Menyoal Harga dan Suplementasi AA-DHA di Susu Formula Bayi

Maksud hati ingin menanggapi pertanyaan mbak Ifa. Apa daya ternyata panjangnya ampun-ampunan. Kasihan yang menyimak komentar. Baiklah dijadikan tulisan tersendiri saja.

Soal susu mahal dan susu murah yang disebutkan di komentar. Saya mendapat kesan bahwa yang mbak maksud adalah susu sapi cair biasa dan susu pertumbuhan. Apakah betul?

Kalau ya, mbak mungkin lebih puas menyimak artikel selanjutnya yang masih disusun (atau intip tulisan lama saya yang tampak 'mentah' di sini). Saya masih ingin melanjutkan bahasan susu formula bayi berkaitan dengan suplementasi dan harga. Ngga papa ya, mbak πŸ™‚ *maksa*

Sebelumnya, saya koreksi soal penyebutan tahun. Tidak perlu. Abaikan saja, tidak berhubungan dengan tahun. Belum ada penelitian yang terbaru –yang sebetulnya ditunggu- tentang dampak jangka panjang pemberian suplementasi asam lemak omega-6 (arachidonic acid, AA atau ARA) & asam lemak omega-3 (docosahexaenoic acid, DHA) dalam susu formula.

Jadi begini…

Komposisi susu formula (bayi) merujuk ke ASI

Sesungguhnya, susu formula bayi (infant formula) sejatinya dibuat sebagai pengganti atau pelengkap air susu ibu (ASI), bagi para ibu yang kesulitan (atau memilih tidak) menyusui bayinya. Namanya juga pengganti, jadi komposisinya harus merujuk ke 'yang akan digantikan'. Ya ASI itu tadi.

Kemudian, dari suatu penelitian, ditemukan bahwa dalam ASI terkandung AA dan DHA, yang –diduga- menyebabkan bayi-bayi yang diberi ASI mendapatkan selisih skor IQ beberapa poin lebih tinggi daripada bayi yang diberi susu formula 'biasa' (yang tidak diberi tambahan AA dan DHA).

Demi membantu para ibu yang tidak menyusui tadi, supaya bisa 'menyamakan kedudukan' dengan para ibu menyusui (dengan memberikan produk yang ‘diusahakan semirip mungkin dengan ASI’), supaya tidak khawatir karena bayinya tidak sepintar 'bayi ASI', maka ditambahkanlah AA dan DHA ke dalam susu formula.

AA dan DHA meningkatkan kecerdasan

AA dan DHA terbukti meningkatkan kecerdasan? Ya. Penelitian tentang dampak ASI terhadap kecerdasan bayi sudah memberi isyarat ini, dengan membandingkan subyek yang diberi ASI dan yang diberi susu formula 'biasa'.

Produsen susu formula bisa saja menggunakan argumen ini. Bahwa susu formula yang dibuatnya mengandung AA dan DHA sehingga dapat membantu meningkatkan kecerdasan anak. Yang perlu diingat (calon) konsumen adalah subyek penelitiannya: SESAMA peminum susu formula.

Yang diuji adalah bayi yang diberi susu formula dengan tambahan AA dan DHA, sedangkan acuan (standar)nya adalah bayi yang diberi susu formula 'biasa' (yang tidak diberi tambahan AA dan DHA). BUKAN antara bayi yang diberi susu formula (yang ditambah AA dan DHA) dengan bayi yang hanya diberi ASI.

Dengan demikian, adalah salah pengertian jika segelintir ibu memilih untuk berhenti menyusui dengan pertimbangan kandungan dalam susu formula tersuplementasi tadi lebih baik daripada ASI.

Selama ibu bisa memberikan ASI, ibu TIDAK PERLU* 'susah payah' menambal dengan susu formula bersuplementasi AA dan DHA. Apalagi dengan alasan 'agar mendapat AA & DHA'. SEMUA yang ada di susu formula telah ada di ASI, karena komposisi susu formula merujuk kepada ASI (nah, diulang lagi nih). Bagian informasi yang ini yang tidak diberitahukan oleh produsen susu formula.

Tentu saja. Sepanjang bisa menggaet konsumen (dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka) tanpa melanggar hukum sekaligus meningkatkan keuntungan, kenapa memilih repot-repot memberi informasi yang berpotensi menurunkan penjualan? Salah mengerti ya salah konsumennya sendiri, kok. Duh.

Mengacu ke yang saya jelaskan kemarin (dan di atas ini), karena mbak Ifa masih menyusui Razzan, si ganteng tidak urgen untuk diberi susu formula bersuplementasi AA dan DHA ini. Begitu…

Dampak suplemen AA dan DHA terhadap IQ dalam jangka panjang

Food and Drug Administration (FDA) sempat tidak mengizinkan penambahan AA dan DHA ke dalam susu formula yang dibuat oleh produsen susu di Amerika Serikat selama beberapa lama. Ini karena efek keamanan jangka panjangnya belum diketahui. Sedangkan negara-negara lain meloloskan penggunaan suplementasi ini dengan pertimbangan 'AA dan DHA ada di dalam ASI. Sehingga jika ASI aman maka seharusnya suplementasinya aman'.

Tentang IQ. Penelitian tentang ‘suplementasi AA dan DHA dapat meningkatkan kecerdasan anak’ belum didukung oleh penelitian jangka panjang. Maksudnya, saat hasil itu diumumkan, anak yang menjadi subyek penelitian belum mencapai usia dewasa.

Kita tahu, IQ tidaklah statis. Ia dapat turun atau naik, bergantung pada apa yang dialami sepanjang hidup manusia. Sehingga hasil penelitian tersebut juga ada batasannya: anak memiliki skor IQ lebih tinggi daripada anak lain (yang diberi susu formula tanpa tambahan AA dan DHA), hingga rentang waktu tertentu.

IQ sendiri –katanya- tidak lagi menjadi acuan utama kepintaran anak. Mungkin lebih gampang ngetesnya, iya. Tapi apakah mewakili seluruh potensi kecerdasan anak? Tidak.

Mengapa susu bersuplementasi mahal?

Soal harga susu, ini (umumnya) berbanding lurus dengan suplementasi. Sejak adanya suplementasi AA dan DHA, harga susu formula memang naik, setidaknya 15% (demikian kata artikel terbitan American Academy of Pediatrics/AAP).

Susahnya, di Indonesia terasa langka susu formula yang tidak diberi suplemen AA dan DHA. Jadi konsumen nyaris tidak punya pilihan selain membeli susu formula bersuplementasi AA & DHA. Bukan memilih jika tidak ada pilihan, bukan?

Suplemen memang bikin harga beda, nama produsennya juga

Nah, selama tdk ada penelitian yang membuktikan bahwa susu mahal tidak ada kelebihan sama sekali dibanding susu murah (sori jadi pake istilah mahal-murah :P), saya mewakili ibu2 pemberi susu mahal ke anaknya tidak bisa terima"

Saya tidak bermaksud bilang susu formula biasa tidak berbeda dengan susu mahal (susu formula yang disuplementasi). Nyatanya memang berbeda, tidak bisa dianggap tak ada, dari suplementasi yang terkandung di dalamnya. Makin tinggi 'level' satu produk susu formula (berdasarkan pemeringkatan produsennya, tentu saja), biasanya makin banyak suplementasinya.

Walaupun saya nyatakan harga berbanding lurus dengan suplementasi, fakta di lapangan adalah: ada susu formula dengan kandungan setara namun berbeda harga tergantung -salah satu faktornya- 'ketenaran' produsennya.

Anda tentu paham (dan maklum?) bahwa susu formula produksi dalam negeri (Sari Husada misalnya) lebih murah daripada produksi luar negeri/berlisensi (Wyeth misalnya). Karena kandungannya lebih 'baik'? Tidak selalu berlaku demikian. Tanya kenapa? ™

Antara perlu dan ingin

Keluarga yang mampu dan MUNGKIN tidak membutuhkan (secara mendesak) susu jenis ini -karena ibu mampu menyusui, serta kondisi dan asupan gizinya baik- dapat menjangkau harga yang dipatok tinggi.

"Mampu kok beli yang mahal. Jadi mengapa tidak? Apakah salah?"

Ini bukan sedang membahas 'salah atau benar'. Tapi 'perlu atau tidak perlu'. Jika masalahnya adalah INGIN, bukan BUTUH, case closed. Penjelasan apapun menjadi tidak berkaitan dan tidak akan menjawab.

Bahasan tentang suplementasi pada susu lanjutan? Mohon bersabar, saya masih berusaha berdamai dengan selesma yang melanda πŸ™

*Tidak perlu, tapi kalau inginnya begitu ya monggo. Keputusan ada di tangan orangtua.
**Disclaimer di artikel yang lalu juga berlaku di artikel ini.

Referensi:

  • Why is there interest in adding DHA and ARA to infant formulas? (link)
  • What is the evidence that addition of DHA and ARA to infant formulas is beneficial? (link)
  • Why are those ingredients added? (link)
  • Infant formula (link)
  • Choosing an infant formula (link)
  • DHA and ARA, do the babies need them in infant formula? (link)
  • Breast milk = brainy babies? (link)
  • Kentucky Study Shows Breast-Feeding Increases Babies' IQ (link)
  • IOM report addresses safety testing of new infant formula ingredients (link)
  • Human milk oligosaccharides protect infants from enteric infections. (link)

71 Comments

  1. Hedi

    May 26, 2007 at 4:52 am

    Tapi untuk urusan harga, memang kesannya produk susu ini seperti produk teknologi. Semakin bagus (kualitas) maka harganya semakin mahal, meski ga semua begitu sih.

    1. Lita

      May 26, 2007 at 7:31 am

      *tepok jidat*
      Ya ampun, saya ngga pernah kepikiran begitu. Rasanya memang begitu, ya.
      Ada konsumen yang mirip Nokia, asal mahal, walau fiturnya sama dengan merek lain yang lebih murah.
      Banyak yang harganya tidak semahal Nokia, fiturnya banyak, dan desain ponselnya menarik.

      Konsumen?
      Ada yang merek apa aja boleh lah, asal fitur dan layanan purnajualnya layak.
      Ada yang fanatik mati sama Nokia. Pokoknya yang paling baru ya dibeli.
      Perkara fiturnya diperlukan atau tidak, itu masalah belakang.

      Kalau dengar cerita ibu teman saya, beberapa teman kadang suka mengedepankan gaya daripada kegunaan.
      Ponselnya hanya dipakai untuk menelepon dan mengirim pesan, tapi fitur yang diminta harus selengkap-lengkapnya.
      Perkara dipakai atau tidak, bukan itu yang penting.
      Lha mengeset WAPnya aja gak ngarti! Dipake ng-internet juga ngga.
      Tetep aja “Harus bisa dipakai untuk ng-internet!”
      Mahal? Ah itu sih beres. Asal ada duit, ngga mahal kan?
      *gubrak*

      Ya deh.
      Kalau buntutnya begitu, ulasan tentang kelebihan dan kekurangan beserta ‘efisiensi’ harga produknya jelas ngga ngaruh.
      Pokoknya ™ Hehehe…
      Makasih, mas Hedi πŸ˜€

      1. indah

        May 26, 2007 at 9:59 pm

        Memang untuk beberapa orang masih beranggapan kualitas berbanding lurus dengan harga. Apalagi klo disuruh milih produk lokal vs import, biasanya lebih percaya yang import punya. Klo udah dari Wyeth, pokoknya bagus… πŸ™‚
        Klo udah gini penjelasan apapun ga akan masuk. Yang ada justru cari referensi yang mendukung pilihannya

  2. fina

    May 26, 2007 at 7:22 am

    Hai, lita! Kasih komentar lagi ya. Hehe.

    Zahra sampai sekarang tidak suka susu bubuk khusus anak usia 1 tahun ke atas. Padahal kalau aku cicipi, rasanya enak. Tapi, kalau Zahra diberi susu UHT, minumnya langsung banyak dan cepat habis pula.
    Zahra masih minum ASI, ditambah susu UHT. Memang lebih mahal ketimbang susu bubuk. Cuma, daripada tidak minum susu tambahan lain.

    Suatu hari aku jalan2 ke mall Bandung, mampir ke tempat ibu dan anak, biasa lah .. ganti popok dan menyusui Zahra. Eh, ditanya seorang ibu, Zahra diberi susu tambahan apa? Aku bilang diberi susu UHT. Eh, dia kaget, katanya (kurang lebih) “Kasihan donk, dikasih susu gituan. Kasih susu untuk pertumbuhan anak aja.” Rasa-rasanya mukaku memerah dan jadi ga enak gitu deh. Jadi merasa bersalah ke Zahra dan seketika .. merasa jadi ibu yang jahat! Hiks …

    Kalau ditanya masalah biaya, insya Allah buat anak sih ada aja. Mau susu semahal apa, kalau memang cocok sama anak, pasti diusahakan ada. Cuma, dari informasi yang aku dapatin, bukannya tidak apa-apa memberikan susu UHT. Toh, Zahra sudah lebih dari 1 tahun usianya sekarang. Masi ASI pula. Jadi, .. gimana? Aku salah atau gimana? Mestikah beralih ke susu bubuk? Padahal Zahra tidak suka susu bubuk anak-anak, meski sudah dibelikan.

    BTW, beberapa hari lalau di salah satu stasiun TV swasta nasional, ada tuh .. promosi susu mahal terselubung. Hiks, sedih liatnya.

  3. adi wirasta

    May 26, 2007 at 8:30 am

    Lit, saya kok IQ nya jongkok walaupun sudah di beri ASI? Kalau dibilang bisa masuk smu 8 + lolos UMPTN + bisa kerja di one of indonesian big company, itu keknya hoki lagi gede kali yeh?

  4. mysyam

    May 26, 2007 at 9:17 am

    dunia ibu yang satu ini emang gak jauh-jauh dari susu bayi πŸ™‚
    mungkin perlu dibikin bendel postingan nya deh, suatu saat nanti pasti kepake artikel² spt ini. *top* πŸ™‚

  5. Lita

    May 26, 2007 at 10:33 am

    Fina
    Fina mungkin kelewat lihat posting yang lalu, ya?
    Disclaimer di sana bilang, definisi bayi (infant) adalah usia 0-12 bulan.
    Jadi bahasan ini ngga berlaku buat Zahra dong ya, kan Zahra udah lewat dari setahun umurnya πŸ˜‰
    Aku lagi nyiapin bahasan tentang susu lanjutan (untuk anak 1 tahun ke atas). Tunggu aja ya.

    Ibrahim masih suka minum susu bendera, tapi lebih sering minum susu sapi segar yang diantar tukang susu.
    Saking sukanya, seharian bisa bolak-balik ke kulkas. Kalau tidak dibatasi, 1 liter abis deh buat dia doang.
    Daud ngga kenal susu bubuk. Buat dia, susu kalau ngga ASI ya susu cair dari kulkas: tinggal tuang/colok sedotan, langsung glek πŸ˜€
    Total harga susu cair memang bisa lebih tinggi daripada susu bubuk, tergantung mereknya.
    Tetep, aku milih susu cair daripada susu bubuk. Sama πŸ™‚

    Tuu.. kan, sedih banget ngga sih kalau masih banyak ibu yang berpikir begitu?
    Padahal kalau pola makannya baik, susu cair biasa sudah cukup. Gizi anak di atas satu tahun kan lebih bertumpu pada makanan padat ketimbang susu -yang SEHARUSNYA konsumsinya maksimal 500 mL sehari. Daripada ‘ngejar’ gizi lewat susu (yang porsinya jelas lebih sedikit), lebih baik menyusun menu padat gizi. Lebih logis, kan?

    Untuk Zahra, aku yakin Fina pasti sudah mengusahakan yang terbaik.
    Gimana dengan plot kurva pertumbuhannya? Normal, kan? Jadi ngga usah khawatir dengan ungkapan ‘kasihan’ itu.
    KITA ngga bersalah kok Fin, apalagi jahat. Hanya sebagian ibu masih kurang pengertian aja πŸ™‚

    Sedih, manakala ibu yang menyusui justru tidak terdukung.
    Sedih, ketika upaya promosi dan pemasaran susu formula (PASI) ‘menyeret’ sebagian ibu berhenti dari menyusui.
    Sedih, banget, ketika opini yang ada sekarang amburadul tak karuan, tak sesuai dengan logika.
    PR masih banyak. Yuk dukung para ibu yang mau dan masih menyusui.

    Jangan sedih lagi ya, Ping. Lain kali, bilang aja “ASI dan asupan makanan padat sehari-harinya sudah mencukupi kebutuhan Zahra. Tidak perlu tambahan susu lanjutan” dengan percaya diri.
    Mau ikut kampanye ibu menyusui? Nanti kalau perencanaan tentang satu event dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sudah matang, aku kabari deh πŸ™‚

    Adi Wirasta
    Adi, ‘meningkatkan’ itu kan relatif terhadap kondisi awal dong, ya.
    Kalau kondisi awalnya ‘jeblok’, walau naik, ketika dibandingkan dengan yang lain (yang kondisi awalnya ‘berdiri’) kan jadi tidak signifikan kenaikannya.
    *mode sarkastis*

    Sori sori… becanda :mrgreen:
    Ah, kau terlalu merendah diri. Nyindir apa nyindir, neeeehh? πŸ˜€

    MySyam
    Hehehe… maksud hati sih tidak mengkhususkan blog jadi bertopik susu.
    Apa boleh buat, sedang semangat menulis tentang ini. Mumpung ingat, sayang kalau keburu lupa πŸ™‚
    Iya, berencana dibuat bundel online πŸ˜‰

  6. yusuf Solo

    May 26, 2007 at 4:33 pm

    baca yang ngasih komen ada yang lucu terutama udah minum ASI kok IQ jongkok.. sebenarnya ga juga sih… yang jelas bakat dasar OK tetapi kayaknya yang kurang fight spirit yang kurang…
    bagaimanapun ASI is the best dari yang Allah berikan kepada kita
    salut buat Lt… komplit abiz referensinya..

  7. telmark

    May 27, 2007 at 9:05 am

    memang nama produsen yg top menentukan juga top-nya harga. sama seprti elektronik ya mbak ? πŸ™‚

  8. Agam

    May 27, 2007 at 9:36 am

    dosen faalku sudah pernah membahas tentang ini, dan katanya iklannya itu cuma hoax.
    Tapi agak lupa penjelasannya seperti apa, sudah 3 tahun yang lalu. Yan jelas, jangan mudah tertipu iklan.

  9. fina

    May 27, 2007 at 5:34 pm

    Kecerdasan tidak ditentukan dari susu apa yang diminum si anak. Peran keluarga sebagai pendidik pertama dan terdekat, terutama ibu, adalah yang terpenting dalam membentuk kecerdasan anak. Bukan berarti tidak memberikan nutrisi tepat, sehat, dan seimbang buat anak ya.
    ASI itu udah yang paling bagus. Gratis malah, berarti gimana donk, Ta?
    Lah, suplementasi apapun ke susu bubuk, tetap ga akan sebagus ASI, kan? Malah, bikin susu bubuknya tambah mahal! Hehe.

  10. cakmoki

    May 27, 2007 at 6:19 pm

    Pernyataan tentang hubungan antara IQ dan AA-DHA kayaknya sengaja dibuat tertutup ya…
    Barangkali lebih fair jika dibuat begini (mengabaikan variabel lain terkait kecerdasan) : ” AA-DHA terbukti berpengaruh terhadap kecerdasan bayi, aktifasinya melalui kinerja enzim, dan itu ada dalam ASI. Adapun AA-DHA dalam susu formula tidak dapat dibuktikan berpengaruh terhadap kecerdasan, lantaran dalam susu formula tersebut tidak memiliki enzim aktifasi”.
    Pernyataan diatas mengandung pengertian bahwa tambahan suplemen AA-DHA dalam susu formula sejatinya tak guna dibanding ASI.
    Jika informasi ini yang dikedepankan, masa sih masih mudah terpengaruh? So, mengesampingkan ASI demi merk (iming-iming), menurut saya bukan hanya tidak perlu, namun juga salah *maaf, ditega-tegakan aja nih*
    Pilihan akhir, sila putuskan sendiri setelah menilai pembanding πŸ˜‰

  11. cakmoki

    May 27, 2007 at 6:22 pm

    Nambah:
    Kayaknya ada usulan dibuat PDF-nya Bu *tagihan terselubung*

  12. mariskova

    May 27, 2007 at 7:08 pm

    Kalo inget soal fanatisme AA dan DHA pada susu, daku jadi ingin ketawa malu.

    Waktu pindah ke Jepang kemarin dulu itu -dan tiga bulan kemudian kehabisan susu bawaan dari Indonesia- saya nyari2 susu formula Jepang. Hikari sudah 2.5 tahun. (ASI saya sudah macet saat Hikari umur 4 bulan)
    Di supermarket, si Papap kekeuh harus beli susu yang ada AA dan DHA-nya.
    Suatu kali kami ke dokter, si dokter melihat susu Hikari di botol. Bliow bertanya KENAPA KITA MASIH PAKE SUSU FORMULA? Selidik punya selidik, semua anak Jepang berhenti minum susu formula (kalaupun mereka minum) saat umur 1 tahun. Setelahnya, mereka minum susu cair biasa yang dikemasan kerdus itu loh.
    Jawaban kami pada si dokter, “kan ada AA dan DHAnya…”
    Si dokter tersenyum dikulum (sumpah, walo senyumnya sopan dan manis, saya tiba-tiba merasa bego banget).
    Kata Pak dokter, “AA dan DHA terdapat di makanan lain. Misalnya, ikan (dan seterusnya dalam bahasa Jepang yang saya cuma ngerti 50% hehe). Jadi… tak perlu lah mencari-cari si AA dan DHA di susu formula. Tak perlu. Iranai.”

    Abis itu kita beralih ke susu biasa. Lebih murah. Lagian, kayaknya sih anak jepang pinter-pinter aja tuh gak pake susu begituan hehehehehe….

  13. Lita

    May 28, 2007 at 12:03 am

    Yusuf Solo
    Iya tuh pak, semangatin dong temen saya. Kelewat kalem kayanya, sampe kurang pede gitu.
    Masa jago basket gak pede. Eh, gak ada hubungannya ya? :mrgreen:

    Telmark
    Iya, seperti kata mas Hedi. Saya malah baru ‘ngeh :p
    Mana URL-nya?

    Agam
    Waduh, hoax. Dosennya gape ng-internet, ya? πŸ™‚

    Fina
    Err… kayanya aku memberikan pernyataan yang cukup rancu ya? :p
    Maap kalau keliatan ngga konsisten.

    Aku pribadi sih membedakan antara ‘pintar’ dan ‘cerdas’. Pintar (dengan patokan IQ) adalah bagian dari cerdas.
    Pintar menyelesaikan soal matematika belum tentu bisa menyelesaikan persoalan nyata yang sebetulnya -kalau dimodelkan secara matematika- mirip. Ngga selalu sesuai antara angka hasil tes dengan kenyataan kehidupan.

    Gimana, gimana maksudnya? *bingung*
    Suplementasi? Gimanapun ngga akan sebaik ASI.
    Gimana cara bikin susu formula yang unik untuk kebutuhan setiap bayi, yang unik sesuai kondisi kesehatan dan maturitas organ tubuhnya, yang unik rasanya (berubah-ubah), yang tak kenal basi, yang punya banyak faktor imunitas dan sin-pre-probiotik (lagi baca buku tentang ASI untuk praktisi medis hehehe…), dll.
    Mahal sih pasti, buat bayar iklan (terselubung maupun tidak, langsung maupun tidak) dan penelitian πŸ™‚

    Cak Moki
    Bentar cak, saya baca lagi referensinya…
    *tepok jidat*
    Oh iya, tidak semua studi menyatakan bahwa AA dan DHA dalam susu formula memberi keuntungan jangka panjang.

    DHA and ARA @ about dot com.Current studies show no harmful affects of supplementing infant formula with DHA and ARA and some studies even show some benefits to a child’s visual function and/or cognitive and behavioral development. However, other studies showed no difference or improvement in development.

    A recent article in AAPNews from the AAP Committee on Nutrition did not seem very enthusiastic about the new formulas. The title of the article, Jury still out on ARA, DHA in formula, was a little revealing that not a lot is known about what benefits these additives may have.Juni 2006

    Dan ini bagian ‘positif’ yang dirujuk mbak Ifa kemarin (walau bukan di artikel yang sama):

    Recent controlled clinical trials document the beneficial effects of DHA provided in infant formulas. In more than 30 clinical trials, DHA and AA supplementation has proven safe. Formula containing DHA is associated with more rapid development of vision acuity than control formulas without DHA. With DHA supplementation, compared to formula without DHA, IQ differences of up to six IQ points have been noted in various studies.

    The study was funded in part by Martek Biosciences Corporation, which produces a plant source of DHA and AA for inclusion in formula sold worldwide. Martek’s oil manufacturing plant is located in Winchester, Ky.</blockquote.

    Paragraf terakhir cukup 'menjelaskan' :p
    Terimakasih atas koreksinya, cak. Saya kurang teliti πŸ™‚
    Seperti yang diuraikan di artikel tentang 'Waspadai Promosi Susu Formula' di Kompas, ya.
    Eh… bundel? Permintaan dicatat.
    *makin panjang saja daftar PR saya nih, kapan abisnya yak*

    Mariskova
    Pengalaman pribadi ya, jeng. Dalem. Hehehe…
    Dikulumnya dengan susah payah banget kali ya, sampe-sampe si mbak berasa banget gitu πŸ˜€
    Di sini, anak kecil gak minum susu formula, emaknya ditanya, “Kenapa gak dikasih susu formula?”
    Weqeqeqeq… Tibalik, nya’?

  14. nYam

    May 28, 2007 at 10:04 am

    iklan susu mahal yang bilang demi pertumbuhan brain-soul-ama apa ya? body kali ya? nah itu aku suka gregetan sendiri. kalo emang bener tu susu sehebat itu, coba ya kurung satu anak selama 10 tahun, kasih susu itu ajah. kalo ntar begitu keluar, dia sepinter Edison, pribadinya ya deket-deket lah ama sahabat Nabi, trus badannya sekuat Rambo.

    lagian, selisih dana susu mahal-murah kan bisa buat tambahan piknik, nyicil rumah, ato beli sepeda

  15. mariskova

    May 28, 2007 at 10:37 pm

    Hahahaha… daku ketawa ngakak merasakan asapnya (Jeng/Om?) nYam.

    Saya juga tertonjok waktu liat iklan susu brain-soul-body.
    Brain n body, masih bisa lah tipu-tipu dikit.
    Lah soul?
    Anak saya yang doyan lompat-lompat (baca: guling2) di tangga, kalo dikasih susu itu, bisa langsung se-tenang para monks di biara kah? πŸ˜€

    1. Lita

      May 28, 2007 at 11:09 pm

      Jeng. Tulen. Lagi hamil kok :mrgreen:

      1. ira

        June 4, 2007 at 11:44 am

        hamil lagi lit…?
        sumpeeee…???

        1. Lita

          June 4, 2007 at 11:58 am

          *tepok jidat*
          Halah mbak, itu mbak Mariskova kan nanyain nYam: jeng atau mas?
          Ya kujawab, ‘Jeng. (bukti:) Lagi hamil’.
          Geetooo… bisa dikopi, jeng? :mrgreen:
          Aku sampe bingung liat emailnya hihihi

  16. windy

    May 29, 2007 at 8:04 pm

    halo mba lita, lam kenal.

    kenal email mba dari milis sehat en asiforbaby…

    sufor tuh sekarang seperti didewakan deh, di supermarket dtaruh di lemari kaca khusus. Ada SPG khusus, beraneka macam hadiah.

  17. Ketty

    May 29, 2007 at 8:10 pm

    Hallo Mbak Lita… suda lama niy gak buka blognya, ternyata byk artikel baru. Menanggapi kalimat mbak Lita:
    “Yang diuji adalah bayi yang diberi susu formula dengan tambahan AA dan DHA, sedangkan acuan (standar)nya adalah bayi yang diberi susu formula ‘biasa’ (yang tidak diberi tambahan AA dan DHA). BUKAN antara bayi yang diberi susu formula (yang ditambah AA dan DHA) dengan bayi yang hanya diberi ASI” .. oi oi ternyata ada juga penelitian yang membandingkan antara anak ASI dan anak yg diberi susu formula plus AA/DHA.. saya pernah menghadiri simposiumnya. Untunglah, dari sekian banyak penelitian hasilnya konsisten semua, maksudnya, grafik aspek yang diukur (biasanya aspek kognitif, koordinasi, gitu2 deh.. sori agak lupa) pada anak yang diberi ASI tetap lebih tinggi (baca : lebih baik) dari anak yang diberi susu formula. Cum amungkin perhitungan statistiknya diatur or gimana ya, saya gak gitu ngerti deh.. ujung-ujungnya kesimpulannya pasti deh, perkembangan anak yg diberi susu formula tidak berbeda bermakna dengan yang diberi ASI.. Walaah.. padahal gambar grafiknya menurut penglihatan mata saya cukup jauh deh jaraknya.

    Intinya memang ASI yang terbaik. Nambahin lagi aja, proporsi AA / DHA (sekarang ketambahan pula yg namanya immunofortis, ntah apa lagi itu) dalam susu formula kan dah tetap tuh segitu2 aja per kaleng, meneketehe kebutuhan jabang bayi sebenarnya berapa, kalo kelebihan or kekurangan emang produsennya peduli? Padahal harganya dah di set muahaaal thoo?
    Nah padahal proporsi AA / DHA di ASI berubah terus mengikuti umur bayi, bahkan proporsi AA/DHA di ASI ibu berbagai belahan dunia berbeda beda loooh… mungkin pengaruh genetik dan geografis, serta diet makanan tiap bangsa kali yaah..yang jelas sudah pasti diciptakan se-cocok mungkin dengan kebutuhan bayinya.. pokoknya ASI is the best!

  18. Lita

    May 30, 2007 at 12:13 am

    nYam
    Brain, body and soul? Prestine πŸ™‚
    10 tahun? Ya gak bisa dong jeng, itu kan susu untuk balita. Pas si anak keluar, udah gak valid lagi untuk dihubungkan dengan susunya. Dus produsen berkelit *kedip-kedip*
    Beli sepeda? Iya ya, sebanyak itu ya?

    Windy
    Halo mbak Windy. Salam kenal juga.

    ErrÒ€¦ susu formula diletakkan di lemari khusus bukannya untuk mengurangi risiko pengutilan (akibat harganya yang mahal), ya? Selain itu, kalau disimpan dan dijaga ketat kan bisa membuka peluang bagi yang jaga untuk dititipi promosi oleh produsen πŸ˜‰

    Ketty
    Iya nih mbak Ketty kelamaan absen, jadi ketinggalan deh πŸ˜‰

    Soal immunofortis sudah kubahas di posting bulan lalu, tentang suplementasi pre/probiotik di susu formula. Tapi udah ada niatan dibahas lagi, dengan nuansa yang beda.
    Mohon bersedia menunggu… Andai seminggu lebih dari 7 hari… *ngarang*

    Tentang kalimat yang mbak kutip itu, tentu saja asalnya dari referensi yang kupakai. Atau aku yang kurang teliti membacanya, ya? Makasih ya mbak, tambahan/koreksinya.

    Ah, statistik mah bisa ditafsir tergantung siapa yang pegang datanya, mbak. ‘Tidak signifikan’ itu juga kan bergantung pada rentang toleransi dan sensitivitas yang bisa diset sendiri. Jadi ya… menurut mereka, itu perasaan mbak aja. Buat mereka ngga sejauh itu πŸ˜€

    Aku jadi agak penasaranÒ€¦ mbak Ketty ini bekerja di produsen makanan bayi atau farmasi kah?

    1. Ketty

      May 30, 2007 at 9:28 am

      Wah aku gak kerja di produsen makanan bayi or susu formula, cuma karena pekerjaan saya, kadang-kadang saya datang ke tempat simposium para dokter, trus kalau ada waktu ya ikut dengerin aja, meskipun bukan dokter. Simposium yang saya hadiri waktu itu di tahun 2005. Aneh juga data penelitiannya dak beredar di on line jurnal, sudah saya coba cari (data on file kali hehehe).

  19. Ketty

    June 2, 2007 at 1:58 pm

    Mbak Lita,
    Mungkin benar bahwa ketenaran produsen (dan juga brand) sebagai salah satu penyebab susu produksi perusahaan multinasional (ga enak ah nyebut susu mahal) lebih tinggi harganya. Ini yang disebut nilai Branding. Walaupun, komposisinya tidak jauh beda dengan susu produksi perusahaan dalam negeri kok (kalau rela mata jereng silakan bandingin sendiri satu per satu). Penyebab lain, mungkin itu harga yang dipasang sebagai pengganti ongkos research, umumnya perusahaan susu multinasional yang banyak dan menjadi pioneer dalam melakukan riset soal AA DHA dan suplementasi lain2 dalam susu, tentu saja riset ini dimaksudkan untuk menghasilkan formula yang lebih baik dari sebelumnya.

  20. nesha

    June 2, 2007 at 2:08 pm

    Mbak lita boleh nimbrung+minta advice-nya ya?! Anakku udah 1th dr lair sampai detik ini msh asi klo ditinggal kerja pake susu soya-isomil (krn alergi merah2 kulitnya). Dia gak mau ngedot pake botol. Skrg mo tak cariin susu formula tentunya yg cocok+terbaik untuk si kecil (rasa+gak nyebabin alergi). Pinginnya sih ngasih yg pake aa-dha gitu tp kyknya ga cocok (merah2),akhirnya ke procal yg biasa sdh 2 kotak dan gpp. Tapi sbg ibu kan pinginnya dia dpt-in yg terbaik (dibeliin susu yg ok ada,dha,ara,spingomelin,immunifortis dllll..sampe bingung milihnya yg iklannya sering muncul di teve). Biar asupan gizinya terpenuhi. Tapi setelah baca tulisan mbak lita jd lebih PeDe. Aku dukung mbak Lita asi is the best. Susu formula merk apa sih yg formulasinya ok. Tks

  21. Lita

    June 2, 2007 at 11:24 pm

    Ketty
    Yang memulai dengan ‘susu mahal-susu murah’ itu mbak Ifa, kok. Seperti yang dikutip πŸ˜‰
    Yap, begitulah yang kupikirkan. Penelitian kan hampir selalu mahal yeee…

    Nesha
    Ng? Kan mbak sendiri sudah bilang, ASI is the best.
    Lalu kok nanya susu formula yang komposisinya OK? *bingung*

    Gimana kalau ASInya diperah? Jadi si kecil tidak perlu pakai susu formula.
    Bebas alergi, dan pastinya lebih murah.
    Mungkin tambah investasi pompa (kalau tidak bisa/suka memerah manual), botol penyimpan, dan cool box kalau membawa ASI yang diperah di kantor.

    Kemarin ketika ikut talkshow dengan dr. Utami, beliau ‘bercerita’. Bahwa sebetulnya tidak ada ‘waktu’ bagi konsumsi susu formula. ASI dan makanan padat yang sesuai dengan usianya PASTI akan memenuhi kebutuhan gizinya.
    ASI terproduksi menurut kebutuhan anak dan kondisi pencernaannya. Seberapa yang diproduksi, segitu pula yang dibutuhkan anak.

    PeDe aja lagi πŸ™‚
    Coba perah ASInya dulu, sebelum menimbang kembali susu formula merek apa yang akan diberikan.
    Sip sip… selamat ya mbak Nesha, karena masih menyusui πŸ™‚

    1. Adjokasep

      August 1, 2007 at 12:33 pm

      Iya…. mending diperah….. istriku juga pernah ngalamin pergi pagi (kerja) dilanjut kuliah sampe malem, tapi nggak pernah putus ngasih ASI karena bisa diperah dan disimpan di freezer. Kalo bayinya mau minum dan si ibu ngga ada di tempat tinggal ambil asi bekunya dan dicelup se plastik2nya ke air panas, jangan direbus. Kalo bisa sih katanya kasih pake sendok, jangan pake dot, takut dia bingung puting katanya…..

      Awalnya susah siperah dan terasa sakit, tapi lama kelamaan jadi ketagihan, karena kalo nggak diperah payudaranya membengkak dan terasa sakit sekali. Terakhir sih nemu pompa yang nyaman untuk memerah asi, walau harganya lumayan mahal sekitar 500rb-an.

  22. ira

    June 4, 2007 at 2:53 pm

    kok aku gak ngebaca reply mu ya jeng..? cuma liat di halaman depan, tapi gak komplit kan.
    jadi sebenernya siapa yang lagi hamil?
    jadi dunks, anak ketiga…hehehhe

    1. Lita

      June 4, 2007 at 2:59 pm

      Ahem. Karena ini modenya threaded comments, jadi komentar tayang ngga selalu urut berdasarkan waktu.
      Coba mbak scroll ke atas, sabar bentar kalo rada panjang :p
      Lihat alur komentar yang ada di bawah komentar mbak Mariskova.
      Nah, ada kan tuh.
      Kan mbak tadi komentar di alur yang sama. Lupa ya? πŸ˜‰

      Tenang tenang… aku gak hamil kok. :mrgreen:

  23. ira

    June 4, 2007 at 2:58 pm

    ooo jadi yang lagi hamil bukan dirimuuwwh….hihihihihihiii
    udah nyambung deh

  24. Dinar Ardanti

    June 4, 2007 at 4:22 pm

    Berarti insya Allah 2 bulan lagi .. Alma sudah mulai bisa diberikan UHT ya ^_^

    terima-kaish ya mom Lita tuk informasinya πŸ™‚

  25. nia

    June 5, 2007 at 10:01 pm

    ah menurut saya mas adi wirasta ini merendah utk meninggi… kan ngak semua orang loh bisa masuk smu 8, masuk umptn dan kerja di one of indonesian big company….

  26. Lita

    June 7, 2007 at 1:05 am

    Ira
    Ini bales-balesan komen gak jelas. Ckk ckk ckk..
    Untung akhirnya nyambung juga.
    *disambit sendal sama mbak Ira*

    Dinar
    Bisa, kalau mau.
    Kalau mau ASI saja (dan makanan padat, tentunya) juga tidak apa-apa.
    Sudah mencukupi, kok.
    Sama-sama, mom Dinar πŸ™‚

    Nia
    Satir mbak, hehehehe…

  27. ifa

    June 11, 2007 at 11:30 am

    Waduh mbak, makasih banyak, saya merasa terhormat sekali menjadi salah satu ‘asbabun nuzul’ tulisan kali ini πŸ™‚ Gitu kok ya telat baca, ini juga lom selesai bacanya mbak. Lumayan lah buat info tambahan ke adiknya Razzan nanti *yang lagi hamil muda*.

  28. ien

    June 12, 2007 at 4:37 pm

    halo mba lita..salam kenal.. ngutip dari pernyataan nya cak moki nih:

    Ò€ AA-DHA terbukti berpengaruh terhadap kecerdasan bayi, aktifasinya melalui kinerja enzim, dan itu ada dalam ASI. Adapun AA-DHA dalam susu formula tidak dapat dibuktikan berpengaruh terhadap kecerdasan, lantaran dalam susu formula tersebut tidak memiliki enzim aktifasiÒ€

    brarti enzim nya itu emang hanya ada di ASI ya? apa tubuh bayi umur 0-12 bulan blum bisa produksi enzim aktifasi sendiri?

  29. Faida

    June 26, 2007 at 9:51 pm

    dear mbak lita… lam kenal, ikutan nimbrung yah
    alhamdulillah anakku dua-duanya bisa dapet ASI exclusive, anak yang pertama dah 2 tahun 9 bulan, dulu ASI terus berhenti pas adiknya lahir (umur 2 tahun 3 bulan). Sejak umur 9 bulan maksud hati pengin memberi tambahan susu karena produksi ASI yang semakin berkurang tapi dia gak begitu suka, sudah berganti-ganti merk dari yang ada AA, DHAnya dan yang biasa paling banter sekali minum cuma habis 60 mL. Makin dia beranjak besar sekarang saya sempat wondering “wah ni anak kalo ga suka susu gimana.. nanti pertumbuhannya tidak optimal, karena tidak ada AA DHA yang masuk”

    1. Lita

      July 19, 2007 at 12:46 pm

      Dear mbak Faida,
      Saya salinkan jawaban saya di milis Sehat, ya.

      DHA adalah satu dari 3 jenis asam lemak omega 3, yang penting untuk tubuh.
      Ketiga asam lemak omega 3 tersebut adalah Eicosapentaenoic acid (EPA), DocosahexanoicAcid (DHA), dan Alpha-Linolenic Acid (ALA).
      ALA adalah satu-satunya asam lemak omega-3 yang bersifat esensial, yaitu HARUS didapatkan dari makanan. Sedangkan EPA dan DHA disintesa dalam tubuh sebagai hasil metabolisme/pengolahan ALA.

      Ketiganya bisa didapat dari makanan laut (ikan, udang, dll), alga, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau (bayam, brokoli, lettuce, dsb), minyak nabati, daging, dan telur unggas.
      Hmmm.. tidakkah itu mencakup bagian besar dari diet (pola makan) kita sehari-hari?

      Referensi:
      http://www.cfsan.fda.gov/~dms/labo3qa.html#contain
      http://www.kellymom.com/nutrition/vitamins/DHA-mother.html
      http://www.aboutkidshealth.ca/News/Omega-3-fatty-acids-during-pregnancy.aspx?articleID=8051&categoryID=news-poh2

      Tidak ada yang spesial dengan AA dan DHA di susu formula.
      Apalagi ‘harus’ membuat bunda Faida khawatir pertumbuhan anak menjadi tidak optimal jika anak tidak suka susu formula.
      Tenang aja ya, bunda.

  30. mrtajib

    June 27, 2007 at 10:27 am

    artikel menarik…

    saya save, lalu print, dan istri saya membacanya….

    http://tajib.wordpress.com/2007/06/20/anak-saya-lahir/

    terimakasih, dan salam kenal….

  31. felicia

    June 27, 2007 at 12:12 pm

    salam kenal semua,

    Menyedihkan baca detik finance hari ini, HARGA SUSU MELEJIT 100% (http://www.detikfinance.com/index.php?url=http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/06/tgl/27/time/115443/idnews/798337/idkanal/4).

    Para Ibu2 harus semakin pintar lagi mengelola uang belanja yang sudah ditekan di semua sisi, belanja makanan, listrik, PAM yg juga rencana mau naik, pendidikan semakin mahal…..(Jgn heran kalau lama2 tingkat bunuh diri kaum hawa meningkat tajam.)

    tabik,
    felicia

    1. erma

      July 19, 2007 at 10:59 am

      Mbak Lita, kan sekarang lagi banyak tuh di koran, “tidak mampu beli susu, ganti dengan air tajin”. Memang bisa ya, air tajin jadi subsitusi untuk susu?

      *ga ngerti kedokteran, kesehatan, belum jadi ibu, tapi sering nemu bacaan ini di koran*

      1. Lita

        July 19, 2007 at 12:14 pm

        Tidak bisa, mbak Erma. Justru itu yang dikhawatirkan, ketika para ibu memilih beralih dari susu ke air tajin.
        Sebetulnya masalah kenaikan harga susu tidak perlu sangat dipusingkan oleh para ibu yang menyusui bayinya.
        Untuk bayi 6 bulan sudah mendapat MPASI. Tetap saja, sandaran utama nutrisi anak 1 tahun, nutrisi disandarkan pada makanan padat. Susu hanya pelengkap. Tidak ada juga tidak apa-apa.
        Mau memberikan pun tidak perlu susu formula, cukup dengan susu cair biasa.

        Lalu kenapa sekarang ribut dengan kenaikan harga susu?
        Saya tidak tahu. Salah kaprah berjamaah, mungkin? :p

  32. toph

    August 13, 2007 at 11:22 am

    bu lita / temen yg lain
    jadi sebenernya susu murah atau mahal itu sama aja nggak sih???
    thanks

    1. mariskova

      August 16, 2007 at 9:55 pm

      Sama, menurut saya sih. Anak saya yang pernah minum susu mahal dan anak temen yang pernah minum susu murah, sama-sama bisa nyambung tuh kalo ngobrol πŸ˜€

  33. winayou

    October 3, 2007 at 2:18 pm

    assalamualaikum …..bu lita… mulai umur berapa anak boleh mulai diberikan susu uht?

  34. Lita

    October 4, 2007 at 10:28 am

    Winayou
    ‘alaykum salam. Tunggu sampai usianya sudah 1 tahun, ya πŸ™‚

  35. Fery

    February 15, 2008 at 10:25 am

    mau ikut nanya nih, mungkin sedikit oot sih. yang mau saya tanyakan bagaimana kandungan gizi seperti susu sapi segar dibanding dengan susu formula yang ada AA dan DHAnya, apakah susu sapi segar itu ada kandungan macem AA dan DHAnya juga, (maaf bukan mau menyamakan asi dengan susu sapi lho) sekedar tanya aja, soalnya saya orang awam dan kebetulan sekali putri saya suka sekali dengan susu sapi segar, cuman ditambah gula sedikit aja, sehari dia bisa menghabiskan 1 liter.

    oke deh, itu dulu dan makasih buat pencerahannya

    Daddynya Aisha & Daffa

    1. Lita

      February 15, 2008 at 4:51 pm

      Pak Fery, putrinya umur berapa, ya?
      Kalau sudah di atas 1 tahun, susu 1 liter sehari itu berlebihan lho, pak πŸ™‚ 500 mL (dua gelas) saja sudah mencukupi asupan gizi dari susunya.

      AA & DHA? Ada di makanan sehari-hari; kacang-kacangan, sayuran, daging, ikan juga mengandung AA & DHA. Tak hanya ASI dan susu formula. Jadi tak perlu khawatir. Jika pola makan anak baik, insya Allah kebutuhan anak tercukupi tanpa harus minum susu yang difortifikasi dengan suplemen.

      Semoga membantu, ya.

  36. Manika

    June 6, 2008 at 12:37 pm

    Mb lita,
    saya dr kmrn2 kepikiran. Anak2 gizi buruk itu lho. Kan krn ortunya tdk mampu beli sufor (sy rasa mrk korban promosi sufor baik d media atopun d klinik). Kasian bgt kalo liat kondisinya, bahkan ada yg sampai meninggal dunia.
    Kalau sy pikir, bila diberi asi takkan sampai jd gizi buruk (oya mksd sy d sini gizi buruk pd bayi). Karena se kurang bergizi makanan si ibu, asinya tetaplah jauh lbh memadai drpd formula. Sy miris wkt tau berita bbrp wkt lalu bayi meninggal krn gizi buruk. Si ibu yg wkt lahir asinya tdk kluar bkn di treatment tp lgs di judge tdk bs ksh asi. Bayi diksh sufor. Stlh itu susu ibu keluar bayi kadung bingung puting tdk mau mengisap. PD ibu nyut2an. Disuntik sm dokter penghenti produksi asi. Stlh itu bayi td jd brgantung sufor. Pdhl ortunya tak mampu beli.
    Ada gak yg mau neliti apakah bayi2 yg gizi buruk itu minum asi ato sufor??

  37. Dewi

    June 6, 2008 at 2:32 pm

    Mbak Lita,
    salam kenal ya, aku sering mampir ke blog Mbak karena bs membantu membuka dan memperluas wawasan. πŸ™‚

    Mumpung masih soal susu, aku mau numpang nanya tentang botol susu.
    Belakangan ini kan lagi ribut soal bahan botol susu (Polycarbonate) yang konon bisa mengeluarkan bahan Bisphenol A yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan, terutama bila dipanaskan.

    Terus, dari hasil browsing sana sini, aku ketemu ada satu merk botol susu “BORNFREE” yang mengklaim produknya tidak mengandung bahan Bisphenol A, katanya produk botol susunya terbuat dari Polymer Polyamide.

    Aku dah coba search mengenai bahan polyamide ini (ingin tahu bahan ini aman ga bila dipanaskan,dll) tp yah karena memang otakku ga nyampe, ya ga ngerti juga sebenernya ini bahan aman ga sih untuk botol susu.

    Mungkin Mbak yang menguasai per-Kimia-an, bisa membantu?
    Thanx banget lho, Mbak.

  38. mama karen

    July 19, 2008 at 3:40 pm

    emang bener nih botol2 susu bayi sekarang banyak yang mengandung polycarbonate,
    tapi ada beberapa merk tertentu yang kebetulan merk impor semua yang menyatakan bebas dr bisphenol A bahan yang keluar dari plastik polycarbonate. Yang bebas bisphenol A antara lain merek, Medela(dijual botolnya saja tanpa dot), Ritchell, Born to free, Green to grow.

  39. ahmad iskandar lutfie

    January 28, 2010 at 9:58 pm

    Mohon Informasi Iklan Layanan Masyarakat tentang promosi produk tentang kesehatan, dan daftar alamat distributor di wil jawa barat dan wil. Cirebon, pada kesempatan ini kami sedang mensosialisasikan program tersebut melalui media plang atau sign board, mohon perkenan untuk suksesnya program tersebut kami berharap dapat ditindak lanjuti dalam bentuk kemitraan, mohon balasan terima kasih.

  40. Anik

    February 24, 2010 at 11:13 am

    Kalau ada kampanye ttg ASI saya mau bergabung, khususnya di wilayah Surabaya. Saya ingin sekali mempromosikan ASI. Kadang suka gregetan dan prihatin dengan Ibu yang gak mau ngasih ASI ke bayinya, meskipun dia tidak bekerja.

  41. Paula Andriana

    March 8, 2010 at 10:06 am

    Asi memang yang terbaik. Seandainya saja aku bisa kasih terus….
    My baby umur 4 bulan. Sempet bingung mau kasih susu formula apa. Banyak pertimbangan, akhirnya kami pilih merk ‘X’.

    Emang bener tergantung iklan…. Mana yang terbaik? Gunakan feeling aja……. Asal ekonomi ikut menunjang.

  42. Rina

    March 17, 2010 at 12:55 pm

    dear mb Lita…
    seneng bgt baca blog mb..kebetulan aku juga member afb dan skrng br nungguapproval dari milis sehat…
    fata (4y) dulu full ASI mpe 2y…kalo inget, ga mudah tuk ngasih ASI full karena penghalang pertama justru datang dari ibuku sendiri…ga jarang kami saling ‘ngotot’ untuk mempertahankan prinsipku sebagai ibu ASI… ‘aisya (11m), pengen bunget bisa kasih dia ASI full mpe 2y seperti kakaknya, tapi kayanya ga mungkin mb, karena aku baru aja hamil 5minggu…udah konsul ke dsog, katanya gpp tetep nenenin (tendem nursery) asal makanku masih bagus, tapi da baiknya kl ‘aisya juga mulai dikenalkan ke sufor just in case kl pada akhirnya aku ga mampu lagi kasih ASIku ke ‘aisya…tapi aku lbh prefer tuk kasih ‘aisya UHT karena yang aku tahu UHT lebih baik dari sufor (meski ASI is The BEST)..skrg gi ngumpulin ref banyak2 siapa tahu tar dapat tentangan lagi dari orang2 terdekat…
    makasih ya mb buat infonya n wish me luck…moga2 aku masih bisa kasih ASIku ke ‘aisya at least mpe dia genap 1y…^^

  43. Lita

    March 17, 2010 at 4:22 pm

    Ayo mbak Rina, berjuang! πŸ™‚
    Minta dukungan suami tercinta.
    Selalu mohon dikuatkan fisik & mental supaya dapat menyusui sampai 2 tahun, lebih baik lagi.
    Semangat ya, mbak.

  44. nina

    July 13, 2010 at 3:00 pm

    Halo Lita, pa kabar? ketemu lagi deh blog Lita setiap nyari hal2 yg berhub sama anak. Good Job Bu..
    Lita, aku pro ASI tp krn sempet opname jd terpaksalah nyapih, krn udah 1 th, ya sutralah. dijalanin. Karena anakku lactose intolerence jadilah cari yang soya. tapi terganjal sama berita soal GMO, baik nutricia or isomil. Kalo menurut pediasmart sih pediasure pun ga bebas GMO, ya produksi abbott jg si..Pediasmart yang ngakunya 100% GMo free nyarinya susah bgt di indonesia..Mhh..bingung deh. Gimana dong Ta?

  45. puji

    August 19, 2010 at 1:56 pm

    nina : emang napa mbak kalo GMO?
    coba saja dulu ke anaknya
    resiko alergi terhadap bahan makanan GMO kan hampir belum pernah dilaporkan.
    Saya yang termasuk yang pro GMO kok. Khan tujuan GMO untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia.
    Selama tidak mengalami alergi menurut saya tidak apa-apa. (karena selama ini belum ada laporan tentang alergi terhadap bahan pangan GMO)
    Salam

  46. mama mia

    September 17, 2010 at 1:37 pm

    mbak lita ….
    mau tanya dikit , selama ini aku menyusui bayiku asi exlusif alhamdulilah gak ada masalah , sebagai ibu bekerja aku mengusahakan agar baby ku selalu dapat asi yang cukup , masalahnya menjelang 6 bulan nanti aku tugas keluar kota dua hari satu malam aku khawatir stock asinya gak cukup meski sedang dikejar dari sekarang . apakah aku perlu menutupi dengan susu formula atau air tajin atau ada pilihan lainnya . mana yang lebih baik . minta komentarnya yaa…. tengkyu

  47. Junior

    May 5, 2011 at 11:49 pm

    Lit2, yg diposting kok dipilih2.. byk yg u hapus ya kalo lu kagak seneng uuuueeeekkk

  48. Lita

    May 6, 2011 at 6:45 am

    Junior, saya memuat komentar anda. Sudah cukup?

  49. Susan Kiwi

    May 9, 2011 at 9:49 am

    Mbak Lita, saya mau nanya nih: Kalo ASI kita gak cukup utk bayi, terus ada org yg nawari ngasih ASI mintanya 60rb/hari (blm aku tawar), mending minum sufor atau beli ASI 60rb/hari? Tlg minta pendptnya aku bingung mumpung aku masih hamil. Tapi pengalaman hamil yg dulu2, ASI ku gak cukup walaupun uda diberi obat mcm2, daun katuk, kacang, dll. Dulu pernah wkt anak ke2 tak biarin gak diberi sufor(gara2 aku kirim email di internet di jwb jgn keburu memberi sufor dan harus dibiarin spy baby bisa sedot ASI dgn kencang), akhirnya babyku nyaris meninggal dan aku dimarahi suami, mertua dan dokter. (JAWABAN INTERNET KOK DIPERCAYA KAN GAK BISA DIPERTGJWBKAN). Ujung2nya kuberi sufor.. trs terang kalo dibuat hitung2an angka 60rb itu = beli sufor plg mahal utk anak kategori tdk alergi… bagi aku uang bkn masalah krn anak segala2nya tapi masalahnya kok aku merasa jijik ya, masak minum ASI org.. tapi kalo terpaksa apa boleh buat.. Jawaban mbak Lita sangat kuharapkan…Thanks ya

  50. Chislynna

    May 11, 2011 at 7:29 am

    bu Lita, komentarku bbrp wkt yg lalu kok blm tampil… spt kata ibu Junior byk yg dihapus

  51. Anna

    July 2, 2011 at 2:08 am

    Keponakanku minum ASI sampe 12 thn kok goblokya gak kayak sdr2nya? Apa penyebabnya? Keponakanku yg mau digugurin tapi selamet dan diberi ke org lain kok ya pinter. Apa bagusnya diminumin obat penggugur??? jgn byk2 kali yee ntar gugur beneran

  52. mitha

    October 20, 2011 at 11:22 am

    Bunda,,,,aq d kasih tau klo kandungan gula d susu UHT itu tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dr susu bubuk biasa,,,apa bener??,,,klo minum susu cair biasa susah ngedapetinnya….

    1. Lita

      October 29, 2011 at 9:15 am

      Mbak bisa lihat di labelnya kok. Persentase kandungan gula, lemak, kalori, dll. Silakan bandingkan sendiri πŸ˜‰
      Banyak hal yg bisa kita pelajari dari membaca label.

  53. woelan

    October 25, 2011 at 11:42 am

    mba lita, anak saya sdh 1 thn, msh ASI dan mulai sy kasih tambahn susu UHT krn makanan padatnya sdikit skali (mnrt saya) krn sehari memang 3X , sy usahakan, tp itupun hanya dg nasi 1 sdm, sdkt sayur, dan lauknya hanya mau telur (tdk apa2kah?). jd, sebaiknya konsumsi UHTnya brp ml sehari? makasih banyak πŸ˜‰

  54. tia

    February 12, 2012 at 11:55 am

    so,,,,, buat bayi satu tahun apa yang cocok selain asi??

  55. Ika Aristiowati

    February 29, 2012 at 11:58 am

    hai mb lita… lg cari2 artikel ttg SUSU eh nemu blog inih.. salam kenal ya mb.. anak saya skrg umur 1 Y 3 W 1 D, alhamdulillah masih ASI.. baru krg lebih seminggu ini coba dikasih UHT juga, gak byk cm 100ml sehari itupun gak tiap hari.. sufor NO of course, but UHT??? blm lama ini sy juga nemu bbrp artikel yg bilang klo UHT pun sbnrnya gak bagus.. jadi sy mulai mengurangi UHT juga.. how about your opinion about UHT??? saya sangat setuju klo sumber kalsium gak harus dari susu apalagi klo anaknya udah mulai makan makanan padat…
    oiya, ada satu pertanyaan yg sy belum nemu jawabannya smp skrg:
    bagaimana jika ada ibu yg baru melahirkan dan hrs menyusui, TAPIIIII asinya gak keluar sama sekali (semua cara udah dicoba dari makanan, rangasangan, apapun lah) terus bagaimana dengan sang bayi yg notabene butuh asi agar tercukupi kebutuhan makan+minumnya yg seharusnya dia dapatkan dari asi ibunya min 6 bulan pertama???
    mohon pencerahannya.. kasihan kan bayinya klo dr umur 0 bulan ud lgs dikasih sufor wlpn ini krn “keadaan darurat”…

    1. Lita

      March 6, 2012 at 7:04 pm

      Mbak Ika,
      Saya sudah menulis tentang susu UHT juga. Bisa gunakan fasilitas ‘search’ ya πŸ™‚

      Ibu yang mengalami kesulitan menyusui dapat menghubungi konselor laktasi.
      Mereka sudah terlatih untuk membantu ibu mengatasi kendala menyusui.
      Tentunya keadaan setiap ibu unik (tidak sama antara satu dengan lainnya), karena itu pendampingan yang intensif dapat lebih membantu ketimbang artikel yang tersedia di website.

  56. asi lover

    March 3, 2012 at 11:04 pm

    saya punya iklan promosi SF 1 dan 2 salah satu produsen susu ternama, dan ternyata peran perangkat kesahatan dalam menyuruh ibu2 agar menggunakan SF 1 sangat kuat, karna perangkat kesehatan dikejar target perbulannya harus habis………………seperti MLM saja

Leave a Reply to fina Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.