Selamat Tinggal Kancil
Cerita: Definisi Siapa?
Ketika masih kecil dulu, nenek biasa mendongeng sebelum saya tidur. Semua ceritanya -sepertinya- berakar dari kebudayaan Jawa. Semacam Timun Mas (duh, barusan yang keinget kok jadi timun suri yak? :mrgreen:), Bawang Merah & Bawang Putih (eugh, sinetronnya jelek banget!), dan lain-lain. Tak sampai kelas 4 SD, kebiasaan itu pupus sudah. Tak ingat mengapa.
Waktu berlalu, kini giliran aku yang menjadi orangtua. Kalau dengar cerita orangtua lain yang membacakan cerita sebelum anak-anaknya tidur, biasanya aku cuma nyengir. Dua balita ini lebih tertarik untuk mengeksplorasi buku yang kupegang ketimbang mendengar ceritaku. Ibrahim punya favorit "A 60-flaps book" seri City (kebetulan dwibahasa), sedangkan Daud (baru) punya buku What Colour am I?
Tapi ketika sedang berlibur ke Solo kemarin, aku tersadar. Bahwa pengantar tidur anak tak harus cerita berbentuk dongeng. Apa saja asalkan asyik didengar dan bisa dinikmati anak akan dianggap 'dongeng' untuknya. Bukankah kita sendiri yang mendefinisikan cerita pengantar tidur bentuknya 'harus' dongeng'? Dan dongeng itu 'harus' berupa cerita fiksi?
Gila Kereta
Ibrahim sangat suka (kalau belum boleh dikatakan 'tergila-gila') pada kereta api. Pokoknya yang tampak seperti gerbong dan beroda banyak, itulah kereta api baginya (dan namanya harus kereta api, gak terima ada istilah trem π ).
Bangun tidur, sudah bilang ingin lihat kereta api. Siang-siang, minta diajak lihat kereta api. Malam menjelang tidur, 'review' ingatannya tentang kereta api. Orang dewasa serumah sampai bosan dengar kata kereta api, tapi ya diam saja tak pernah protes.
Kalau isi kardus mainannya dikeluarkan dan dijejer, isinya hanya 3: kereta api (lokomotif, gerbong, dan relnya; kereta barang, kereta penumpang, apa aja deh), building brick, dan kendaraan beroda ≥ 4 (mobil, truk biasa, truk tangki, truk gandeng, kontainer, bus, trem). Waktu iri karena lihat temannya dibelikan pesawat terbang, alih-alih minta pesawat terbang juga, dia malah memilih kereta api.
Kereta api favoritnya adalah kereta api kluthuk alias kereta api uap. Roda yang unik, cerobong yang mengeluarkan asap, suara gejess gejesss, dan penampakan lokomotifnya yang secara keseluruhan -IMO- memang lebih menarik ketimbang lokomotif kereta disel apalagi KRL dan monorel.
Buku 60-flaps-nya juga yang pertama (dan paling sering) dibuka adalah bagian Transportation yang memajang gambar kereta api atau Downtown yang bergambar trem. Berlama-lama di satu halaman, memaksa orangtua yang 'available' untuk bercerita tentang isinya. Doh… jadinya cerita kereta api mulu!
Dongeng untuk Ibrahim
Ini cerita sewaktu di Solo. Suatu malam, ketika bunda sedang asyik dengan setumpuk cucian yang harus diseterika, tak sengaja terdengar (selanjutnya disengajakan nguping) dongeng mbah kakung untuk Ibrahim. Kira-kira begini.
Ibrahim tadi sore lihat kereta api kan? Relnya panjaaaang sekali, ya? Yang mengemudikan kereta api itu namanya masinis. Masinis ada dua orang, yang satu itu masinis, satunya lagi asisten masinis. Ada dua orang, supaya kalau yang mengemudi ngantuk bisa digantikan yang lain. Kalau semua orang tidur, keretanya nggak nyampe ke Jakarta (haha… ).
Ibrahim senengnya kereta api kluthuk kan? Kereta api kluthuk itu digerakkan dengan uap. Sebelum berangkat, keretanya diberi minum banyak sekali. Airnya disimpan di ketel, lalu dipanaskan untuk menghasilkan uap. Uapnya menggerakkan mesin, jadi lokomotifnya bisa jalan.
Dan seterusnya. Aku tak ingat lagi. Yang jelas, bahkan istilah yang diceritakan mbah kakung pun ada yang baru kudengar. Maklum, lihat kereta api kluthuk pun belum pernah. Apalagi sampai tahu mekanisme kerja dan rincian mesinnya
Dongeng untuk Daud
Daud yang masih belum bisa bicara belum bisa mengajukan topik, jadi cerita ayah atau bunda ya ngelantur ke sana-sini. Suka-suka yang ngomong. Ayah paling suka cerita yang aneh-aneh, misalnya teori matematika atau menjelaskan istilah-istilah rumit. Sedangkan cerita bunda lebih acak lagi. Misalnya begini.
Prolog
Suatu hari (juga ketika sedang liburan di Solo, pasca sakit) Daud sedang tidak mau makan. Paling hanya 2-3 suap sendok kecilnya makanan yang mau diterima, setelah itu mulutnya ditutup rapat-rapat. Minum paling hanya satu-dua teguk. Buah hanya satu-dua gigit. Jus buah cuma sehirup. Biskuit cuma mau setengah cuil (halah, gimana coba).
Intinya bunda pusing (sampai sakit kepala segala). Bagaimana mau pulih kalau makan saja tidak mau. Dipaksa pun tak mau buka mulut. Untunglah menyusunya macam kereta api kluthuk saja, yang asapnya tak putus-putus
Malamnya, sambil menyusui, bunda curhat.
Daud, anak bunda, bunda sayaaaang sekali sama Daud. Bunda menyesal sekali hari ini sudah memaksa Daud untuk makan. Maafkan bunda, ya? Bunda tidak bermaksud egois, bunda hanya khawatir. Bunda bisa mengerti kalau Daud tidak bernafsu makan ketika sedang sakit. Tapi sekarang kan sudah sembuh, sudah tidak demam lagi, dan bercak merahnya sudah menghilang (cerita bagian ini belakangan saja, ya?)
Bunda benci harus memaksa memasukkan makanan ke mulut Daud. Bunda tidak suka melakukannya karena bunda tahu Daud pasti tidak suka dipaksa. Karena itu mulai besok bunda tidak akan memaksa Daud makan lagi. Kalau Daud mau, bunda suapi. Tapi kalau Daud tidak mau makan ya sudah. Terserah Daud saja.
Dengarkan baik-baik ya, nak. Daud harus makan supaya cepat pulih. Supaya bisa main lagi sama mas Ibrahim dan jalan-jalan sama mbah kakung. Kalau cepat pulih kan enak, tidak lemas lagi dan Daud bisa apa-apa sendiri. Turun sendiri dari tempat tidur dan ke mana-mana sendiri, tidak harus digendong seperti sekarang.
Makan apa saja boleh. Nasi, kentang, jagung, biskuit, roti, singkong, makaroni, apa aja deh, bunda kasih. Kalau lapar, makan ya nak. ASI saja sudah tidak cukup untuk badan Daud. Daud sudah harus makan. Jadi mulai besok, kalau lapar dan mau makan, mulutnya dibuka besar-besar ya? "AAaaa", gitu. Ngga mingkem lagi. Kalau sudah kenyang atau tidak suka/mau, tinggal geleng-geleng aja. Tidak perlu marah-marah atau menangis. Ya?
Sekarang mimik yang banyak, ya. Habis itu tidur yang nyenyak supaya besok pagi bangun badannya segar. Setelah itu mandi, ma'em, trus main. Ya, sayang? Bunda sayang Daud. Mmuaaah…
Di kali lain, bunda bercerita tentang perjalanan (jika hari itu jalan-jalan), kucing, mainan, koran, pohon, buku, ensiklopedi, apa saja jadi. Intinya, kata kunci bercerita (kapanpun itu) buat bunda adalah APA AJA Asalkan tidak mengajarkan berbuat tidak baik dan berguna disimak (tidak sia-sia, gitu lho).
Adakah orangtua lain yang mau berbaik hati padaku tentang isi cerita/dongeng untuk pangeran/putrinya?
*tolong anggap tulisan ini sebagai cicilan cerita liburan di Solo ya :mrgreen:*
Luthfi
September 16, 2006 at 1:21 pmKomen dulu, baru baca ………
Dhika
September 16, 2006 at 1:27 pmkapang ngutangnya ya? π
kayaknya dulu pernah ngerasain kereta kluthuk ini karena dekat rumah di kampung ada perkebunan tebu dan kereta ini menjadi salah satu alat angkutnya.
btw, ngomongin kereta, jadi inget Totto Chan, sudah baca bukunya?
duck
September 16, 2006 at 1:29 pmkok ‘ibu bangeed’ sih kayaknya, baik postingnya atopun yang nulis posting…
btw, dongengΓΒ² di postingnya apalagi “rayuan si bunda” buat si daud. keren deh…
QZoners
September 16, 2006 at 1:38 pmHmmm… baru denger neh dongeng kayak gini. Padahal dulu lumayan sering lho dapat dongeng
IzhEn9
December 30, 2008 at 4:31 pmMas hobby yg gituan ya? Sabar mas, kalo memang ditakdirkan, ntar juga dapat merasakan, ga usah diumbar gitu dunks…. Yang lainnya ada?!! Yang lebih wah….
MuslimBlogger Forum
September 16, 2006 at 1:40 pmMbak, gabung yuk di Forum Diskusi Muslim Blogger. Biar makin rame dan banyak teman untuk berbagi
aribowo
September 16, 2006 at 1:50 pmshiva ntar di dongeng-in dengan cerita cerita tentang pemrograman htlm aja ah π
Mbilung
September 16, 2006 at 2:45 pmsi kecil paling suka cerita “berduri dan berancun”, ini soal hewan-hewan begitu, sementara yang besar sudah langsung ngorok begitu menyentuh kasur.
Lita
September 16, 2006 at 6:24 pmDhika
Ada tuh, piutang dari mbak Eka dan mas Guntar π
Totto-chan? Udah baca beberapa tahun lalu. Masih inget isinya sampe sekarang.
KEREN banget! Ngiler… Makanya lagi mendidik diri supaya mampu menyelenggarakan home schooling. Semoga kesampaian…
duck
Itu namanya pas, serasi, tahu diri. Coba teliti kategorinya: PARENTING. Sesuai toh?
Aribowo
HTML kali ye maksudnya? π Ya silaken saja toh. Ayahnya Ibrahim juga kadang cerita pemrograman tuh. Emaknya kabur ajah, gak ngerti! π
Mbilung
Berduri dan beracun? Apa tuh, pakde? Saya belum pernah dengar.
‘Yang besar’ ini maksudnya anak yang besar atau yang ‘tua’ alias orangtuanya? Hihihi… *kabur*
Guntar
September 17, 2006 at 10:19 amKlo ndongeng ke si kecil, interaktivitas bahasa tubuh pengaruh ngga? apakah cuman auditory doang? Dan dongeng apapun yg diceritakan, apakah isi dan penyampaiannya nggak boleh terlalu asyik? soalnya klo asyik banget, ntar kan malah nggak bisa bobo π
Dan apakah mungkin ada genre dongeng anak2? Action, Adventure, Horror, Multiplayer (lho? :mrgreen:) dsb.
benisuryadi
September 17, 2006 at 3:35 pmkangen ibuku, pengen pulang kampung
hiks hiks..
sukma
September 17, 2006 at 5:39 pmsalam kenal mbak π
saya ibu dari 2 anak, 5 & 1,5 thn. Maunya juga gitu sih, tiap malem mendongeng buat si kecil. Hari2 pertama sih mau dengerin (karena saya tidak pandai bercerita, saya membacanya dari buku yg saya pinjam dari perpus), lama2….., “bu ceritanya power rangers donk ato ultraman!!!” *gedubrag!!!*
paman tyo
September 18, 2006 at 7:13 amsaya dulu improvisasi saja — penghalusan untuk “ngawur” — kalau mendongeng. akibatnya anak saya marah sampe hampir nangis waktu diprotes sepupunya saat berlibur. katanya, “lho yang bener emang gitu. kata bapak gitu kok.”
dongeng untuk anak saya adalah “si kancil mencuri radio”. gombal kan?
mbu
September 18, 2006 at 9:40 amhiks..
terharu.. :’)
Indah
September 18, 2006 at 9:47 amHehe, hampir sama ama Daud yang belum bisa protes denger cerita ayah dan bundanya jadi bundanya juga cerita APA AJA ke Rafi π (alasan karena belum punya buku cerita anak). Rafi sangat antusias melihat orang di sekitarnya megang buku, bahkan buku catur ayahnya yang tidak berwarna-warni π Kadang Indah cerita dari dongeng yang ada di internet, tapi biar lebih interaktif (biar Rafi bisa liat buku berwarna-warni) Indah bacain komik Conan serial TV yang full color punya Om Esda π
Indah
September 18, 2006 at 9:48 amHehe, hampir sama ama Daud yang belum bisa protes denger cerita ayah dan bundanya jadi Indah juga cerita APA AJA ke Rafi π (alasan karena belum punya buku cerita anak). Rafi sangat antusias melihat orang di sekitarnya megang buku, bahkan buku catur ayahnya yang tidak berwarna-warni π Kadang Indah cerita dari dongeng yang ada di internet, tapi biar lebih interaktif (biar Rafi bisa liat buku berwarna-warni) Indah bacain komik Conan serial TV yang full color punya Om Esda π
nYam
September 18, 2006 at 10:57 amkalo dah punya baby, mau ndongeng kenapa dia harus bobo….soale emaknya dah teler :p
Irma Citarayani
September 18, 2006 at 1:15 pmemang enak ya didongengi sama bunda π
btw makasih atas dongeng pribadinya lita buat saya ya, bermanfaat banget π
yanti
September 18, 2006 at 2:32 pmNaila seringnya minta dibacain dari buku. terus nanya, “ini bacanya apa?” padahal niat gw blom mau ngajarin dia baca :D.
kalo improvisasi gitu dia kurang puas, pengennya liat dari buku gitu..
ndoro kakung
September 18, 2006 at 6:23 pmkapan2 kalau saya mau bobo, sampean mendongeng buat saya dong, bulik. mau ya…ya…ya? *kabur* .. :p
Lita
September 18, 2006 at 9:45 pmGuntar
Ini mesti kebanyakan nge-game deh π
Iya betul, kalau cerita pengantar tidur dibawakan ala filem laga ya jadinya kelewat seru. Anak malah ngga jadi tidur π
Kalau tidak salah ingat, anjurannya begini: gunakan intonasi suara yang agak monoton (amplitudonya kecil saja), suara agak lirih tapi tetap jelas, perbanyak dan perlama jeda. (lupa, mungut di mana ya?)
Sukma
“Pada suatu hari, Ultraman sedang mencuci seragam saudara-saudara tirinya di binatu. Tiba-tiba, karena kurang hati-hati, seragamnya luntur dan rusak karena kecerobohan mas yang nyuci. Waktu pulang ke rumah, saudara-saudara tirinya marah karena baju mereka rusak. Ultraman lalu disuruh mengganti seragam mereka dan tidak boleh pulang sebelum mendapat gantinya…” -lanjutkan sendiri.
Kok jadi aneh ya?
Indah
Halah halah… Conan kan isinya pembunuhan geto, mak!
nYam
Wakakak… Ini sudah beberapa kali kami lakukan
Irma
Ah mbak Irma, aku jadi pengen malu hihihi…
Makasih juga udah mau berbagi dongeng sama aku π
Yanti
Waks, N tipe textbook-oriented gitu yak? Udah pengen bisa baca sendiri kali ye. Emaknya harus sedia banyak buku cerita dong. Huhu…
*mupeng pengen dipinjemin*
Ndoro kakung
Nuwun sewu, ndoro. Ndak berani, khawatir digiling sama ndoro putri.
*kabur*
Arif
September 19, 2006 at 3:37 pmWah, Mbak. Anakku waktu umurnya 2 – 3 tahun kalau minta diceritain nggak habis-habis. Bibir sampai pegel. Ibunya cerita sambil terkantuk-kantuk, dia nggak tidur-tidur. Akhirnya ayahnya yang kebagian bercerita. Udah gitu, dia nggak bosen-bosen sama cerita yang itu-itu saja. Mungkin karena setiap kali bercerita, apa yang kita tuturkan juga selalu berubah sehingga dia nggak pernah bosan. Memang kalau bercerita, kita menarasikan gambar. Satu settingan gambar, versi ibu versus versi ayah sudah beda. Bayangkan kalau gambar yang sama diceritakan 20 kali. Pasti ada 20 versi narasi untuk 1 gambar. Maklum, kalau kita baca teksnya, belum tentu dia mengerti apa yang kita bacakan.
Riko
September 20, 2006 at 12:55 amhii mba.. riko niy, om-nya RaFi..
hmm.. jadi inget, pernah ngalamin kebalikan ga?? anak yg ngedongengin ibunya?? adikku dulu, aldo, pas baru bisa baca tiap malam nge-dongeng-in ibunya.. dan dia selalu membuat ending cerita versi sendiri (tidak sesuai buku yg dibaca, amprovisasi kali ya??) kalo dia ter-obsesi sama binatang!!
pernah denger “robot dinosaurus membantu membajak sawah pak tani??” itu salah satu dongengnya!! mungkin dinosaurus ini yang menagkap si kancil.. kekekeke
haikal
September 20, 2006 at 1:20 pmsy pernah baca, sebenernya otak manusia itu klo diibaratkan dengan komputer, hanya punya operasi add file, read file doang.. ga ada delete nya..
jadi klo ada orang yg lupa sesuatu, sebenernya informasinya tetep ada di dalam kepala, cuma ga bisa diambil..
dan masa anak2 itu adalah masa dmn operasi “add” ini sangat2 optimal..
gitu katanya..
*nyambung ga ya?? cmiiw..
iney
September 20, 2006 at 2:32 pmdari mulai Ilyan (my little prince) bayi sampe sekarang (2.1 thn), saya suka ngedongengin ilyan cerita APA AJA.. mulai cerita2 yg ada buku cerita,bercerita dari lirik sebuah lagu, menarasikan gambar2 yg ada di majalah, cerita dari buku resep (lho?) sampe cerita2 kejadian sehari2 yg saya alami atau ilyan alami hari itu. kalo sekarang sih ilyan udah bisa milih buku yg pengen dibacain, kadang saya suka pake hand puppet juga kalo bercerita, biar tambah seru!
senaz
September 20, 2006 at 5:18 pmsalam kenal mba Lita..aku juga udah lupa tuh dgn dongeng2 yg dulu sering di ceritain org tuaku..kmrn sempet nyari2 juga dongeng2 rakyat indonesia..latihan kl anak udah lahir bisa diceritain dongeng2 ituh & biar si anak cinta tanah air..krn kan dongeng2 itu jg bagian dari crita daerah..cuma, kl akhirnya mepet ga bisa crita dongen mgkn aku jg akan ngarang2 sendiri..hihihi..
Lita
September 20, 2006 at 8:42 pmArif
Biar bosen, kali direkam aja ceritanya, kan jadi ngga berubah-ubah. Nah kalo udah bosen kan bisa ganti cerita
Riko
*ngakak dulu ah*
Aldo pinter bener ya! Kali di Jepang bisa gitu, Ko. Kan banyak anime/tokusatsu-otaku tuh, jadi traktornya bisa dibikin model macem-macem hihihi…
Apa Aldi punya ide cerita yang lebih orisinil daripada abangnya?
Haikal
Err… nyambung gak ya? Hehe…
Yang jelas, sebagai orangtua (ya semua orang dewasa sih), kita memang harus hati-hati dalam berbuat dan berkata, karena ingatan anak layaknya spons: SEMUA diserap.
Lha kalau yang dipilih untuk ditiru adalah yang jelek-jelek kan gaswat tuh. Makanya saya milih untuk tidak bercerita tentang kancil nyolong timun :p
Iney
Resep??? *ngikik* boleh juga tuh idenya. Ntar tidurnya mimpi makan, pagi-pagi emaknya ditagih disuruh bikin. Wah!
Oh iya ya… hand puppet. Makasih udah ngingetin π
Senaz
Salam kenal juga, mbak Senaz. Kayanya buku cerita rakyat masih banyak ya di toko buku atau perpustakaan. Saya sih ngga punya satupun
Guntar
September 22, 2006 at 9:06 pmAda yg punya MP3 rekaman2 dongeng ga? kali aja bisa mbantu ngatasi insomnia ringan saya π Ya kayak yg mbak Lita bilang itu; amplitudonya kecil aja, suara agak lirih tapi tetap jelas, dan perbanyak – perlama jeda.
Bisa jadi bisnis nina bobo neh
Mbilung
September 23, 2006 at 6:47 amCerita si Kancil mencuri timun/radio/video pak tani diganti jadi si kancil puasa. Selamat puasa Mbak, maaf lahir batin nggih.
Dua-ikan
September 23, 2006 at 9:16 pmIni blog ciamik betul…… masha Allah! =D>
fathirhamdi
September 23, 2006 at 10:31 pmwahaha.. jadi inget..
keponakanku waktu umurnya masih 1,5 th (pasnya lupa yang jelas antara 1 sampe 2 tahun) aku ceritaiin tentang compile kernel..
anaknya sih nggak protes.. cuman emaknya yang protes, gara-gara emaknya nggak paham ama yang diceritain.. hehehe π
Riana
September 24, 2006 at 7:34 pmPostingannya bagus sekali..
Salam kenal π
Lita
September 24, 2006 at 11:53 pmGuntar
HALAH! Naluri bisnisnya nongol dah.
*buru-buru klaim hak cipta*
Insomnia ringan? Coba sini dengerin ocehan saya, kayanya efektif tuh. Cocok buat suamikuh :p
Mbilung
Wah iya ya, pakde. Petani juga udah pada punya VCD player bahkan antena parabola hehehe…
Selamat berpuasa juga, pakde. Maafkan saya lahir-batin.
Dua-ikan
Alhamdulillah π
Riana
Terimakasih mbak Riana. Salam kenal juga.
Saya suka PennyLane’s kitchen-nya. Tempat ngintip buat saya yang gak gape masak hihihi π
snydez
September 25, 2006 at 7:17 am*ngebayangin susahnya mendongeng…
Risa
September 28, 2006 at 12:13 pmsalam kenal, salut bagi bunda…
saya punya anak bayi 8 bulan yg sekarang lagi gencar2nya ngoceh kalo kita lagi ngomong, setiap malam saya selalu berbicara dengan lufi ngajak dia tidur karena dia suka sekali manjat2 tubuh saya walaupun udah ngantuk, jadi saya ajak aja ngobrol, lambat laun dia akhirnya tertidur sambil menyusu. Dongeng itu akan saya coba ke anak saya nantinya, terima kasih ya bertambah lagi pengetahuan saya utk anak saya…thankss bunda.
tingtung
November 3, 2006 at 3:14 pmHehe..bu lita, anak saya persis sama, tergila2 sama kereta api.
Cuma bedanya, saya emang cukup gila tiap sabtu dan minggu pagi bawa anak langsung ke rel kereta api sambil bawa kamera buat rekam kereta yg lewat. Rekamannya tentu saja sama celotehan2 dia sbg “si pembawa acara”..biar kaya siaran langsung hehehe..
Nah hasil kamera itu diputer lagi di teve sampe dia bosen. Dia nonton kereta api itu tiap hari, ya setiap hari. Minggu pertama dia masih demen banget, minggu ke dua berkurang, sampe akhirnya pada minggu ke-6 “kegilaannya” dg kereta api berubah menjadi “suka” , nggak tergila2 lagi. Tapi masih suka.
Jadi dulu waktu anak sering dibatasi utk lihat kereta api sama ibunya, dia jadi tergila2 pada kereta. Nah trus sekalian aja saya kasih “overdosis” dia jadi relatif normal lagi.
Cara kayak ginian baik gak ya? Saya khawatir ada side impact yg negatif.
Tks
Lita
November 3, 2006 at 11:52 pmRisa
Sama-sama, mbak Risa.
Semoga bisa membantu memberi ide. Salam cium buat Lufi ya.
Tingtung
Hehehehe… ayah yang suportif.
Hmmm… kayanya anak akan berhenti sendiri kalau bosan. Kalaupun tidak bosan juga sampai besar, semoga itu akan membantunya memberi arah dalam menyalurkan obsesi dan energi yang berlebihan ketimbang luntang-luntung gak punya impian dan lari ke narkotik.
Misalnya, pengen bisa bikin kereta api sendiri. Tinggal kita bimbing, bantu, dan sesuaikan dengan kenyataan saja. Maksud saya, di Indonesia ini kan profesi keilmuan masih dianggap kurang bergengsi ketimbang artis. Ya siap-siap berbesar hati untuk berbenturan antara impian dengan kenyataan.
Kalem aja, pak. Anak juga kenal bosen kok. Nanti mungkin saking bosennya, dia bisa ogah lihat kereta api hehehe…
Sudjono AF
November 28, 2006 at 1:18 pmkami tertarik pada si kecil yang suka kereta, kalau boleh kami akan wawancara kesukaannya pada kereta untuk rubrik diMajalah KA : Railfans Cilik. Gimana kami harus menghubungi? Kami senang kalau bisa tahu.
Juga kepada para pemberi komentar terhadap kesukaan si kecil terhadap kereta, bila berkenan untuk diliput, tolong email kami ke redaksi@majalahka.com
Trim, kami tunggu, Wassalam
Sudjono
beta
January 12, 2007 at 9:55 amWah Ibrahim sama kayak anak pertama saya, Abbas. Ngefans banget sama yang namanya kereta api. Awalnya karena dibeliin VCD Zimmo edisi Kereta Api, ternyata suka. Pernah sampe diputer seharian terus menerus.
Karena tempat tinggal saya dekat stasiun kereta, anakku suka banget minta naik KRL sama kakeknya. Kalau ada suara peluit kereta, dia bilang, “Abbas dipanggil KRL!”
verina
January 16, 2007 at 3:34 pmSalam kenal…,
aku Ibu dari bisma 5,5 tahun dan Amanda 3tahun
Aku termasuk ibu yang agak beruntung karena jarang mendongeng buat anak sewaktu mereka mau bobo…hehehe…
setiap jam 8 anak-anak suka gak suka harus cuci-cuci, pipis, bawa botol susu langsung masuk kamar sama emaknya, gak boleh ada tv di kamar, becanda-becanda, cium-cium, peluk-peluk sebentar..kebanyakan sih agak lama sekitar 30 menitan lah, truz dua mahluk kecil itu cari posisi masing-masing untuk tidur hehehe.
lah truz kapan dongengnya hihihi… aku ngakalinnya pas pulang kantor, atau sehabis anak-anak belajar gitu, meklum neh soalnya aku ini “pelor” kepala nempel bantal langsung molor. yang ada kalau dikamar yang duluan tidur itu aku… mereka masih brisik aku udah pules, suara brisik makhluk2 kecil itu bagai dongeng di telingaku. wakakak…
cici
December 31, 2008 at 8:56 pmBagus ya dongengnya,anak saya tiap menit tiap detik yang dipikir kok kereta juga ya…kereta Uap jg.Coba deach bawa anak ibu ke museum kereta di AMBARAWA.