Wibawa Pemimpin

Satu hari, sebelum tidur, Daud bertanya, “Bunda, wibawa itu apa?” Aku terdiam. Sebelum menemukan jawabannya, Daud sudah menanyakan hal lain. Khas anak-anak. Yang ingin ditanyakan terlalu banyak. Tak ada waktu untuk menunggu terlalu lama. Sehingga seharusnya orangtua spontan saja. Masalahnya aku terlalu serius dan seringkali lupa untuk berpikir sederhana.

Lalu sekarang terpikir, harusnya jawab apa, ya? Hmm… Bisa saja dijawab dengan, “Wibawa itu seperti kharisma.” Tapi sepertinya tidak akan membantu memuaskan anak kelas 1 SD. Akan diikuti dengan, “Kharisma itu apa?” Mungkin seharusnya aku menjawab, “Wibawa adalah sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin. Yang membuatnya didengar, ditaati dan diikuti.”

Wibawa membuat kehadiran seseorang begitu terasa. Begitu nyata keberadaannya. Kita akan menyadari dia ada. Tanpa banyak gaya, ia menyolok.

Wibawa membuat seseorang didengar. Tanpa banyak bicara, kita dapat tahu seseorang memiliki pengaruh atau tidak. Ketika mencuat suatu pertanyaan dan mata -secara tak sadar- tertuju padanya. Ingin tahu apa pendapatnya.

Wibawa membuat kata-kata seseorang dipatuhi. Baik karena takut atau dengan senang hati. Wibawa tak lantas membuat orang tersebut disukai semua orang. Yang jelas ia disegani. Diakui. Biasanya orang berwibawa tak banyak bicara. Tapi saat berkata, ia akan didengar.

Wibawa seseorang dapat membuat kita merasa aman karena ia dapat diandalkan. Atau merasa terancam secara penuh, karena ia adalah musuh yang harus diperhitungkan.

Wibawa membuatnya wajib dimiliki oleh pemimpin. Yang berbakat memimpin, biasanya memiliki sifat ini sebagai bawaan. Aku percaya wibawa dapat dipupuk. Tapi seperti kepercayaan, kewibawaan bukan hal yang dapat diminta dari orang lain. Wibawa diperoleh dari penuntasan tanggung jawab, ketegasan memutuskan, dan kebijakan dalam pertimbangan.

Anakku, tunaikan kewajibanmu. Perhatikan hubunganmu dengan Penciptamu dan manusia lain. Tak usah risaukan apakah kau memiliki sifat pemimpin atau tidak. Itu bukan yang utama. Jika orang lain mempercayaimu, saat itu mereka mengizinkanmu menjadi pemimpinnya. Wibawamu akan tumbuh bersama tanggung jawab yang kau laksanakan.

2 Comments

  1. Nindya

    January 27, 2012 at 8:59 am

    “Tak usah risaukan apakah kau memiliki sifat pemimpin atau tidak. Itu bukan yang utama. Jika orang lain mempercayaimu, saat itu mereka mengizinkanmu menjadi pemimpinnya.”

    THIS. IS. AWEEESOOOMMMMEEEEEE. *buru-buru bookmark*

  2. Lita

    January 29, 2012 at 10:59 pm

    Hihihi… *muah*
    Not that awesome.
    Seringkali kita tidak sadar tentang itu. *kita? gue, kali*
    Baru ngeh kalau dipikirin. Mencerna relasi dengan orang-orang di sekitar. Mikir yang lama. Nyaris ngelamun. Trus ketiduran =))

Leave a Reply to Lita Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.