Baru Tiga
Ayah menggunting lipatan kertas yang jika dibuka seperti orang-orang saling bergandengan tangan. 4 orang. Daud melihatnya sambil tersenyum senang. Lalu menggamit tangan bunda. Dan ayah.
Sejenak kemudian dilepasnya tangan kami. Lipatan kertas tadi dilipat sehingga yang terlihat hanya 3 orang. “Tiga. Ayah, aku, bunda!”, katanya.
*bunda menghela nafas* Iya, nak. Masih kurang satu di sini. Sabar, ya.
Yohan Wibisono
August 6, 2010 at 9:13 am“Nice artikel, inspiring ditunggu artikel – artikel selanjutnya, sukses selalu, Tuhan memberkati anda, Trim’s :)”
rifki
September 23, 2010 at 1:04 pmmohon maaf kalau salah tempat…
saya mau tanya apakah mbak ini yang ikut menulis buku istikharah cinta bersaama rekan lainnya? jika benar apakah mbak mengathui mengenai puisi yang dimuat dalam akhir bab pertama dalam buku tersebut? jika iyah, apakah si penulis puisi tersebut sudah memberikan izin puisinya dimuat dalam puisi tersebut? terima kasih atas perhatiannya.
dari seseroang yang merasa dizalimi.
Lita
October 9, 2010 at 8:08 amIya betul.
Maaf, saya tidak mengetahui tentang asal puisi tersebut.
Saya adalah kontributor 1 bab dari buku tersebut sedangkan penulis utamanya adalah Muh. Shodiq.
Maaf untuk ketidaktahuan saya. Saya akan teruskan kepada bapak Muh. Shodiq untuk disikapi lebih lanjut.
Semoga masih ada maaf yang tersisa…
aming
October 15, 2010 at 3:53 pmizin berkunjung,
salam hangat
diahazel
October 25, 2010 at 7:48 pmhm, nice share…semoga lebih banyak lagi artikel yang membuat para ibu lebih berkualitas dalam mendidik anak