Pengalaman Seleksi Teacher Training Monbukagakusho 2015

Berawal dari keinginan saya untuk kuliah magister, saat bergabung dengan Bunda Mulia School saya menyebutkan ingin dibolehkan untuk belajar jika saya lolos seleksi beasiswa. Dan BMS menyanggupi. Maka masuk tahun kedua mengajar, saya mendaftar seleksi Australia Awards. Takdir Allah, lamaran saya ditolak 😀 Segera saya kumpulkan berkas yang diperlukan untuk ikut seleksi program Teacher Training dari Monbukagakusho untuk keberangkatan 2015.

Seleksi Berkas

Berkas aplikasi diisi tanpa kesulitan, karena boleh pilih menggunakan bahasa Inggris atau Jepang. Surat keterangan mengajar akumulatif >5 tahun didapat dengan bantuan dan kerjasama dari SMA Negeri 8. Fotokopi ijazah dan transkrip yang dilegalisasi, nah… Karena jumlah yang ada kurang dari yang disyaratkan, pergilah saya ke Bandung. Saat itu pula saya baru tahu kalau berkas hasil legalisasi tidak bisa didapatkan hari itu juga, melainkan dalam 2-3 hari kerja, sedangkan saya tidak bisa minta perpanjangan cuti mengajar.

Sahabat karib yang saya tebengi menginap & tumpangan menginterupsi dengan pertolongan, “Aku aja yang ambilkan, nanti dikirim ke Jakarta.” Dia juga yang hari itu menemani saya uring-uringan bikin & cetak foto untuk pencetakan ijazah dalam bahasa Inggris (iya, saya dulu tidak minta ijazah saya dibuat dalam versi bahasa Inggris). Subhanallah, sabarnya dia menghadapi panik, judes dan ketidakberdayaan saya. Terima kasih!

Surat rekomendasi kepala sekolah saya dapatkan dengan ‘mengejar’ kebaikan hati kepala sekolah semasa saya mengajar di sekolah yang lama, selain tentunya dari kepala sekolah BMS beserta izin mengikuti program. Saya sangat terbantu dengan kemudahan mendapat surat-surat rekomendasi ini.

Letter of motivation. Saya kirimkan & perlihatkan rancangan essay saya ke beberapa orang yang dapat memberikan masukan objektif sekaligus menempatkan kata-kata dalam porsi yang pas. Tidak tampak rendah diri namun juga tidak tampak tinggi hati.

Seleksi Tertulis

Pengumuman hasil seleksi berkas menuntun pada seleksi berikutnya berupa ujian tertulis di pusat-pusat ujian yang ditentukan oleh kedutaan Jepang. Karena domisili saya Jakarta, maka tempat ujian saya adalah di Pusat Studi Bahasa Jepang, Universitas Indonesia, kampus Depok.

Saat itu hujan deras seharian dan beberapa daerah banjir. Saya yang tadinya akan naik kereta kemudian memilih menuruti saran ibu untuk diantar dengan kendaraan pribadi. Saya bersyukur saya menurut, karena rupanya jalur kereta tidak dapat berfungsi normal akibat genangan air di beberapa stasiun.

Karena saya tidak dapat berbahasa Jepang maka saya memilih ikut ujian kemampuan bahasa Inggris. Saat sedang antre masuk auditorium, terdengar ujaran santai dari peserta lain, “Ujian bahasa Inggris, kan? Kesempatan kita lolos jauh lebih besar karena kita guru bahasa Inggris, nih!”. Saya jadi agak ‘panas’ dengar itu. Memutuskan tidak menoleh mencari tahu siapa yang berbicara. Hanya bertekad dalam hati akan berusaha sebaik-baiknya untuk ‘melawan’ kesempatan yang tampak lebih kecil tadi.

Sebelum ujian dimulai, dibacakan aturan yang harus ditaati. Saran saya, seremeh apapun itu, simak baik-baik dan ikuti saja tanpa komentar. Tak usah tanya kenapa, tak usah ngedumel, tak usah ditimpali, tak perlu membandel. Jika diminta periksa ulang, ya periksa saja. Jika diminta matikan ponsel, ya matikan saja. Jika diminta hanya sediakan pensil dan penghapus di meja, ya siapkan hanya itu. Supaya waktu bisa digunakan dengan efisien tanpa keributan sepele. Percaya saya, ada saja. Kalau kita pikir hanya murid yang begitu, saatnya kita merevisi pendapat ini.

Seleksi Wawancara

Ujian wawancara diadakan di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Ini sudah cukup jadi faktor kesulitan bagi teman-teman yang tinggal di luar Jakarta, apalagi di luar Jawa. Ada yang datang dari Aceh, pelosok Medan, Kalimantan, luar biasa… Hal paling sederhana yang bisa saya lakukan untuk menghormati teman-teman ini adalah datang awal.

Sakura tree at University Hall
Sakura tree at University Hall

Saya tiba sekitar jam 06.30. Pintu tentu saja belum dibuka. Lokasi kedutaan yang ada di wilayah pembatasan lalu lintas, daerah macet, motor dilarang lewat, hari dan jam kerja, membuat perencanaan harus cukup detil. Jika akan mengendarai kendaraan pribadi, harus tahu akan parkir di mana dan harus masuk area ini jam berapa dan lewat mana.

Wawancara diselenggarakan dalam 2 giliran, pagi dan siang. Masing-masing giliran dilakukan berkelompok 3-4 orang menurut pembagian dari pihak kedutaan. Pewawancara saat itu adalah 3 orang perwakilan Monbukagakusho dan kedutaan Jepang, ada orang Jepang dan orang Indonesia. Bahasa pengantar adalah bahasa Inggris, namun jika mampu berbahasa Jepang disarankan menggunakan bahasa Jepang (sekaligus unjuk kemampuan).

Pertanyaan yang ditanyakan pada saat wawancara adalah seputar minat, motivasi, pengetahuan yang relevan, dan essay yang dibuat. Sepertinya panjang atau pendeknya essay bukan tolok ukur utama, karena dalam kelompok wawancara saya ada 2 orang yang lolos; yang essay-nya panjang 3 halaman lebih dan yang essay-nya pendek (sebatas syarat minimal saja, ini yang saya buat). Yakinkan bahwa essay yang dibuat benar-benar mewakili diri dan dikuasai dengan baik.

Seleksi Akhir

Peserta yang lolos tahap wawancara akan diminta untuk membuat aplikasi ‘baru’, kali ini dengan menetapkan 3 alternatif pilihan bidang studi dan universitas yang dituju, beserta dokumen-dokumen lain yang di antaranya adalah surat keterangan sehat. Batas waktu mengurus kelengkapan ini sekitar 10 hari.

Untuk melengkapi surat keterangan sehat, saya melakukan general check up di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Sekalian saja, saya pikir, karena saya belum pernah melakukan general check up. Dari hasil tes darah, ternyata tampak ada jejak infeksi virus Hepatitis B. Hal ini membuat dokter yang bertanggung jawab memberikan rekomendasi berkeberatan menandatangani surat keterangan sehat sebelum saya melakukan tes tambahan. Saya menerima kabar ini via telepon saat baru mulai makan siang.

Saat itu saya panik. Buyar nafsu makan. Dan seperti kebiasaan saya melepaskan panik, saya menangis. Setelah lega, saya ke klinik laboratorium untuk melakukan tes darah tambahan yang diminta. Jika Allah izinkan, maka saya berangkat. Jika Allah tidak izinkan, maka saya harus percaya itu adalah yang lebih baik buat saya. Pasrah sajalah sudah.

Karena tesnya sederhana dan tidak butuh waktu lama, petang hari yang sama hasilnya sudah ada. Alhamdulillah, hasilnya menyatakan bahwa infeksi virus Hepatitis B tersebut adalah infeksi lampau dan saat itu virus tidak dalam keadaan aktif (dapat menyebabkan penyakit). Dengan lega saya bawa hasil tes tersebut ke RSPAD keesokan harinya dan saya diberi cap ‘sehat’.

Saat dokumen saya serahkan ke Kedutaan, ada berkas yang ditolak. “Cap dari RS harus sama di semua berkasnya. Ini ada yang berbeda.” Jadilah saya kembali ke RS untuk minta cap yang dimaksud. Sepertinya pihak RS hampir sebal lihat muka saya untuk ketiga kalinya, jadi cepat deh diurusnya. (bercanda, kan hanya minta cap di dokumen, tak akan lama)

Dengan diterimanya surat keterangan sehat oleh pihak Kedutaan, berakhirlah episode ‘ujian’. Selanjutnya adalah penantian.

Saat Penantian

3 bulan menunggu dari Maret 2015 hingga Juni 2015, akhirnya mendapat kabar lolos ‘seleksi akhir’ dan dinyatakan diterima sebagai penerima beasiswa Monbukagakusho program Teacher Training. Sudah lega? Belum. Karena sebetulnya masih ada proses yang berjalan di pihak Monbukagakusho: meneruskan lamaran ke pihak universitas. Jadi kalau dari ketiga pilihan universitas tidak ada yang menerima kita, ya batal masuk program.

Pengumuman Penempatan di Universitas

Penantian dinyatakan resmi usai itu setelah menerima penempatan di universitas di Jepang, yang diumumkan oleh Monbukagakusho. Kapan? Pertengahan Agustus 2015. Jadi sebetulnya penantiannya 5 bulan dari Maret hingga Agustus untuk mendapat kepastian berangkat.

Teacher trainees 2014 & 2015
Teacher trainees 2014 & 2015

Yang menjadikan pengalaman saya berbeda dengan teman-teman seangkatan adalah datangnya email menjelang akhir bulan Juni 2015 dari (calon) profesor pembimbing saya, yang menanyakan pendapat saya tentang bidang penelitian yang beliau tawarkan yang berbeda dengan keinginan yang saya jabarkan di letter of motivation.

 If you are interested in this field, you can come and join our lab.  But if you strongly hope to learn science education or school leadership, our laboratory is not suitable for you.  If you come to our University, you may have a chance to communicate with other training students and learn Japanese education system.  Please let me know your opinion soon.

Sebetulnya tanpa berkonsultasi banyak saya sudah sangat tertarik, namun saya pikir saya harus mencari tahu sedikit lebih dalam tentang bidang yang beliau bicarakan, supaya saya tahu saya akan terlibat dalam hal apa (yang berbeda total dari yang saya bayangkan ketika saya memilih bidang studi ini). Saat saya nyatakan ketertarikan sekaligus kekhawatiran saya di bidang tersebut, profesor Kainoh menenangkan saya untuk tidak perlu terlalu khawatir karena saya akan dibantu.

Saya harus katakan bahwa teman-teman yang tidak menerima email dari calon profesor atau universitas untuk tidak terlalu khawatir. Nampaknya profesor pembimbing saya yang juga panitia program Teacher Training di Universitas Tsukuba ingin menghindari potensi salah paham tentang bidang penelitian yang akan saya dalami selama program, seperti yang saya kutipkan dari emailnya. Dan jika kamu ingin menghubungi profesor atau pihak universitas, silakan saja. Tidak ada keharusan untuk mengirim maupun menerima email sebagai syarat penerimaan.

Sampai di sini proses seleksi selesai. Semoga dapat membantu melengkapi gambaran dari yang sudah ada.

6 Comments

  1. pakgaol

    December 22, 2016 at 6:27 pm

    waah, prosesnya panjang juga ya…
    Btw, kykna sibuk banget ya. Tapi masih sempat nulis, Menarik
    Salam Kenal

    1. Lita

      December 22, 2016 at 6:39 pm

      Halo 🙂 Salam kenal juga.
      Ya disempatkan saja, lumayan jadi selingan sebentar.
      Terima kasih sudah mampir, ya.

  2. Thasya

    January 28, 2017 at 3:51 pm

    jadi ujian tulis itu kita milih antara B. Inggris dan B. jepang? bukan keduanya?

    1. Lita

      January 28, 2017 at 5:48 pm

      Itu tahun 2015. Saya kurang tahu tahun 2017.

  3. Dhanul

    February 10, 2018 at 5:38 pm

    Assalamualaikum mbak. Saya mau nanya. Apakah perlu meng email profesor univ di jepang untuk berkonsultasi.?

    1. Lita

      February 12, 2018 at 2:30 pm

      Alaykum salaam.
      Tidak wajib, kok. Apalagi belum tahap direkomendasikan oleh Monbukagakusho ke universitas pilihannya 🙂

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.