan hati suami malah jadi berabe.

    Menghilangkan rambut dengan cara lainnya juga ada, misalnya dengan disetrum (dimatikan syarafnya atau gimana gitu), dicabut (biasanya satu-satu), dicabut dengan wax (lilin) atau plester khusus atau kombinasinya. Cara-cara begini kalau diterapkan ke area pubis kan ngga nyaman banget.

    Pakai setrum itu satu per satu akar rambut, lho. Kebayang kan berapa lama harus mengangkang?
    Dicabuti juga satu-satu (walau mungkin ada juga yang bisa tiga sekaligus. Gimana caranya coba?). Sakit pula.
    Pakai wax apalagi. Sakit, bisa iritasi pula karena lecet.
    Jadi cara yang bersisa kira-kira tinggal bercukur dan menggunakan krim.
    Jangan tanya saya pakai krim apa makenya gimana mereknya apa beli di mana. Lha wong saya juga gak tau 😀

    Eugh, kalo judulnya rada chicklit gitu jadi males deh :p
    Halah, aku sarkastis yak wakakakak…

    Nanang
    Monggo. Semoga berguna 🙂

  20. verrani

    February 24, 2007 at 10:23 am

    mbak lita, kayaknya gak pada tempatnya nih. apa ibu yang kurang ASI bisa dibantu dengan MOTILIUM? Thanks atas jawabannya. Kalo nggak berkenan jawab disini di e-mailku aja yaa? thanks, thanks..

    1. Lita

      February 24, 2007 at 9:27 pm

      Motilium.

      GENERIK
      Domperidon.

      INDIKASI
      Keluhan dispepsia dengan komplikasi pengosongan lambung-usus yang lambat atau refluks esofagus seperti pada “epigastric abdominal heaviness” atau kembung setelah makan, mual dan muntah, sensasi rasa panas/terbakar pada retrosternal (di belakang tulang dada) atau ulu hati, cegukan karena berbagai macam sebab.

      KONTRA INDIKASI

      PERHATIAN
      Bayi berusia kurang dari 1 tahun, penggunaan pada wanita hamil.
      Interaksi obat :
      – diantagonis oleh obat-obat antikolinergik.
      – antasida dan antisekretori harus diberikan sesudah makan ketika digunakan secara bersamaan.

      EFEK SAMPING
      Jarang : kram perut ringan.
      Peningkatan kadar Prolaktin dalam serum.

      Sepertinya peningkatan prolaktin hanya efek samping dari motilium, ya. Sedangkan fungsi utama Motilium sendiri bukan untuk memperbanyak ASI.
      Jadi, kalau pertanyaannya adalah “Bisa atau tidak?”, mungkin jawabannya bisa, tapi kurang tepat guna ya.

      Untuk tahu tips meningkatkan jumlah ASI, mbak bisa lihat di:
      http://litamariana.com/general/lita/saya-dan-susu-formula/
      http://litamariana.com/parenting-nursery/lita/katakan-tidak-pada-promosi-susu-formula/

  21. manusiasuper

    February 25, 2007 at 8:17 pm

    Iya.. iya… Ngaku kalah deh…

    Tapi beneran lebih enak yang da ‘rimbun’ ya? Da tau tuh, belum pernah nyoba, he…

    ———————
    Pakai setrum itu satu per satu akar rambut, lho. Kebayang kan berapa lama harus mengangkang?
    Dicabuti juga satu-satu…
    ———————

    Wakakak…. *Ngebayangin sambil ngiler* Jangan2 bakat masokis, he…

    Eh, BUKAN CHIKLIT!!! Buset dah, pembunuhan karakter kalo bilang saya baca chiklit…
    Novelnya keren, mau saya pinjami? Tapi balikin… Gimana?

    1. Lita

      March 2, 2007 at 8:35 am

      Dear ManusiaSuper, itu Chloe emang bukan chick-lit, tapi TEEN-lit!!!
      Aku udah lihat. Terbitan Kaifa, tepatnya Kaifa for TEENs.
      Terimakasih banyak sudah berusaha mengesankan kalau Chloe ini se’jalur’ dengan Sherlock Holmes, Perry Mason, atau Agatha Christie.
      Sarkastis? Ngga ah, bahasanya se’kelas’ Harry Potter atau seri buku remaja jaman Enid Blyton :p

  22. danu

    February 27, 2007 at 11:29 am

    dulu seblom nikah pengin ngejalanin pemereksaan dini, eh, pranikah. kepikirannya semata ke alat reproduksi aja, bisa punya anak gak. ternyata mangfaatnya lebih dari sekadar itu ya bu. malah sampe soal ‘posisi atas dan bawah’. *kalo udah baru pereksa lucu kali yak :d*

  23. zuhra

    February 27, 2007 at 11:32 am

    bagusnya kalo bahasan mbak disertai foto2 resolusi tinggi.. ihik2 😀
    *ngiler*

  24. Biho

    February 27, 2007 at 1:40 pm

    wih… tuh khan langsung panjaaanggg daftar komen nya.
    setuju dengan pendapat cak Moki, perempuan juga manusia, butuh orgasme 😉

  25. Lita

    February 27, 2007 at 4:23 pm

    ManusiaSuper
    Ya sori atuh, jang. Nama ‘Chloe’ itu… cewek sekali ya hihihi…
    Boleh, pinjemin sini. Nanti dibalikinnya via email :mrgreen:

    Danu
    Maksudnya, kalo udah ‘atas atau bawah’ baru periksa? :mrgreen:
    Ngga sedikit lho yang begini. Periksanya ya… pas hamil hehehe…

    Zuhra
    Itu tolong ya ilernya dilap yang bersih. Mejanya mau dipake, nih.

    Biho
    Iya, cinta dan seks. Dijamin seru 😉

  26. cakmoki

    February 28, 2007 at 1:51 am

    @ Biho,
    Pak, gimana kalau kita usul ke Bu Lita agar membahas orgasme. Bilang beliau dijamin seru.
    Tapi kalau ada yang ngiler gak ikut nge-pel 😀

  27. Guntar

    March 3, 2007 at 1:17 pm

    Sudah lama sebenernya saya mbaca tulisan ini. Sekedar membaca, terutama komen2nya, rasanya malu dan tersipu, mbaca aja sambil sembunyi2 😳

    Klo saya sih, baiknya klo mau periksa ya mending klo dah mau akad nikah aja. Klo dah kadung “jadian” (menjelang nikah), rasanya kok eman semisal harus diputus “begitu saja”. Bagi saya, klo dah lamaran tu dah bisa dianggap nikah. Klo ada masalah di belakang, ya diterima aja. Atau mungkin saya aja yg udah males berproses lagi :mrgreen:

    Yg penting kan klo misal ada infeksi yg membahayakan janin. Saya sdr kok merasa jika kita mengetahui terlalu banyak di saat yg belum tepat, jadinya malah kurang bagus. Emg mbak Lita sebelum nikah udah tau banyak ya. Dampaknya terbukti bagus kah? 🙂

    1. Lita

      March 3, 2007 at 2:18 pm

      Bahasa yang saya pakai memang kadang malu-maluin ya, mas? 😉

      Sebenarnya lebih tepat begini: nikah atau ngga mau nikah, masih lama atau tinggal besok (akad nikahnya, maksudnya), pemeriksaan tubuh itu perlu.
      Teman saya yang sekarang tinggal di California (bulan lalu sempat pulang berbagi cerita ke saya) berkata bahwa di sana para perempuan dianjurkan untuk melakukan tes PAP secara rutin. Setiap tahun, terlepas dari bagaimana keadaannya (perawan, janda, nikah, ngga nikah, sexually active atau passive).

      Kenapa di sini tes PAP ngga terkenal?
      Satu, karena belum digratiskan. Apa hubungannya dengan gratis? Sama seperti vaksin MMR dan HiB yang ngga ngetren di kampung-kampung kecil, karena ngga diberikan gratis di Posyandu atau PIN.
      Dua, karena gunanya belum disosialisasikan. Mirip dengan ‘kenapa ngga semua orang periksa gigi setiap 6 bulan sekali?’.
      Tiga, karena tes PAP itu apa saja belum banyak yang tahu.

      Soal ’eman’, ya tergantung si laki motivasi nikahnya untuk apa. Betul? Di zaman Rasulullah dulu, para lelaki boleh bertanya tentang kesuburan calonnya. Rasanya sama saja dengan fungsi pemeriksaan ini (kalau tujuan menikahnya adalah untuk punya anak).

      Kalau ada masalah di belakang, diterima saja. Ngga semua bisa semudah ini, mas. Seperti yang Riko bilang, mengetahui riwayat medis ada perlunya. Kebayang ngga, kalau pihak calon suami dan istri sama-sama membawa gen resesif penyakit turunan, semisal thalasemia atau diabetes. Resesif ketemu resesif, malah bisa dominan. Yang kasihan anaknya. Orangtua sehat, anaknya sakit terus.

      Tahu ada infeksi yang membahayakan janin dari mana juga? Kalau sudah diperiksa dulu kan? Kalau ingin segera punya anak setelah menikah, bukankah infeksi tersebut lebih baik ketahuan jauh sebelumnya dan sempat diobati dulu kan?

      Saya? Ya lumayan, lah. Dampaknya? Ya lumayan, lah.
      Eh, maksud saya, setidaknya saya tahu seketika saya melahirkan dalam keadaan status infeksi Hepatitis B positif (IgG (+)), bayi saya harus diberi vaksin dan antibodi dalam 1 jam pertama kelahirannya. Kalau saya tidak tahu, bisa saja saya menolak pemberian antibodi yang harganya -ngujubileh- mahal itu (1,8 juta di tahun 2004). Dan saya tidak akan tahu nasib si sulung hari ini, apakah masih bisa keluyuran main sepeda dengan sehatnya?

      Tak hanya soal organ reproduksi, tapi konsultasi pranikah juga akan memberi tahu calon ibu apa saja yang harus dipersiapkan demi menyambut kehadiran anak. Tak sedikit ibu yang tidak mengenali serba-serbi hamil dan melahirkan, kemudian berakhir menyesal (ketika perawatan yang diterima ternyata sebetulnya tidak diperlukan atau sebaliknya, tidak menerima perawatan dan perhatian selayaknya).

      Contoh kecil, Rubella tidak berbahaya bagi ibu yang tidak sedang hamil. Tapi jika Rubella menyerang ibu hamil, ada risiko cacat janin. Kemungkinannya tidak 100%, ada juga yang bayinya lahir sempurna. Tapi kemungkinan ibu hamil terserang Rubella dapat diminimasi risikonya dengan divaksin MMR sebelum hamil.

      Soal seks. Ah itu sih daya tarik tulisan saja. Saya sering mendapati pertanyaan seputar topik ini ditanyakan dengan suara perlahan dan malu-malu. Padahal kita bisa membahasnya dengan biasa saja. Tak perlu pakai emosi jika yang dibahas itu sisi teknis medisnya (bukan dirasakan dari sisi ‘gairah tabu’nya *yeuh, bahasanya judul filem esek-esek banget gak sih?).

      Dan untuk yang memang benar-benar tidak tahu apa-apa, bukankah lebih baik bertanya pada ahlinya sekalian? Daripada tanya ke tetangga, yang belum tentu tahu versi sehat dan benarnya. Bisa saja ‘enak’, tapi kalau berisiko tinggi terhadap penularan penyakit? Hanya dengan bertanya langsung ke dokter urusan organ beginian (seksolog atau dokter obstetrik-ginekologi) yang dapat memberi pandangan lain dari ‘kegiatan enak’ itu.

      Udah ah, kepanjangan. Got my point? 🙂

  28. Guntar

    March 5, 2007 at 9:45 am

    Makasih banget atas tanggapannya. Saya bener ngga tau klo implikasinya tyt sampai sejauh itu 🙄 . Yg penting tu mmg bukan sekedar tau riwayat dan status kesehatan saat ini ya, melainkan konsekuensi2 di belakangnya. Klo diteruskan, maka bisa jadi implikasinya adl pd terapi apa, makanan apa, kebiasaan dan disiplin hidup semacam apa apa yg perlu dimiliki oleh kedua calon pasangan.

    Dg demikian, maka bisa jadi setiap yg mau menikah perlu mencantumkan hasil pemeriksaan medisnya dlm proposal nikahnya ya. Dan jangan2 di kemudian hari nanti akan jadi taklimat :mrgreen:

    Makasih; saya akan simpan lg page ini di kompie saya, numpukin file sebelumnya 😛

  29. denny

    March 6, 2007 at 6:48 pm

    Mba..aku lakukan itu kok sama calonku. Periksa ke dokter kandungan. Aku cuma mau make sure aja, apakah aku sehat krn ada rasa takut juga, takut tnyata sakit atau tidak subur atau tidak bs kasih keturunan, soalnya aku menikah sama duda-anak-satu, jadi khawatir perlu :D. Drpd nggrundel ya mendingan priksa toh.

  30. indres

    March 13, 2007 at 7:26 pm

    Waktu sebelum menikah saya dan calon suami sama-sama menjalankan tes pranikah, saya juga ambil tes TORCH, dan divaksin juga, hehehe walaupun akhirnya hamilnya setelah tahun ke-4. Banyak gunanya dan karena tes pranikahnya tidak hanya tes yang berhubungan dengan masalah reproduksi tapi disekalianin juga dengan general check up, jadi ketahuan deh beberapa masalah kesehatan lainnya :-). Waktu saya ambil tes itu kayaknya belum umum banget deh, soalnya waktu berkunjung ke ob-gyn (diantar ibu), bu dokter ob-gyn-nya awalnya mengira saya datang karena hamil :-P, setelah haha hihi baru ngeh kalau saya datang buat tes pranikah.

    Oh ya, mengenai kalau hasil tesnya tidak oke dan batal menikah, memang ada terjadi. Kebetulan yang saya tahu ini, yang hasil tesnya jelek bukan yang pihak wanita tapi yang pihak pria. Yah, lebih seperti itu sih daripada menikah lalu menyesal.

  31. manusiasuper

    March 14, 2007 at 3:20 pm

    kalo pewarna rambut di pake di rambut sekitar selangkangan bisa bikin bahaya mba? Saya pernah niat iseng begitu… 🙂

    TEENLIT?? Oh, tidaaaak…..
    Keren kok mba, baca yang versi inggrisnya…
    *ngotot buang malu*

  32. Anto

    March 26, 2007 at 11:54 am

    ah, saya suka artikel ini, harusnya semua wanita itu pemikirannya kayak gini! setuju!

  33. Lita

    March 26, 2007 at 1:40 pm

    Guntar
    Kalau mau menyimpan versi mutakhir, komentar dipantau lewat RSS trus disimpan juga aja hehehe…
    Pemeriksaan medis dijadikan satu dengan biodata? Hihihi… kaya mau ngelamar ke perusahaan aja :mrgreen:

    Denny
    Makasih banget mau berbagi cerita, mbak. Emangnya kalau dengan duda jadi lebih banyak ‘birokrasi’nya? :p
    Tergantung orangnya juga kali, ye.

    Indres
    Terimakasih sharingnya, mbak. Nah, tambah lagi kesaksian tentang perlunya pemeriksaan ini toh? 🙂

    Manusiasuper
    Pewarna rambut? Hmm… gak tau, ya. Tapi bahan kimianya cukup keras, lho. Bahkan untuk dipakai di kepala saja sebaiknya dicoba dulu, untuk tahu apakah ada reaksi alergi atau hipersensitivitas.
    Jadi ketimbang langsung pakai, dioles sedikit dulu untuk melihat reaksi. Tunggu sehari. Kalo ngga papa ya terserah.
    Lagian, rambut di tempat yang gak keliatan gitu… iseng banget deh. Lebih iseng daripada aku yang ngecat rambut walaupun ditutup kerudung hihihi…

    Iya, teenlit. Suwer. Beneran. Tapi gak papa, aku tetep baca kok. Selingan daripada Perry Mason melulu hehe…
    Oh, aku ngerti maksudmu tentang sarkastis itu. ‘Gue banget’ 😀

    Anto
    He, kau suka padaku, Nto? Hihihi…
    *fokus agak buram*

  34. ndank

    April 17, 2007 at 10:03 am

    goog bgt.bagus nih tulisannya

  35. Andianto

    November 5, 2007 at 7:13 pm

    Setuju banget nih kalo punya pacar yg mau di ajak test pra nikah,biar ga beli kucing dlm karung,tapi bagi saya virgin ga terlalu penting yg penting hati dia virgin jadi ga ada yg masukin hati dia selain saya.

    1. Lita

      November 6, 2007 at 6:54 am

      Lho, saya kan gak nyebut-nyebut virginity sebagai alasan tes pranikah ini? Lagipula ngga ada di daftar yang masuk pemeriksaan kok. Coba dibaca ulang deh, termasuk komentar-komentar di atas 🙂

      1. Ryzal

        March 29, 2008 at 8:26 am

        gue stuju bgt klo “periksa ke dokter”bkn hanya pasca nikah tp jg harus dilakukan pra nikah,emang sich..anggapan orang yang “otaknya pendek” n orang yang gak sadar ksehatan, klo pra nikah “periksa ke dokter” psti ada apa2 duluan,ya kan…!klo gue sich cuekin ja….mreka kan orang bdoh..n yang tau tntang dri kta kan cma diri kta n orang trdekat..!!gue stju klo kta hrus mriksain ksehatan kapanpun..! alasannya gini…..sapa tau kita pnya pnyakit yang kta gak tau sblumnya,jgn sampe kta tau sesudah pnya suami/istri..psti rsanya nysel dechh,ksian coy……ma suami/istri kta ntar…….

  36. kusriono

    December 22, 2008 at 12:19 am

    hahahaha…………..
    Wajar!!!! Daripada nti timbul masalah karena kita tidak tau spesifikasi pasangan.

  37. cytiep

    March 24, 2010 at 1:50 pm

    mba…
    mo nanya masalah kista nih…
    bener ga sih klo kista bisa hilang klo hamil?

    1. Lita

      March 24, 2010 at 9:40 pm

      Kalau pertanyaannya sudah begini, silakan belok ke http://cakmoki86.wordpress.com yang berprofesi dokter, ya.

  38. wirna

    June 6, 2010 at 1:22 pm

    mudah2an dapet yg ngerti, mo tau n’ mo cari tau….hehe…amiin..

  39. Dannill

    June 20, 2010 at 1:56 pm

    lau bleh tau gmn crny lau kt bs mempercayai pasangan kt kl msh perawan

  40. Lita

    June 22, 2010 at 10:43 pm

    Dannill, penting banget ya selaput dara? 🙂
    Percaya atau tidak, begitu saja. Terserah anda. Itu pasangan anda. Anda seharusnya yang lebih tahu.
    Saya lebih percaya pada perilaku saat ini ketimbang ‘hanya’ perawan atau tidak.
    Apakah anda sendiri perjaka? 😉

  41. rirry

    August 2, 2010 at 10:08 am

    mba,,ada saran ga periksa pra nikah yg bagus dan murah dmn? klo cowo,,pemeriksaan nya meliputi apa aja si? saya pgn bgt calon saya jg ikut periksa,,biar qta brg2 gtu. oh ya,,range harga nya skitar brp ya?
    tq

  42. Lita

    August 3, 2010 at 7:59 am

    Maaf mbak Rirry, saya tidak punya rekomendasi tentang ‘bagus dan murah’ 🙂 Kalau nyamannya sih dengan dokter perempuan, ya. Dan yang laki-laki dengan dokter laki-laki (beda jenis spesialisasi, ya).
    Range harga juga tergantung rumah sakit atau tempat praktiknya, mbak.
    Ditanyakan ke RS terdekat saja.

  43. nanda

    October 22, 2010 at 2:36 pm

    bener ga vaksin pranikah itu bisa menunda kehamilan? karena temenku ada yang belum hamil ampe sekarang, kata dia itu gara2 suntik pranikah..

  44. enoi

    May 3, 2011 at 10:35 am

    mbak saya mau tanya kami sepasang pengantin baru menikah punya golongan dara yang sama yaitu golongan DARAH ISTRIKU b saya B yang ingin saya tanyakan apa kah ada masalah dengan kelahiran anak kami nanti

  45. esty trisnani pramudi

    July 11, 2011 at 8:18 pm

    setuju banget !!! Yang mau nikah harus dan WAJIB test pranikah , tes reshus juga termasuk , kasian anak nya nanti kl membawa bibit negative ……

  46. andi

    September 28, 2011 at 2:42 pm

    kalo istri terindikasi anencephalus di usia kandungan 14 minggu, bijakkah saya mengambil tindakan terminasi?

  47. ITA

    April 11, 2012 at 2:01 pm

    Apakah Berpengaruh jika test TT nntinya tidak virgin??
    berpengaruh dalam KUA nantinya

    1. Lita

      April 12, 2012 at 8:55 am

      KUA tidak akan bertanya apakah calon pengantin perawan atau tidak. Urusan selaput dara tidak masuk dalam hukum nikah. Yang akan mempersoalkan adalah calon suami (atau keluarganya), biasanya.

Leave a Reply to Biho Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.