Tutorial Online

Gauli saja!

Menyikut kecemburuan saya pada perangkat komunikasi (emang enak dicuekin, woy!), mengapa tidak saya rangkul sekalian saja supaya tujuan saya tercapai, toh? Cukuplah siriksirikannya di kelas saat saya sedang menerangkan pelajaran. Di luar itu, gadget dapat dijadikan teman karib dalam berkarya.

Sempat ditanyakan saat sesi tanya-jawab di penganugerahan dana hibah CSF 2009, “Apakah guru harus selalu mengikuti tren gaul media sosial murid? Melelahkan, bukan?”. Bukan! Eh… tentunya. Tapi tak ada yang tak memerlukan jerih payah, bukan? *bukan lagi*

Friendster sudah berlalu. Facebook masih berjaya dengan fitur album foto dan games. Twitter menjadi media jelajah yang belum banyak didatangi guru (atau saya saja yang belum cukup gaul, mungkin). Masih ada Tumblr, Posterous, Google Wave, dan lainnya yang akan segera bermunculan.

Jaim, dong!

Sebisanya, ikuti saja. Tak harus menjadi selebritas di setiap kanal. Setidaknya tahu benda apakah itu yang sedang digandrungi murid. Kalau bisa ikut ‘gaul’ di sana, lebih baik lagi. Memberi kesan bahwa guru terbuka sehingga mengurangi kesungkanan murid.

Dengan tahu banyak, murid juga merasa yakin bahwa gurunya tak ketinggalan jaman dan menjaga kekinian informasi yang diterimanya. Pastinya, tak sekadar kesan, harus dipastikan bahwa guru juga senantiasa menjaga kebaruan ilmu yang dimiliki.

Online tak sekadar punya email

Saya beruntung bisa memiliki koneksi internet tak-berbatas di rumah sehingga bisa online kapan saja dan selama yang saya ingin. Tentunya dibatasi oleh kantuk dan kebutuhan tubuh dan sosial. Ini saya manfaatkan untuk tutorial online melalui instant messenger.

Perkenalan di kelas biasanya dimulai dengan nama, mata pelajaran yang diajar, email, blog, dan MSN/Yahoo ID. “Gaul banget sih, bu, punya MSN? Jangan-jangan punya Facebook & Twitter?”. Lha, apa salahnya menjadi gaul? Tidak ditabukan untuk mengenalkan jalur-jalur alternatif komunikasi dengan saya selain di kelas, toh?

Dan bisa dipastikan, walau tidak semua, murid akan merespon ‘tawaran’ jalur alternatif ini. Misalnya dengan menambahkan saya ke daftar kontak/teman, menyapa saat mendapati saya online, dan selanjutnya bertanya. Apalagi kalau bukan kimia, walau itu bukan satu-satunya topik obrolan.

Berkendala, tapi bisa disederhanakan

Memang ada sedikit kesulitan karena yang biasanya diajarkan dan dituliskan dengan mudah kini harus menggunakan bahasa tulis. Lebih lama, lebih ruwet. Tikaatas (superscript), tikabawah (subscript), simbol, dan alfabet Yunani memang jauh lebih mudah ditulis tangan daripada diketik.

Tak masalah, karena kedua pihak memiliki masalah yang sama. Asalkan tahu apa yang dibicarakan, kendala teknis menjadi tak berarti. Tikaatas dan bawah bisa dijelaskan kemudian dengan teks biasa.

Selain satu per satu, bisa juga dengan konferensi. Asalkan koneksi lancar dan cukup cepat, rasanya sama saja dengan memberi tutorial di kelas: kerumunan anak, semuanya bertanya/menjawab. Keuntungannya: saya (dan murid) bisa bersantai, ditinggal sebentar ke toilet, makan, atau kalau murid tidak beruntung ya saya ketiduran.

E-learning? Messenger aja, lah!

Tutorial online memang bukan pilihan pertama untuk belajar interaktif. Tentunya, sekolah telah menyediakan waktu tutorial untuk setiap mata pelajaran dengan jumlah yang dirasa cukup. Jadwal tutorial akan ditambah menjelang musim ujian. Di luar itu ya murid harus berinisiatif memenuhi kebutuhannya.

Di saat genting (esoknya ujian) atau saya sakit sehingga hanya memberikan tugas mandiri misalnya, tutorial online menjadi jalan keluar yang menguntungkan. Murid tetap mendapat haknya, saya tetap dapat menunaikan kewajiban (hati, minimal), terlepas dari halangan yang ada.

Intinya, belajar melalui instant messenger bukan yang paling nyaman, tapi tidak berarti tidak dapat dibuat sederhana. Ini bisa menjadi satu cara belajar yang paling praktis dan efisien, sebelum koneksi internet Indonesia (dan jaringan institusi pendidikan) dapat mendukung video streaming.

Ini baru namanya e-learning. Bukan learning yang di-e-kan alias sekadar dibuat digital tapi tetap berbatas dinding kelas dan sekolah. *ehem*

6 Comments

  1. Tweets that mention BananaTalk » Tutorial Online -- Topsy.com

    December 14, 2009 at 10:04 pm

    […] This post was mentioned on Twitter by Komunitas Muslimblog, Komunitas Muslimblog. Komunitas Muslimblog said: Tutorial Online: Gauli saja! Menyikut kecemburuan saya pada perangkat komunikasi (emang enak dicuekin, woy!), .. http://bit.ly/8UV8NW […]

  2. joseph white

    December 15, 2009 at 10:01 pm

    they say: if u can’t beat ’em, join ’em ^^

  3. Tutorial Internet

    December 23, 2009 at 11:40 am

    Wah, Inspiratif banget….
    Biar Polos dan lugu tapi nyadarin gw juga klo masih GAPTEK…..
    hhehehee
    Makasih ya bu atas OBAT PENYADARnya…..

  4. Nena

    December 29, 2009 at 4:11 pm

    hi mbak Lita!

    Betul, kadang suka terjebak sama kata2 dengan awalan ‘e’, padahal belum tentu memang mencerminkan ketiadabatasannya internet dan dunia online.
    E-learning di Indonesia masih balita, tapi we’re going that direction.. 🙂

  5. nonadita

    January 11, 2010 at 3:34 pm

    Teknologi komunikasi emang bukan buat dicemburui, tapi untuk dioptimalkan dgn benar utk menunjang prestasi 🙂

  6. Nayantaka

    January 15, 2010 at 11:30 am

    Baru tahu kalau superscript = tikaatas, subscript = tikabawah. selama ini tahunya cuma tikabanget 😀

Leave a Reply to joseph white Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.