Negosiasi #2
Dalam waktu berdekatan, jadwal mengajar privatku bertambah berdasarkan permintaan. Alhamdulillah. Syukur karena pintu rezeki bertambah satu. Harus lebih cermat karena bertambah pula kompensasi yang harus dibayar. Harus bicara dengan Daud karena akan bertambah hari ia harus menantiku pulang setelah Maghrib.
L: Daud, hari bunda pulang lebih malam akan bertambah.
D: Kalau bunda pulang malam, aku hukum dengan harus pulang sore selama 2 minggu.
L: *berpikir* Nak, sekarang Daud masih SD. Uang sekolah Daud sekitar Rp400ribu sebulan. Nanti kalau Daud SMP, ingin di mana?
D: Sekolah negeri.
L: *senyum* OK. SMA-nya mau di mana?
D: Hmm… SMA atau SMK.
L: Mau sekolah sampai perguruan tinggi?
D: Mau… [nadanya mengawang, belum mengerti tentang perguruan tinggi]
L: Nak, biaya sekolah di perguruan tinggi nantinya kira-kira Rp500juta. Kalau bunda tidak mengajar sore… –
D: -memotong bunda- Ya sudah tidak apa-apa bunda pulang malam. Nanti bunda pulang dari sekolah beli batik lalu mengajar, ya.
L: Beli batik?
D: Iya, untuk jualan. Supaya uangnya lebih banyak.
L: *senyum* Iya. Kalau bunda saat ini tidak mengajar sore, tabungan untuk sekolahmu nanti tidak cukup. Berarti Daud akan bunda sekolahkan sampai SMA saja. Setelah itu Daud harus bekerja untuk bayar sendiri kuliah Daud. Tidak apa-apa, bunda akan pulang cepat setiap hari dan menemani Daud, asalkan Daud mengerti bahwa tabungannya akan tidak ada.
D: Ngga apa-apa bunda pulang lebih terlambat.
Negosiasi selesai. Bisa saja sih langsung jalankan tanpa tanya si bocah dulu. Daud juga tidak rewel. Hanya akan telepon aku kalau dia sudah sangat mengantuk tapi aku belum sampai rumah, dan aku tidak akan mengajar sampai selarut itu. Tapi aku ingin dia mengerti, bahwa aku lakukan ini untuk suatu tujuan, yang juga bagian dari pemenuhan kebutuhannya.
Tidak untuk memaksakan anak-anak harus kuliah. Ibrahim dan Daud boleh tidak kuliah jika tidak mau. Dan harus ada kompensasi berupa solusi penghidupan yang lebih baik jika mereka memilih untuk itu. Tapi harus tersedia cukup dana jika mereka akan masuk perguruan tinggi. Itu salah satu tujuan finansialku.
Kapkap
November 11, 2012 at 10:24 pmJihadnya orangtua ya mbak 🙂 Bismillahirrahmanirrahim wallahuakbar. Insya Allah berbuah hal yang baik untuk mbak Lita sekeluarga 🙂
Lita
November 15, 2012 at 4:42 amAamiiiin, Nin. Biarpun jungkir balik, buat anak ya dijabanin 🙂
Makasih buat ‘Hello World’-nya, itu membantuku yang sering nge-blank :p