Sabun, Deterjen, dan Kelembutan Busa

Dulu dosen pengajar Dasar-dasar Rekayasa pernah berkomentar di sela kuliah.

Kalo pengen kulitnya bersih banget, mandi aja pake deterjen. Dijamin bersih, soale lemak-lemak kulit keangkat semua.

Saya hanya tertawa waktu itu. Lama setelah kuliah itu berlalu, saya sadar bahwa sayalah yang terlalu lugu (bodoh mungkin lebih tepat).

Sang dosen samasekali tidak bergurau. Pada kenyataannya, selama belasan tahun saya mandi dengan deterjen! Dan sekarang saya menertawakan diri yang saat itu tertawa. "Kenapa dulu gue ketawa ya?"

Pernah menyaksikan iklan sabun B*ore (penyamaran merek seadanya saja sekadar tidak dirambah mesin pencari :mrgreen:)? Pada saat audio pengantar iklan menyebutkan 'formulanya ramah di kulit' maka tayangannya berupa busa yang disentuh dengan tangan beserta tulisan 'skin friendly formula'.

Jujur, saya bingung. Apa hubungannya antara busa dan formula ya? Seolah berlaku premis: Jika (produk menghasilkan banyak) busa maka (formula produk) lembut.

Bahan yang digunakan untuk menghasilkan busa JUSTRU (biasanya) tidak ramah di kulit!

Saya pernah membandingkan busa yang dihasilkan oleh sabun batangan biasa (tanpa klaim yang berkaitan dengan kelembutan apapun) dan sabun dengan merek tersebut. Menggunakan shower puff, ternyata secara kenampakan busa yang dihasilkan sama saja.

Intinya, jika anda ingin mencari produk pembersih dengan formula yang ramah di kulit, tinjau komposisi dan bahan aktifnya, bukan dari busanya. Hindari produk yang mengandung bahan pembuat busa karena biasanya bahan ini juga bertindak sebagai surfaktan yang tidak ramah pada kulit. 

Tulisan saya secara singkat dan padat berhenti di sini. Selanjutnya saya akan mendongeng sesuai judul, dengan penjelasan yang mungkin bikin pusing dengan banyak istilah kimia. Pilihan ada di tangan anda. Tinggal klik saja :mrgreen:

Dari manakah produk pembersih kulit dinilai lembut? Dari pH yang mendekati pH kulit? Dari jenis pembersih yang digunakan? Dari formula yang digunakan? Dari pelembap yang ditambahkan? Dari 'rasa' di kulit setelah penggunaan? Atau dari lembutnya busa?

Dari mana anda tahu itu bukan sabun? (jika anda membeli suatu produk karena tagline 'D*ve bukan sabun') Dari mana anda tahu pH produk dan pH kulit? Dari mana anda tahu tentang formula anu lembut? Dari mana anda tahu produk yang anda beli memberi apa yang anda inginkan? Dari mana hubungan antara busa dan formula?

Bingung? Berarti anda kini mulai memikirkannya. Bagus. Singkirkan dulu doktrin dari iklan-iklan itu. Hapus dulu bingungnya, saya mau melanjutkan dongeng.

Sabun.

Saya sudah pernah menulis tentang sabun. Tapi berhubung jauh dari lengkap (atau malah ngawur di sana-sini ya?), baiklah kita lengkapi sekarang. Sabun itu apa sih?

Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan, bekerja dengan bantuan air. Sedangkan surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan.

Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.

Bahan baku pembuatan sabun berupa minyak atau lemak, baik hewani maupun nabati. Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun 'keras'. Sedangkan jika yang digunakan adalah KOH, maka produk reaksi berupa sabun 'lunak'.

Jangan bingung dengan istilah keras dan lunak. Ini istilah kimiawi, seperti air sadah dan air lunak. Bukan mengacu pada kerasnya sabun jika digunakan untuk memukul sesuatu. 

Masalah mulai ruwet ketika kata 'sabun' telah digunakan sebagai 'nama' bagi pembersih (padat/batangan, krim maupun cair). Bahkan cairan pembersih yang tidak memiliki bahan aktif sabun pun kita kenal sebagai sabun.

Berlaku pula sebaliknya. Coba anda perhatikan pembersih yang anda gunakan. Apakah benar-benar tidak mengandung sabun (jika itu yang dikatakan produsen)?

Deterjen.

Akibat pergeseran arti tadi, kita tak sadar bahwa hampir semua macam 'sabun' yang kita gunakan sehari-hari sebenarnya adalah deterjen.

Apa itu deterjen? Deterjen adalah sebuah (atau gabungan beberapa) senyawa, yang memudahkan proses pembersihan (cleaning). Istilah deterjen kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan jenis lainnya.

Deterjen dalam pengertian kimia bukanlah R*nso, A*tack, dan kawan-kawannya. Produk-produk itulah yang mengandung deterjen, dan kemudian malah menggantikan deterjen sebagai makna generik (misalnya: Aspirin ketimbang asam asetilsalisilat). Ya begitu. Salah kaprah. Setengah-setengah.

Kenapa jadi deterjen? Awalnya kan sabun? Karena harga deterjen lebih murah, lebih efektif (karena tetap bekerja dengan baik pada air sadah), dan lebih mudah dibuat.

Busa.

Ada bahan yang efektif menghasilkan busa dan harganya murah. Namanya sodium laureth sulfate (SLS) atau sodium lauryl ether sulfate (SLES), sama saja. Senyawa ini adalah juga surfaktan. Alternatif penggantinya adalah sodium dodecyl sulfate atau ammonium lauryl sulfate (yang lebih sering saya lihat di label produk).

Penghasil busa ini dapat membantu pemerataan produk dengan lebih baik saat digunakan, misalnya saat mencuci rambut atau menggosok gigi. Sebagai kompensasinya, ketika dibilas, produk ini tidak hanya membersihkan area yang terpapar tapi juga mengangkat kelembapan dari lapisan atas kulit (epidermis, sang pelayan kedap air).

*Monggo, yang pakai B*ore bisa konfirmasi; apakah produk tersebut mengandung penghasil busa yang saya sebutkan? :)*

Lalu, apa hubungannya antara busa dan kelembutan? Tidak tahu. Tolong anda tanyakan pada produsennya (jika memang ingin bertanya) dan nanti beritahu saya.

Oh ya, kilas balik sebentar ke produk D*ve tadi. Produk ini mengandung surfaktan, tapi meninggalkan rasa lembap di kulit. Kok bisa? Bisa, karena ditambahkan gliserin, komponen penyusun minyak dan lemak. Makanya ada rasa licin walau sudah dibilas berulang-ulang.

Seperti yang dijelaskan di cerita bodoh-bodohan sampo (cerita jadul tapi berlaku sampai sekarang, thanks Enda), dan dalam cerita ini berlaku juga untuk pembersih tubuh (dan pembersih wajah). Diambil lalu diganti, diberi klaim 'dengan pelembap'. Hoho… kok seperti cerita minyak goreng juga ya?

Halah, jadi ngelantur ke mana-mana. Dari sepanjang ini saya ngomong, intinya hanya pada satu kalimat. Jangan percaya begitu saja hanya karena orang (produsen) mengatakan demikian. Termasuk jangan percaya begitu saja pada saya? Hehehe… 

  1. Irma Citarayani

    October 17, 2006 at 7:37 am

    OO..mungkin itu alasan yang sama buat sabun cair D***ol yang saya coba pake beberapa kali, rasanya licin terus di kulit padahal dah disiram air berliter-liter loh, bete deh….

  2. mbu

    October 17, 2006 at 7:44 am

    jadi pusing bun.. :-/

  3. zuhra

    October 17, 2006 at 9:19 am

    kayaknya, kita harus menghentikan penggunaan sabun untuk mandi nih. hehe.
    ada 2 keuntungan.
    1. terhindar dari keadaan berbahaya karena terpapar zat2 kimia di dalam sabun
    2. mendukung kampanye “Love our Earth! Save water! do not bath!”

    tapi kok bahasannya cuma sampe sini aja.. maunya ada rekomendasi bahan2 apa yang nggak bagus buat mandi dan bahan apa yang boleh. disertai sample produk yang dikirim kepada 5 pengepost comment pertama. hahaha!!

    bercanda mbak.

    tapi tetep butuh sabun kan buat mandi?
    oh iya, kalo gak salah, yang mengenalkan sabun kan orang arab ya? namanya sauf (pembersih) yang lalu diadopsi ke barat jadi soap alias sabun
    *sekilasinfo.correctmeifi’mwrong*

  4. Mbilung

    October 17, 2006 at 7:22 pm

    ada lagu masa anak-anak dulu yang ujungnya begini (agak-agak gurindam):

    mandi bersabun habislah daki
    seluruh badan, tangan dan kaki
    jika mandi pagi dan petang
    badan sehat, penyakit tak datang

    betul bulik? sabunannya bukan text lagunya ….

  5. Luigi

    October 18, 2006 at 12:05 am

    Mudah2an dengan posting ini bisa banyak konsumen dan calon konsumenyang nggak mudah di bodohi iklan.. πŸ™‚ seneng udh bisa mampir kesini..

  6. fahmi jelek

    October 18, 2006 at 1:45 am

    whaduh… tambah bingung aku (merasa sangat awam) :p
    biasanya saya pilih yg nggak gatel di kulit n nggak bikin kulit garing ajah hehe πŸ˜€

  7. Lita

    October 18, 2006 at 8:41 am

    Irma
    Bisa jadi yang dipakai bukan gliserin, tapi bahan lain yang maksud dan efeknya sama.
    Mungkin. Ya gitu deh pokoknya. Ngga pake De*tol sih πŸ™‚

    Mbu
    Pegangan, awas jatoh πŸ˜€
    Kan udah dikasi spoiler: “dengan penjelasan yang mungkin bikin pusing dengan banyak istilah kimia. ” :p

    Zuhra
    Menghentikan penggunaan sabun? Apakah tidak berlebihan? Terutama untuk hunian yang sistem sanitasinya sudah terintegrasi dan pembuangan bermuara ke sistem pengolahan air, sehingga limbah rumahtangga tidak mencemari perairan dan sumber air bawah tanah.

    Kalau limbahnya masih dibuang secara bebas (misalnya ke sungai) ya… penggunaan pembersih di rumahtangga memang seharusnya sangat dikurangi. Bahkan kalau bisa jangan sampai bikin limbah hehe… Gak mungkin ya? Makanya, sistem sanitasi harus disempurnakan.

    Do not bath? Waks, saya ndak setuju. Untuk daerah tropis seperti ini, mandi berguna banget untuk mencegah berkembangnya jamur. Selain itu, penggunaan sabun dalam kebiasaan mencuci tangan sehari-hari juga dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit secara signifikan lho.

    Bahasannya cuma sampai sini karena memang disengajakan untuk sampai di sini πŸ™‚

    Maksudnya, emang cuma mau ‘nyenggol’ pembaca, gituh, supaya tidak membuat keputusan berdasarkan IKLAN tapi berdasarkan informasi yang disediakan produsen maupun dicari sendiri. Iklan kan seringkali mengandung bias, yang memang untuk memberi kesan. Kesan ini yang harus disikapi dengan hati-hati.

    Oh ya? Daku ndak tau tuh tentang sejarah istilah sabun. Makasih ya πŸ™‚

    Mbilung
    Saya aja baru tahu lagu itu sekarang, pakde πŸ™‚

    Sabun memang berjasa merontokkan sumber potensi penyakit. Ya itu daki yang nempel di badan anak-anak(ku) yang dekil abis main seharian itu hihihi…
    Kebiasaan mandi (terutama cuci tangan dan gosok gigi, termasuk ritual mandi toh?) memang sangat baik untuk dilestarikan :mrgreen:

    Luigi
    Semoga, Lui. Memang itu maksud saya.
    Wah sudah jadi ganti domain nih? Sip sip… jadi lebih cepat aksesnya πŸ™‚

    Fahmi
    Kalo udah kadung bingung, baca lagi tapi cukup sampe bagian sebelum ‘read more’ aja :mrgreen:

    Pilihan yang dibuat berdasarkan kriteria sederhana milikmu itu juga sudah cukup kok. Merek dan macam pembersih itu sifatnya cocok-cocokan. Kalo sreg ya sudah.

    Hanya, ya itu tadi, sebaiknya jangan membuat keputusan berdasarkan apa yang dikatakan iklan. Kita harus belajar untuk tahu detil produk TIDAK dari iklan SAJA.

  8. sari

    October 18, 2006 at 9:55 am

    Memang kalau dilihat dari bahannya, busa tidak ada korelasi dengan “skin friendly formula”. Tapi dari iklan, tampak seolah – olah antara busa dan kelembutan ada hubungannya. Menurutku, itu yang namanya visualisasi kelembutan. Dari sisi manusia, sudah diketahui bahwa kita punya kelebihan membuat hubungan asosiasi. Si produsen b*ore mungkin ingin menunjukkan bahwa sabun itu terasa lembut di wajah, sama seperti ketika kita menyentuh busa. Nggak mungkin khan si produsen memberitahukan kelembutan begitu lewat media cetak dan media visual.
    Masak cuma ditulis terasa lembut di wajah? Apa orang bisa percaya begitu saja? Nah, disinilah kemampuan asosiasi manusia dimanfaatkan agar pesan lembut itu tercapai (oleh orang – orang diskomvis dan sebangsanya). Kita semua tahu, kalau pegang busa rasanya lembut. Makanya dibuat tangan yang menunjuk ke busa, untuk membuat kita dapat merasakan bahwa b*ore itu lembut.
    So, hati – hati deh dengan kemampuan asosiasi kita… jangan – jangan itu malah membutakan.. (oalah, aku ngomong apa seeeh…)
    salam buat Ibe dan Daud.

  9. Guntar

    October 18, 2006 at 7:17 pm

    Ketika habis bepergian selama ramadhan, rasanya kan pengen mandi. Nah, klo mandinya ndak pake sabun, cuman jegar jegur pake air doang, itu tyt lebih enak ketimbang klo pake sabun. Soalnya klo pake sabun, kulit rasanya jadi kering. Dan badan malah terasa panas. Emg begitu ya.

  10. Arief

    October 23, 2006 at 8:00 pm

    HE……….HE…….HE……..
    Pake aja sabu jaman purba kan masih ada
    {BATU BATA}

  11. tingtung

    November 3, 2006 at 1:33 pm

    Wah, helpful banget. Saya jadi sedikit ngerti (awam kimia nih). Thanks.

  12. wadehel

    November 5, 2006 at 7:43 pm

    Mbak, salam kenal. Maaf bertanya soal pribadi, mbak sendiri pakai sabun dan shampoo apa, sekaligus odolnya apa? Saya mau pakai yang mbak pakai saja deh, sepertinya lebih aman. Kalau tidak enak dijawab disini, mohon diberitahukan melalui japri saja πŸ˜€

  13. Lita

    November 5, 2006 at 11:27 pm

    Guntar
    Wah ndak tau ya, mas. Saya ngga merasa gitu sih. Tergantung sabun dan jenis kulitnya juga dong ya.

    Arief
    Arief, jaman purba gak kenal batu bata. Yang paling primitif ya batu apung. Tinggal dipungut dan dipermak dikit (supaya tidak terlalu tajam) udah bisa dipakai πŸ™‚

    Wadehel
    Udah saya jawab via japri ya πŸ™‚
    Sebisa mungkin saya menghindari produk yang menggunakan pengawet yang keamanan efeknya ‘meragukan’ jika dipakai dalam jangka panjang.

    1. Dian

      June 11, 2007 at 12:01 pm

      Dear Mba Lita,

      Maaf mengajukan pertanyaan yang pribadi juga seperti wadehel , boleh taw juga kah seperti yang mba sudah infokan ke wadehel mengenai produk yang dipakai ? Sebagai bahan perbandingan saya, apakah yang saya pakai saat ini dalam jangka panjang keamanannya meragukan atau ga πŸ˜€ (japri juga gpp kok mba πŸ˜€ )
      Mohon infonya ya mba lita..
      Btw, makasie banyak juga lho buat info2 susu UHT yang sering di comment di milis sehat.

      Rgds,
      Dian

  14. nYam

    November 6, 2006 at 3:42 pm

    kalo ga salah, si Robert Wolke pernah tulis ini. sabun seolah-olah bisa menyingkirkan semua yang “buruk” dan menyisakan segala yang “baik”.

    aku seh gonta ganti sabun. tergantung lagi pengen ber”aroma” apa ^_^ lagian kalo tahu cara orang jaman baheula bikin sabun, rasanya jadi malas mandi he he he

    eniwei, Met Idul Fitri Mbak…maaf lahir batin yaaa

  15. fisto

    November 10, 2006 at 9:11 pm

    hmmm…lumayan ngerti sih mbak…hehehe..*masih berusaha ngerti lagi*
    thanks anyway!

  16. kei

    December 11, 2006 at 5:06 pm

    waah..makasih ya…

    Terbantu deh tugasku. btw, katanya sabun diekstraksi dari minyak bumi ya?

  17. Lita

    December 11, 2006 at 9:02 pm

    Fisto
    You’re welcome πŸ™‚

    Kei
    Kurang tepat, Kei.
    Bahan yang terkandung dalam sabun ADA yang berasal dari turunan minyak bumi. Tidak semua.
    Senang bisa membantu πŸ™‚

  18. mitha aulia

    December 22, 2006 at 10:59 am

    saya pelajar SMK sedang membuat Tugas Akhir tentang sabun mandi padat. Saya membutuhkan data-data tentang deskripsi sabun mandi,bahan utama dan penunjang pembuatan sabun mandi dan fungsi bahan serta efek dari bahan tsb,keunggulan sabun mandi,serta pengujian mutu yg dilakukan.terimakasih

  19. Lita

    December 22, 2006 at 11:45 am

    Mitha, terimakasih sudah datang ke bananaTALK.
    Data yang Mitha butuhkan sila cari di tempat lain ya.
    Gunakan Google dengan kata kunci seperti yang Mitha butuhkan.
    Blog saya tidak mengakomodasi kepentingan ini.

    salam,
    Lita

  20. yoga

    January 15, 2007 at 3:06 pm

    salam kenal ya mba

    mba bikin surfaktan gmana (LAS)? ada literaturnya yang ngebahas ini ga? saya nyari di google ga dapet ?

  21. Lita

    January 16, 2007 at 9:21 am

    Yoga
    Hehe… saya ndak tahu bagaimana cara bikin surfaktan, mas. Google pasti bisa membantu, kalau belum dapat mungkin kata kunci yang digunakan yang harus diganti-ganti. Pakai kata dasar, gunakan bahasa Inggris, biasanya begitu kalau ngga ketemu dengan kata kunci berbahasa Indonesia.

    Selamat mencari dan salam kenal juga πŸ™‚

  22. aulia fitrah

    January 19, 2007 at 10:33 am

    mbak, salam kenal. gimana mandinya pake tanah 7kali,air 7kali,kan langsung terjamin bersihnya(sucinya).najis aja bisa ilang

  23. Lita

    January 19, 2007 at 11:40 am

    Aulia
    Kalau begitu kita minum air mentah saja, yang statusnya suci dan menyucikan. Begitu? πŸ™‚

    Beda domain nih, bahasannya. Yang satu bersih dalam lingkup higinis, yang satu bersih dalam lingkup ketiadaan najis.
    Eh, saya juga ikutan keluar dari topik ya? Hehehe…

  24. ais

    February 4, 2007 at 7:43 pm

    mbak, ok banget infonya, tapi saya masih haus data. masalahnya saya juga lagi bikin penelitian di bidang ini(wheek, pusing, bo!!!). Masalahnya, bahan yang bahaya buat kulit nggak cuma DEET ato SLS ato SLES aja, kan banyak tuh,, ya nggak, ya nggak? gimana caranya konsumen tau bahan2 yang bahaya itu. dilihat dari pengetahuan orang2 skrg, masy. awam banget sama istilah kimia, apalagi sama zatnya. ngomong2, seneng bisa gabung

  25. Lita

    February 6, 2007 at 1:13 pm

    Ais
    Halo Ais, seneng ada tamu baru πŸ™‚

    Wah… nanti bagi-bagi hasil penelitiannya ya. (boleh kan?)
    Gimana caranya? Wah… seharusnya BPOM punya rilis resmi ya kalau ada produk yang mengandung bahan berbahaya.
    Tapi -menurut saya- konsumen juga perlu mendidik diri sendiri supaya tidak selalu bergantung pada pemerintah yang belum layak diganduli ini :p
    Pastinya, yang sudah tahu sebaiknya membagi ilmunya supaya yang ingin tahu bisa dapet ilmu juga. Dan yang belum tahu sebaiknya mencari tahu πŸ™‚

  26. tia

    February 8, 2007 at 8:39 pm

    Salam Kenal….
    >Aku anak Teknik Kimia Di salah satu perguruan tinggi di JATENG. Sebenarnya pada awal aku kulia dulu juga pernah ditantanng oleh dosenku apa beda deterjen dan sabun…Yaaa maklumlah sebenarnya dari dulu aku kuarang suka kimia tp kok malah kuliah yang menyangkut ini pula…puciiiiing:(
    >Trus ya aku jawab lebih enakan bau sabun lagi…
    Eeee malah dosenku ketawa…
    >benar kata mb…sebenarnya sabun tu sama dengan deterjen cuma beda nama aja***
    >oo y mb aku boleh minta info soal bahan baku pembuatan salah satu deterjen yaitu Sodium Trypoliphosphate yang sering digunakan sebagai bahan tambahannya…
    >Soalnya aku dah coba cari info terbarunya apa masih digunakan dalam industri, cm blm ketemu…
    >Kebanyakan hanya garis besarnya saja… g da yang lebih detail…
    > tolong ya mb…
    Trims…***SalAm kEnaAl****

  27. Lita

    February 8, 2007 at 11:15 pm

    Tia
    Salam kenal juga, Tia.
    Huehehehe… salah pilih nih, ceritanya? Bukannya Teknik Kimia jauh lebih banyak Fisika-nya daripada Kimia, Tia?

    Aduh maaf ya, saya ngga bisa bantu. Bukan penggiat industri kimia, sudah lama tidak bersentuhan dengan dunia teknik kimia juga.
    Sudah coba gunakan kata kunci yang berbeda-beda untuk pencarian? Mungkin ejaannya salah? Sodium tripolyphosphate, misalnya? Atau phosphate menjadi fosfate? (terkadang ada saja yang seperti ini, agak tricky memang kalau sudah menyangkut nama bahan kimia)

    Semoga segera dapat yang diperlukan ya, Tia.

  28. UMI

    February 15, 2007 at 2:56 pm

    eh memang bingung sih.tapi mbok ya penjelasanya ditambah lagi. soalnya lagi butuh referensi tentang sabun nih. butuuuuuuh banget ok.yang lengkap ya….thanks

  29. rahma

    February 19, 2007 at 11:14 am

    weeh..kalo gichu..handbody&lotion yang kita pake mengandung sabun juga yah? trs..rada licin n bikin lembab karena aa glycerin nya yah?hm..hm..

  30. rahma

    February 19, 2007 at 11:15 am

    weeh..kalo gichu..handbody&lotion yang kita pake mengandung sabun juga yah? trs..rada licin n bikin lembab karena ada glycerin nya yah?hm..hm..

  31. Lita

    February 20, 2007 at 11:04 pm

    Umi
    Umi, maaf ya, tulisan saya memang bukan ditujukan sebagai referensi lengkap. Hanya sebagai Γ’β‚¬Λœmenu pembukaÒ€ℒ dengan harapan pembaca tertarik untuk mencari tahu lebih dalam dari situs/pihak yang memang ahli dalam bidang termaksud.

    Rahma
    Body lotion mengandung sabun? Apa iya ya? Licin dan lembap tentu saja karena mengandung pelembap, karena memang itu fungsi utama body lotion kan? Sebagai pelembap. Tidak harus gliserin, bisa menggunakan yang lain, satu atau kombinasi beberapa jenis sekaligus.

  32. Dicky

    March 6, 2007 at 9:50 am

    Maaf mbak, numpang tanya… Trus ada penjelasan ilmiah ga sih gimana sabun bisa membersihkan (mengikat) kotoran-kotoran yang ada di tubuh???

    Email aja yah, thx b4

    1. Lita

      March 6, 2007 at 1:27 pm

      Klik saja kata sabun yang mengandung link ke wikipedia. Di sana penjelasannya cukup lengkap dan ilmiah (emangnya ada yang ngga ilmiah? πŸ™‚ )
      Di sini saja ya, biar sekalian kalau ada yang punya pertanyaan serupa.

  33. Putra

    March 8, 2007 at 9:28 am

    Sebelumnya minta maaf kalau mengganggu,
    Mbak aku mau tanya, kalo buat cowo harus pake sabun cair apa ya yang cocok..? aku pake sabun cair selalu keluar dipori2 putih lemak gitu …jadi kurang yakin sama sabun nehh….tlg dibantu ya mbak,…trims..

    1. Lita

      March 8, 2007 at 10:40 am

      Cocok kan ngga sama ya antara satu orang dengan orang lain. Untuk menemukannya, satu-satunya ya coba-coba sendiri berbagai produk. Kalau masih dalam tahap mencoba, pilih yang ukurannya paling kecil saja jadi tidak terlalu banyak yang terbuang kalau ternyata tidak cocok.

      Putih lemak? Yang dimaksud ini produk pembersih wajah, ya? Coba perhatikan kemasannya. Produk-produk tertentu mengklaim ‘non-comedogenic’ alias tidak memicu pembentukan komedo. Atau, pilih yang tidak mengandung lemak/minyak. Untuk tahu ini, harus meneliti komposisi dan mencari sendiri mana yang dimaksud, karena produsenn tidak akan repot-repot mencantumkan keterangannya di label.
      Gunakan search engine (untuk mencari nama bahan kimia yang dimaksud) supaya efisien πŸ™‚

      Mungkin percobaannya bisa dimulai dari produk dengan dua spesifikasi itu. Selamat mencari πŸ™‚

  34. aviv

    March 13, 2007 at 12:32 pm

    thanks aj deh, ni bisa ku jadikan pedoman and info tambahan yg besok kamis ku mau praktikum saponifikasi deterjen, salam kenal aja ,ku ank kimia…………….

    1. Lita

      March 13, 2007 at 1:20 pm

      Waduh, jangan dimasukkan ke daftar referensi, ya. Ngga diakui nanti, malah diomeli asisten dan dosen sekalian :p

  35. bbbb

    April 17, 2007 at 10:11 pm

    mbak, bisa dipostingin cara bikin detergent ato sabun ngga??
    thx

  36. masyhudi

    April 20, 2007 at 5:09 pm

    bersih dan lembut terasa banget deeeeeeeh………….,saya suka benget dengan sabun ini karena buihhh sabun nya banyak deeeeh………(bersih itu kasar bener dehhhhhh yoi …..percanya ng’gak)daaaaaaaaa simple yang manis itu indsah lho……..

  37. Budi

    May 6, 2007 at 5:03 pm

    Semua produk yang dihasilkan semua sabun hampir sama dan hanya merupakan tambahan untuk meningkatkan dan mungkin sedikit menyesatkan dan ujung 2 nya adalah peningkatan penjualan. So sabun mandi yang kita tau sekarang ini merupakan pengembangan dari bahan yang dulunya lebih keras. Untuk pengurangan pengunaan sabun mungkin lebih baik kita mandi Formalin :p. Apabila yang terbaik kita buat komunitas untuk mengembangkan pembuatan sabun thx

  38. ina

    May 7, 2007 at 7:56 am

    aku boleh nanyak lebih banyak tentang deterjen?
    sebenarnya definisi deterjen itu apa aja?and sumbernya darimana aja?
    unsur-unsur pembuat deterjen itu apa aja sih?
    tolong infonya semua tentang deterjen ya…
    thanks banyak…

  39. lusi

    May 14, 2007 at 4:32 pm

    mbak…aku baru baca-baca mengenai sodium laureth sulfate yg ternyata bersifat toksik & ternyata banyak terkandung di shampo, sabun, odol, dll… jadi gimana ya mbak? minta info donk (japri jg boleh) produk shampo, sabun & odol yg aman & tidak mengandung zat tsb…

    thx before πŸ™‚

  40. Asep

    May 18, 2007 at 5:38 pm

    Salam kenal buat semua,

    Bagi teman-teman yang menginginkan topik pembuatan sabun alami (non detergent) dan lain-lain yang bersifat alami githu, silakan kunjungi blog saya semoga mendapat pencerahan dan back to nature githu.

    Salam

  41. idai

    May 23, 2007 at 3:08 pm

    emang gimana tho cara sabun bisa mengikat kotora2 yg ad ditubuh trus tubuh jadi bersih???
    terimakasih

  42. adit

    May 24, 2007 at 7:04 pm

    Mbak kira2 apa bisa ya pisang dibuat sabun alternatif(stlh di saponifikasi), coz aku pernah baca mengandung kalium,bnyk vitamin dan bersifat antiseptik.Mhn bantuannya mbak, sy skrg sdg meneliti,doakan berhsl ya mbak!
    Thks

  43. melia dw

    May 27, 2007 at 5:24 pm

    mba gimana caranya milih sabun muka yg cocok bt aku ya?soalnya setiap aku beli sabun pasti ga cocok dan menimbulkan jerawat,mbak kira2 pakai sabun apa ya yg bisa membuat kulit muka bersih,putih dan tidak menimbulkan jerawat.bantuin ya mabak makasih banyak

  44. meylina

    June 6, 2007 at 6:43 pm

    mba saya mo nnya,gimana proses pembuatan sabun krim?proses apa saja,saat ini saya baru dpt proses saponifikasi saja.tolong jelasin proses lain,tyuz reaksi pembuatan sabun krim ap?saya sudah cari2di web tapi ga ada?THX BEFORE.

  45. mitri

    June 7, 2007 at 8:35 pm

    makasih………Q jd dpt bahan wt makalah…..

  46. john

    June 14, 2007 at 6:11 pm

    yang menyebabkan produk s*n light bisa kesat gitu bahannya apaan?sebenarnya berbahaya ga sich buat kulit?soalnya bisa kesat gitu.

    1. Lita

      June 14, 2007 at 10:52 pm

      Deterjen πŸ™‚
      Bahaya atau tidak, ya tergantung senyawanya. Kalau dimaksudkan untuk intens berkontak dengan kulit (seperti untuk cuci tangan dan cuci piring), seharusnya aman asalkan tidak punya alergi/bakat iritasi berlebih.

  47. Lita

    June 14, 2007 at 10:58 pm

    Saya memutuskan untuk menutup form komentar ini dengan beberapa pertimbangan:

    1. Saya tidak berkompeten untuk menjadi konsultan, dalam artian memilih produk.
    2. Saya tidak dapat membantu menyediakan data untuk menunjang keperluan penelitian atau semacamnya.
    3. Saya ingin pembaca yang ingin tahu lebih banyak tentang deterjen PEDULI untuk meng-klik link yang ada ketimbang langsung bertanya di sini, misalnya cara kerja. Ada kok.
    4. Saya bukan penyedia referensi. Ini blog, sila Googling (atau gunakan search engine lain) untuk mendapatkan referensi yang dapat diakui oleh lembaga pendidikan (misalnya untuk bahan tugas atau semacamnya).

    Selamat berinternet dan menggunakan informasi dengan bijak dan cerdas.
    Salam,
    Lita

Comments are closed.