Meniup Makanan dan Pembentukan Asam Karbonat
Tulisan ini menanggapi tulisan yang menanggapi tulisan saya yang lain (tulisanception). Sengaja tidak saya tampilkan di sini URL-nya. Tulisan saya yang dulu (2013) itu lebih lengkap. Silakan disimak juga, lho!
Hadits yang dirujuk sebagai pengembangan tulisan seputar pembentukan asam (entah asam karbonat atau asam cuka, jangan tanya saya dari mana asal cukanya, tanyanya sama yang bikin gosip eh hoax) biasanya adalah yang ini (saya ambilkan dari Etika Makan dan Minum):
Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Tulisan pembahasan semi-ilmiah yang saya maksud biasanya senada dengan ini:
Asam karbonat atau H2C03 adalah senyawa kimia yang sebenarnya sudah ada didalam tubuh kita dimana berfungsi untuk mengatur kadar keasaman darah. Semakin tinggi kandungan asam karbonat dalam darah maka akan semakin asam darah. Pada normalnya darah memiliki batasan kadar keasaman atau Ph yakni 7,35 sampai 7,45.
Jika kadar keasaman ini lebih tinggi dari ph normal maka tubuh dapat berada dalam kondisi asidosis. Kondisi asidosis sendiri cukup berbahaya bagi tubuh yang dapat menyebabkan gangguan jantungan ditandai dengan napas menjadi lebih cepat, sesak, pusing karena tubuh berusaha menyeimbangkan kadar ph darah.
Nah, lalu apa hubungannya dengan meniup makanan panas? Penjelasannya adalah apabila seseorang bernafas atau meniupkan nafasnya maka dia akan mengeluarkan senyawa kimia C02 atau karbondioksida. Karbondioksida ini pada dasarnya tidak boleh bersentuhan dengan air, karena jika bersentuhan dengan air yang memiliki susunan kimia H20 akan membentuk senyawa asam karbonat yang berbahaya bagi tubuh.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa asam karbonat yang dihasilkan dari hasil tiupan terhadap makanan dan minuman memiliki pengaruh yang sangat kecil pada kesehatan tubuh, bukankah lebih baik kalau kita berusaha menghindarinya? Mencegah tentu lebih baik dari pada mengobati bukan?
Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Tapi memiliki pengertian yang baik sehingga tidak ketakutan berlebihan alangkah baiknya.
Karbondioksida TIDAK APA-APA jika bersentuhan dengan air. Karbondioksida bukan senyawa reaktif. Bukan logam reaktif seperti natrium dan logam-logam alkali di periode yang lebih tinggi yang bahkan harus disimpan dalam minyak atau tabung berpengaman khusus supaya tidak kena uap air dan bereaksi eksotermik (mengeluarkan panas) hebat.
Kelarutan karbondioksida dalam air rendah, 1.45 g/L pada 25 °C, 100 kPa. Tekanan 100 kPa itu lebih kecil daripada tekanan atmosferik (sekitar 101 kPa). Artinya untuk melarutkan karbondioksida ke dalam air (bukan mereaksikan, ya) harus dipaksa.
Karbondioksida bereaksi dengan air? Ya. Membentuk asam karbonat. Betul. Dengan laju pembentukan asam karbonat lebih kecil daripada penguraiannya. Saya kutipkan dari Wikipedia yang bisa dilihat dengan mudah referensinya di bagian bawah halaman asam karbonat.
When carbon dioxide dissolves in water it exists in chemical equilibrium producing carbonic acid:[5]
- CO2 + H2O –> H2CO3
The hydration equilibrium constant at 25 °C is called Kh, which in the case of carbonic acid is [H2CO3]/[CO2] <–> 1.7×10ˆ(-3) in pure water[6] and 1.2×10ˆ(-3) in seawater.[7] Hence, the majority of the carbon dioxide is not converted into carbonic acid, remaining as CO2 molecules. In the absence of a catalyst, the equilibrium is reached quite slowly. The rate constants are 0.039/s for the forward reaction (CO2 + H2O –> H2CO3) and 23/s for the reverse reaction (H2CO3 –> CO2 + H2O).
Dengan kata lain, lebih mudah terurai daripada terbentuk. Dengan kestabilan rendah, tingkat keasaman juga rendah, juga terkandung dalam darah kita secara alami (karena fungsinya memang menjaga kesetimbangan kadar keasaman tubuh), tidak perlu takut dengan bahaya asam karbonat.
“Kan asam, lho!” Ada yang terluka karena ‘mengonsumsi’ asam karbonat yang ‘diproduksi’ dari meniup makanan panas? Cipratan cairan panasnya lebih berpotensi melukai daripada asam yang terbentuk. Soda dalam minuman bersoda tidak membunuh orang. Jumlah gula terlarut dalam minuman bersoda itu yang berbahaya.
Terlalu asam tidak baik. Terlalu basa juga tidak baik. Keasaman tubuh tidak berubah hanya karena makan/minum yang ditiup. Begitu pula tidak berubah hanya karena minum air alkali. Begitulah tubuh manusia dengan sistem penjaga kesetimbangan yang sangat baik berfungsi di luar kendali sadar manusia.
Mengajak ikut sunnah Rasulullah tidak perlu dengan menakut-nakuti. Demikian cara yang dicontohkan baginda Rasul, baik untuk diikuti. Tidak sejajar dengan sains? Ya tidak apa-apa. Mungkin belum waktunya terjawab. Tapi jangan dipaksakan dengan sains yang separuh sehingga ketakutannya diarahkan ke tempat yang salah.
Jangan berlebihan.
p.s.
Maafkan simbol-simbol yang tidak semestinya. Fungsi ‘special character’ dari WordPress editor sudah digunakan namun tidak selalu muncul seperti seharusnya.
Leave a Reply