“Cuma Pengen Liat, Kok”
Didera kelaparan (sudah jam 4 sore dan aku belum makan siang, ugh!), setelah Daud tertidur aku segera menyiapkan seporsi mi goreng buatan ibunda (home made, sehat!). Segelas teh hangat tanpa gula juga siap menemani. Niat hati ingin makan di kamar saja, khawatir jika Daud terbangun dan aku tak mendengar tangisnya padahal ibuku sedang sibuk dengan tamu.
Begitu melewati pintu, terlihatlah Daud yang sedang bergerak-gerak gelisah di bawah bantal (tenang sodara-sodara, bantalnya tipis kok dan wajahnya tidak tertutup). O’ow… Bagaimana ini? Mmm, kuputuskan untuk tetap pada tujuan semula : makan. Aku duduk di depan meja komputer (meja samping tempat tidur hanya muat untuk kipas angin sih) dan mulai makan tanpa lupa berdoa. Inginnya pura-pura tak melihat, tapi kok penasaran juga Kulirik, ah… dia tidak gelisah lagi. Berhenti meronta dan menatapku lama. Aku hanya tersenyum tanpa beranjak menyentuhnya. Kuharap aku bisa mengatakan tanpa kata, "Bunda sedang makan, Nak. Kalau ingin digendong, tunda sebentar ya". Hmmm…
He… perlahan matanya mulai kehilangan fokus. Lalu tertutuplah mata bulat nan bening itu. Nafasnya melambat. Dia tertidur kembali. Alhamdulillah… Dan aku melanjutkan makan dengan hati tenang dan senang. Anakku mau tidur sendiri tanpa dikeloni
Sepertinya tadi dia hanya ingin mencariku. Begitu terbangun dan matanya tak menemukanku di seantero kamar, gelisahnya merangkul. Dan ketika dilihatnya aku kembali datang, "Ah itu dia. Tenang deh sekarang. Tidur lagi ahh…" Begitu kali yaaaaa…. Andai dia sudah bisa berkata
Kejadian begini tak hanya sekali. Walaupun tak selalu. Kadang hanya diperlukan tepukan lembut di pahanya. Atau ciuman hangat di pipinya. Atau sekedar dirasanya nafasku di sebelahnya. Atau genggamanku di tangannya. Membuatku berpikir, bahwa anakku mulai mengerti akan adanya rasa aman saat aku (baca: ibu) di sisinya.
Seringkali memang inginnya digendong sih. Dan gelisahnya akan menjadi rengek berbunyi "Aa" diikuti sudut mulutnya yang ditarik ke bawah. Bukan menangis, hanya meminta Lucu! Kalau ini terjadi, maka orang-orang tua bukannya segera menggendong, malah tertawa. Dasar, senang ada ‘mainan’.
hericz
January 6, 2006 at 11:10 pmPake penerjemah tangis bayi itu aja mbak lita. katanya ada teorinya .
Heheh.
Kok gak dipasang skrinsyut adik sih?
Indra
January 7, 2006 at 2:00 pmTerkadang si anak mengerti kalau bundanya lelah dan lapar, dia ngerti dan tidak membuat bundanya repot… memang calon anak yang sholeh, semoga, amin !!
*jadi ngiri – kapan yah* :((
Tony
February 11, 2008 at 5:03 pmAsyik ya. Anak saya, laki-laki, sampai sekarang (umur 9th) kalau tidur malam terus di tinggal mama nya, pasti dia bangun.