Kami sedang Belajar

5 hari tanpa tulisan baru dan kini datang dengan alasan. Daud sakit. Kukira ini hanya sindrom tumbuh gigi, dengan demam yang datang dan pergi. Ternyata aku salah.

Bercak merah yang timbul hanya akibat pecahnya sebagian pembuluh darah kapiler oleh panas. Lemas, tentu saja. Tak ada makanan lebih dari 3 sendok mungilnya yang mau diterima. Larutan rehidrasi kusediakan untuk menambah amunisi. Belum terpakai hingga sekarang. Hanya ASI yang mau diterimanya.

4 hari demam sejak Rabu. Sudah melampaui waktu pengamatan terhadap demam. Selain diare ringan (2-6 kali sehari), tak ada gejala lain. Kami putuskan untuk berkonsultasi ke dokter.

Jadwal praktik DSA langganan hari Sabtu hanya jam 7 malam. Kami datang jam 5, ternyata sudah di urutan 14. Pulang dulu, supaya Daud bisa tidur dengan nyaman di rumah. Saat itu ruang tunggu sudah seperti taman bermain anak. Banyak dan ramai sekali anak-anak yang mengantri.

Kami baru mendapat giliran jam 20.30. Dokter yang biasanya ramah, kali ini lebih banyak tutup mulut. Memeriksa dengan serius dan teliti tanpa kata. Setelah memeriksa, beliau langsung duduk menulis resep di mejanya.

Pertanyaan, “Anak saya kenapa, dok?” hanya mendapat jawaban “Radang usus”. Tak puas, aku mencoba bertanya lebih jauh, “Sebabnya apa, dok? Bakteri? Atau virus?”. Terlihat kurang sabar, beliau menjawab “Apa aja yang masuk dari mulutnya. Kan dia sudah bisa main, apa-apa masuk mulut”. Kemudian bahasa tubuhnya seolah menanti kami menyudahi kunjungan. Baiklah, aku mengalah.

Lihat resep, hmmm… puyer dan sirup. Isi puyernya Velosef (antibiotik spektrum luas) dan Equal (pemanis). Parasetamol sirup untuk bayi. Irit, biasanya dokter ini lumayan ‘dermawan’ kalau meresepkan obat. Sudah begini pun, apoteker tetap aku repoti dengan pertanyaan seputar antibiotik ini sampai petugas yang di dalam sana melongokkan kepala mencari mana gerangan orang yang cerewet ini. Terlihat dari gerak bibirnya, “Mana sih yang nanya?” :mrgreen:

Beberapa menit bergulat dengan perasaan sendiri. Akal sehatku masih berusaha mencerna, bahwa diare dapat disebabkan oleh bakteri, amuba, dan virus. Yang mana? Dan kenapa antibiotik kuat? Sedangkan perasaan khawatir diam-diam menyelinap, jangan-jangan memang separah itu hingga butuh antibiotik kuat.

Bagaimanapun yang namanya ibu pasti tak tega melihat anaknya yang biasa menguras tenaga dengan bergerak ke sana ke mari kini terkulai lemas. Dan aku bisa mengerti jika dokter pun bisa panik apabila berurusan dengan orangtua/pasien yang panik, terlebih lagi jika yang dihadapi adalah anggota keluarga sendiri.

Memberi nasihat adalah satu hal, tapi terlibat dalam kasus dan menjaga kewarasan agar diagnosa tetap akurat adalah hal yang lain.

Baiklah, obatnya ditebus. Tapi setelah itu kami kembali menghadapi pelajaran baru. Memutuskan untuk menerima pengobatan adalah satu hal, tapi mengusahakan agar anak menerima pengobatan itu adalah hal yang lain lagi.

Jangankan puyernya, sirup parasetamol pun selalu dimuntahkan Daud. Sampai-sampai sang ayah membeli parasetamol sirup merk lain, yang rasanya mungkin lebih ‘enak’. Kata eyang putri pada si emak ini, “Kamu juga dulu gitu. Kalo minum obat pasti muntah”. Oh, rupanya pintarmu menurun dari bunda ya, nak? Hihihi…

“Pelajaran baru lagi ya, yah?”, kataku. “Teknologi untuk membuat rasa jadi enak dan tutup botol obat yang lebih aman itu mahal ya?”, kataku sambil nyengir melihat Daud yang mengecap-ngecap rasa obat yang baru. Kali ini tidak dimuntahkan, karena rasa yang lebih enak dan obat diteteskan sedikit-sedikit.

Hari ini kami bernafas dengan agak lega. Walau demam masih menetap, tanda tubuhnya masih melawan si pembuat penyakit (apapun itu), tapi tanda diare mulai memudar. Tinjanya mulai memadat dan baunya tak lagi ‘aneh’ seperti sebelumnya.

Semoga malam ini tidur Daud lebih nyenyak. Dan kami juga bisa istirahat dengan lebih tenang. Cepat sembuh ya nak…

Oh ya, kami pesankan, kalau harus berkonsultasi ke dokter, jangan pilih jadwal yang malam deh. Selain sudah capek secara fisik, sang dokter pasti juga sudah lelah berpikir seharian. Apalagi kalau lihat antrian ular naga panjangnya bukan kepalang seperti tadi malam hehehe…

33 Comments

  1. Hedi

    July 31, 2006 at 4:30 am

    aku termasuk yg cerewet kalo (terpaksa) harus berobat ke dokter…pernah ada dokter bilang: “harusnya anda kuliah kedokteran.” *hayah*

    btw, semoga Daud cepet sembuh ya, mbak ๐Ÿ™‚

  2. Irma Citarayani

    July 31, 2006 at 7:45 am

    Semoga daud cepat sembuh ya..ditunggu tulisan-tulisan cerahnya ๐Ÿ™‚

  3. Evi

    July 31, 2006 at 9:07 am

    3 minggu yll Nasywa (terpaksa)ke Dokter anak karena diare. Pertama pupnya msh ada ampasnya trs 2 berikutnya hanya air sehari smp 4x dan muntah. Dokter meresepkan nifural, lacto-B, dan vometa. Alhamdulillah seminggu kmd sembuh. Vometa msh utuh krn nggak muntah lg. Saya bersyukur karena menemukan Dokter Anak yg baik, beliau selalu bertanya dirumah punya obat apa? kalau saya jwb masih punya obat ini, itu. Maka Pak dokter pun tinggal nambahin aja. Jadi saya nggak mubazir beli obat. Sebelnya pasien beliau banyak, dan nggak bisa daftar dulu tp urut datang. Untung rumah dkt RS, jd taktiknya plg kerja lsg ke RS daftar, klo ditanya bayinya mana? Msh dirmh, deket kok, sebentar saya ambil hihihi…:) Lg bingung nih, tiba-tiba Nasywa td malam panas dan muntah, kerja jd nggak tenang mo bolos malu hari senin.
    OK, cepet sembuh ya Daud…

  4. Lita

    July 31, 2006 at 9:29 am

    Evi
    Mbak Evi, nifural adalah antibiotika keras yang tidak dipakai lagi di luar negeri. Efek sampingnya tinggi sekali (Neurotoksisitas berat, nyeri perut, diare, gangguan otak). Saya sendiri gagal mencari produk ini di situs BPOM. Tanya kenapa?รขโ€žยข

  5. Dhika

    July 31, 2006 at 9:35 am

    semoga lekas sembuh, salam dari oom dhika ๐Ÿ™‚

  6. TaTa

    July 31, 2006 at 9:50 am

    wah smoga si kecil cepet sembuh ya..salam kenal

  7. nYam

    July 31, 2006 at 10:15 am

    cepet sembuh ya daud…..

  8. danu

    July 31, 2006 at 10:46 am

    cepet sembuh ya dek daud… bapake lan mboke pasti taulah obat yang paling mujarab. bawel sama dokter kayaknya emang perlu. konsumen kan perlu info yang sejelas2nya. saya (+ibunya nanda) kalo ke dokter pasti nanya detil. soal jadwal malam, dulu dsa nanda praktek dibeberapa tempat. yg udah2 pastinya di tempat terakhir kebagian malem. jam 22 aja masih antre itu bocah2. kasihan melihatnya. untungnya skrg dr2 hanya boleh praktek di 3 tempat.

  9. Luthfi

    July 31, 2006 at 11:49 am

    hmmm, semoga lekas sembuh.

  10. aribowo

    July 31, 2006 at 12:26 pm

    emang berapa umur anak nya mbak?

    shiva dulu juga pernah tuh waktu umur nya masih sekitar 5-6 bulan, dia mencret2 (maap kalo bahasa nya kurang sopan), awalnya seeh cemas juga, tapi kata ibu itu biasa bagi anak seumuran dia, soalnya dia lagi ngentengin badannya agar bisa belajar berdiri.

    btw moga cepat sembuh aja anak nya yach mbak, salam dari papa nya shiva

  11. eka

    July 31, 2006 at 1:17 pm

    duhai dd daudku yg ganteng
    semoga cepet sembuh ya…
    syafaqillah

    smoga kegalauan bunda cepat berlalu ๐Ÿ™‚
    smoga kita smua bisa bobo nyenyak lagi
    smoga kepala bunda tdk kleyengan lagi krn krg tidur

    ttp smangat ya li….

    kalo ke praktek dokter anak seh emang slalu begitu ga malam ga siang ga pagi, pa lagi kalo dokternya top ๐Ÿ™‚
    blom nunggu obatnya…blom liat harga obatnya
    umi dan abinya ikutan pusyiiiiiiiiing ๐Ÿ™‚

  12. Lita

    July 31, 2006 at 1:21 pm

    Aribowo
    Daud sekarang 9 bulan.
    Sepertinya saya punya penjelasan yang lebih membantu, pak ๐Ÿ™‚

    Ketika anak memasuki tahap belajar berjalan, dia akan merangkak, menggapai mencari pegangan, menyentuh apa saja. Apa saja, karena dia belum mengerti apa itu kotor, apalagi kuman.

    Walau dalam eksplorasinya dia selalu ditemani, tetap ada kemungkinan ketika orangtua meleng sebentar, tangannya -yang entah habis megang apa- masuk mulut. Nah, masuklah kotoran (yang kemungkinan ditebengi kuman) ke dalam pencernaannya. Jadilah sakit perut, diare, atau gangguan pencernaan lain, dan berat badan anak turun karena tidak mau makan selama sakit.

    Diare jadi hal ‘biasa’ untuk anak seusia ini yang sedang giat-giatnya mempelajari benda, dialami juga oleh sang kakak. Setelah tahap merangkak (atau ngesot), anak akan belajar berdiri dan berjalan.

    Mungkin fenomena inilah yang teramati: kalau anak (pada usia sekitar itu) diare berarti akan belajar berdiri/berjalan, melupakan salah satu unsur penyebab diare itu sendiri: kuman.

    Memasukkan tangan -dan benda-benda- ke mulut memang masih jadi bagian reflek anak-anak, seiring bertambahnya usia reflek ini akan berkurang. Selain itu ketahanan tubuh anak juga makin pintar, sehingga makin berkurang kemungkinannya untuk sakit.

    Ketika sudah bisa berdiri atau berjalan tanpa berpegangan, kontak tangannya dengan lantai akan berkurang, dan ini bisa jadi penyebab turunnya angka kejadian diare.

    Sekadar bisa jadi, karena bisa jadi pula meningkat, sebab yang dimakan oleh anak-anak semakin beragam, apalagi kalau anak suka jajan.

    Sepertinya agak ‘sadis’ jika anak harus diare sebagai syarat memperingan badan :p Banyak jalan untuk memperingan badan, di antaranya adalah gerakan tutup mulut. Dan ini sama bikin pusingnya untuk para ibu.

    BTW, pak Aribowo, ibu saya juga bilang begitu ๐Ÿ™‚

  13. kenji

    July 31, 2006 at 1:37 pm

    moga2 cepet sembuh ๐Ÿ˜€

    btw, bayi dah boleh minum parasetamol? saya aja dah divonis medis ga boleh parasetamol ๐Ÿ˜€

  14. Lita

    July 31, 2006 at 1:42 pm

    Kenji
    Parasetamol justru yang paling aman untuk bayi karena efek sampingnya paling kecil.

    Penggunaan dalam waktu lama (kalau tidak salah hitungan 3 bulan) memang sangat berisiko merusak hati.
    Tapi jika diminum sesuai dosis, parasetamol relatif lebih aman daripada antipiretik dan obat anti peradangan non-steroidal yang lain.

  15. de

    July 31, 2006 at 1:48 pm

    mbak…
    daku memang harus sesar, krn kalo normal…resikonya lumpuh pinggang kebawah.

    itu aku crita ttg pembahasan dokter tuk memasukan spinal (anastesi melalui tulang belakang). sampai saat ini masih belum ada kesimpulan yg pasti. yah…de cuma bisa menunggu keputusan dokter aja lah

  16. achedy

    July 31, 2006 at 4:47 pm

    Kalau anak saya, Fitra, sudah sekian hari jempolnya bengkak, berdarah dan bernanah. Kata dokter kena bakteri akibat main tanah. Memang beberapa waktu itu dia senang main pasir di tetangga sebelah yang lagi membangun rumah.

    Tapi sudah tiga hari setelah itu masih belum sembuh juga. Masih bingung, mungkin cari dokter lain. Pernah pengalaman kayak gitu budhe ?

  17. Mbilung

    July 31, 2006 at 6:30 pm

    Semoga Daud cepet sembuh. kok kayaknya bisnis susu formula dan bisnis obat “baunya” sama ya Mbak?

  18. Lita

    July 31, 2006 at 9:06 pm

    ALL
    Terimakasih untuk doanya. Alhamdulillah hari ini Daud sudah membaik, sudah mau makan walau masih sedikit dan sudah bisa main ๐Ÿ™‚

    Danu & Eka
    Iya, makin terkenal makin panjang antriannya, walau bukan jaminan bahwa mereka menerapkan RUD dengan konsisten.

    De
    Salut buat mbak De. Tetap semangat ya, mbak, semoga dikuatkan sepanjang ‘perjalanan’ dan lancar hingga melahirkan.

    Achedy
    Wah, belum pernah tuh pak. Kalau luka keslomot knalpot sih pernah :p

    Kalau bernanah memang tandanya ada infeksi dan kemungkinan akan diberi antibiotik ‘ringan’/berspektrum sempit. Pengobatannya dilanjut saja dulu.
    Sembuhnya mungkin tidak terlalu cepat tapi ada perbaikan kan, ya? Cari pendapat kedua juga ndak papa untuk memantapkan hati orangtua ๐Ÿ™‚

    Mbilung
    Bau yang gimana pakde? Nyegrak atau harum ‘lembaran catatan Bank Indonesia’? :mrgreen:

  19. pandri

    August 1, 2006 at 9:20 am

    hmmm… lekas sembuh yah daud, biar bunda bisa ngeblog lagi ๐Ÿ™‚ agak sulit yah mba membatasi anak beraktifitas dan berkreatifitas sedang di sisi lain bertebaran kuman, virus dan bakteri…. ah, kotor itu baik ๐Ÿ™‚ semoga yang Maha Penyembuh mengangkat penyakitmu yah nak. wass

  20. pandri

    August 1, 2006 at 10:25 am

    maaf lupa, coba dikasih madu mba ๐Ÿ™‚

  21. yanti

    August 1, 2006 at 11:29 am

    cepar sembuh ya Daud.. dan cepetan ‘mamayu’ alias banyak makan lagi ๐Ÿ˜€

  22. aribowo

    August 1, 2006 at 12:24 pm

    waah makasih neeh atas penjelasan nya, iya juga bisa di bilang sedikit ‘sadis’ jika anak di bawah 1 tahun harus melewati tahap itu hanya untuk bisa jalan.

    btw masalah jajan, wah anak saya dah mulai ngerti tu masalah jajan, setiap jajan, dan harus yang enak2 pula, gawat neeh

  23. Eep

    August 2, 2006 at 5:03 am

    cepet sembuh ya daud…., usianya baru sembilan bulan ya..? hmmm…, lagi lucu-lucunya…
    jadi pengen punya anak lagi… ๐Ÿ™‚

  24. nYam

    August 2, 2006 at 12:27 pm

    daud kan baru 9 bulan, emang dah boleh dikasih madu? bukannya madu dikasih setelah usia 1 tahun biar sistem pencernaan berkembang optimal? cmiiw jeng lita

  25. Lita

    August 2, 2006 at 1:14 pm

    Pandri
    Berani kotor itu baik, asalkan sebelum makan dan aktivitas ‘bersih’ lainnya selalu cuci tangan ๐Ÿ™‚

    Madu memang dianggap baik, hanya saja sebaiknya tidak diberikan kepada anak usia 1 tahun ke bawah.

    Madu asli mengandung bakteri yang hadir secara alami. Dikhawatirkan, pencernaan bayi belum dapat menangani racun botulin yang dihasilkan oleh bakteri ini. Jika ‘keracunan’ terjadi, bayi dapat meninggal karena racun ini sangat kuat (tak hanya bayi, orang dewasa juga).

    Di atas 1 tahun, pencernaan anak dianggap sudah cukup ‘dewasa’ dan dapat menekan/menghambat pertumbuhan bakteri penghasil botulin ini. Dan pada usia itu pula madu mulai dapat diberikan kepada anak. Tetapi bukan keharusan ๐Ÿ™‚

    Yanti
    Kata ‘mamayu’ itu kebayang sampe nyaris kubawa tidur, mbak :mrgreen: Maklum, kosakata baru.

    Aribowo
    Harus enak udah bisa bikin pusing emak, apalagi kalo mahal ya? (tapi orang dewasa juga maunya yang enak-enak hehe…)
    *tiarap*

    Eep
    Ehm… uhuk-uhuk…
    *lagi pengen batuk aja*

    nYam
    Terimakasih ๐Ÿ™‚
    Kubetulkan sedikit ya. Bukan ‘supaya berkembang’, tapi ‘setelah perkembangannya mencapai tahap matang (mature, dewasa)’.
    Ah kayanya maksudnya sama sih ya? :mrgreen:

  26. Weni

    August 3, 2006 at 8:11 am

    sekarang daud udah sembuh khan ?
    semoga cepet sehat dan menguras tenaga emaknya lagi ๐Ÿ˜€

  27. Lita

    August 3, 2006 at 1:05 pm

    Weni
    Udah, bunda Reva. Emaknya juga udah mulai olahraga sejak pagi, ngejar Daud yang merangkak ke sana-sini dan kejeduk di sana-sini pula ๐Ÿ˜†
    Terimakasih atas doanya yang manis :mrgreen:

  28. Simb-Ah

    August 3, 2006 at 3:53 pm

    Assalamu’alaykum..ikut nimbrung ya..lam kenal

  29. wawan

    August 3, 2006 at 9:02 pm

    Ass wr wb

    Bicara soal anak….wah banyak pelajaran yang dapat dipetik. Oh ya, fs ku jadi di add kan ? Namaku Hermawan Setiawan

  30. BananaTalk - Lita Mariana’s Weblog » Blog Archive » Happy Breastfeeding Week!

    August 4, 2006 at 9:44 pm

    […] Yea rite™. Harapan tinggal harapan. Nyatanya, menurut UNICEF, pemasaran produk (pengganti) ASI justru semakin gencar. Tanya kenapa?™ (apakah ada ‘bau’ tertentu seperti yang tercium oleh pakde Mbilung?) […]

  31. unung

    August 10, 2006 at 12:32 pm

    ehm…. mbak Lita gigih juga mencari informasi yang benar soal obat ya. Meskipun dilirik kanan kiri mungkin, sekarang Daud udah sehat ceria kembali kan mbak. ๐Ÿ™‚

  32. ABDUL WAHID

    October 21, 2018 at 9:19 pm

    terima kasih sudah berbagi min
    menginspirasiii

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.