Demam Cinta
Setelah mengantri selama 3 jam yang melelahkan, jadi juga tanda cinta bunda itu masuk ke tubuhmu.
Menyakitkan ya? Iya, disuntik memang sakit. Di paha kanan dan kiri, bunda yang meminta. Supaya jadwal imunisasimu lebih ringkas. Sakit sebentar, tak apa-apa ya? Tuh, tangismu sudah berhenti sebelum kita keluar ruang bergambar tokoh kartun itu.
Malam ini juga tubuhmu demam. Panas, serba tak enak. Tak apa-apa, bunda dan ayah ada di sini menemani. Antipiretik dan termometer juga selalu siaga membantu bunda.
Andai rasa tak enak tubuhmu bisa untuk bunda, ingin bunda memintanya. Supaya tidurmu nyenyak setiap malam.
Anakku, dalam segala ketidaknyamanan yang kita rasakan bersama, semoga kelak kau mengerti. Bahwa kami lakukan ini karena kami cinta. Dan kami berusaha pilihkan yang terbaik untukmu.
didats
May 19, 2006 at 7:59 amwoops……….
aku jadi inget mamaku deh..
Hedi
May 19, 2006 at 8:39 ambiar demam, tapi aman. Selain ada ayah dan bunda, demam juga tanda bahwa imunisasi bekerja dengan baik, juga sebaliknya 🙂
paling_indah
May 19, 2006 at 10:33 amJadi ingat waktu Rafi pertama kali dapat vaksin DPT. Yang biasanya jarang nangis, jadi nangis kencang. Semua perhatian tertuju pada Rafi (kakek, nenek, nenek buyut, nenek2 yang lain, tante.. waktu itu ayah’y ga ada).sampai2 waktu dicium om’y malah nangis.alhasil om’y yg kena marah ngambek…
Nasywa
May 19, 2006 at 3:12 pmNasywa juga gitu, 2 minggu yll hbs imunisasi malemnya demam. Tidurnya jadi gelisah, kita jagain sepanjang malam. Alhamdulillah paginya udah bisa senyum lagi.
mbu
May 19, 2006 at 3:25 pmtapi tante, kog kemaren aku liat di tipi ada ibu2 yang sampe lari2 karena dikejar petugas imunisasi ya? padahal kan imunisasi itu penting, gratis lagi.. bingung saya..
Lita
May 19, 2006 at 11:10 pmDidats
Good, then 🙂
Hedi
Sebaliknya?
Indah
Huehehe… kasian omnya Rafi.
Nasywa
Alhamdulillah, senangnya cuma demam semalam 🙂
mbu
Jangan bingung. Coba baca ini. Mungkin jadi ada gambaran satu sudut pandang lain.
Ada kasus-kasus khusus ketika efek imunisasi tidak seperti yang diharapkan, misalnya kasus dideritanya polio oleh anak-anak yang diimunisasi polio. Ini adalah contoh khusus, yang belum tentu berlaku pada daerah dan kondisi lain.
Walau demikian, vaksin polio dinyatakan tetap aman. Imunisasi juga tidak hanya dapat diberikan kepada anak sehat, sakit ringan macam selesma umumnya tidak menjadi penghalang.
Dan tidak semua imunisasi itu gratis. Beberapa yang penting ‘dikonsumsi’ oleh masyarakat miskin justru tidak terjangkau harganya.
hericz
May 20, 2006 at 8:24 amKalau di jakarta sepertinya ibu2 sudah terdidik semua yah. jadi petugas lebih mudah imunisasinya.
Sekarang kok kayak nggak ada ‘endorser’ untuk imunisasi ini yah? dulu pas rano karno itu lumayan efektif padahal.
Lita
May 20, 2006 at 9:21 amHericz
Kalo Jakartanya di kampung pinggiran kaya aku gini, paling yang rame ya PIN. Atau kalau melahirkannya di bidan deket rumah, ya dapet imunisasi wajib.
Karena asumsi itu, ya jarang petugas yang sweeping ke rumah-rumah, dan membuat beberapa anak yang ibunya tidak ‘sadar imunisasi’ jadi tidak kebagian demam cinta
BananaTalk - Lita Mariana’s Weblog » Blog Archive » Behave Well in Medical Service
May 29, 2006 at 9:52 pm[…] 2 weeks ago when we brought Daud for vaccination, we saw something unusual. A woman -in about 40s- came in a rush, bringing her shopping bags barged into the receptionist table. She asked for an X-ray shot. The expected reaction would be a frown and a question, "Pardon me, what do you need?". While I might say, "What’s going on?". […]
lawrance
January 19, 2007 at 1:40 amwew dalem ya,,, nice posting,,, tapi masih rada bingung karena saking dalemnya ini posting.. ^^
Mara Erviani
May 18, 2010 at 9:32 amTerlihat betapa besar kasih ibu pd anaknya