Minuman Bebas Pengawet
Minuman bebas pengawet bisa dilihat dari botolnya.
Pengisian suhu tinggi pada botol khusus tahan panas perlu untuk menghindari pemakaian bahan pengawet. Botol biasa tak mungkin tahan.
Advanced sterilizing technology.
Dijamin bebas pengawet. TERBUKTI!
Iklannya terkesan ilmiah. Disertai pembuktian. Namun logika yang digunakan terasa dipaksakan. Tidak tepat sasaran.
Asumsi yang diberikan oleh adalah: jika botol yang digunakan bersifat tahan panas, maka minumannya bebas pengawet. Benarkah demikian? Mari, kita ikut-ikutan ilmiah.
Hubungan antara kemasan dan isi.
Jika benar berlaku demikian, maka seharusnya berlaku pernyataan ‘jika minumannya diberi pengawet, maka botol yang digunakan bersifat tidak tahan panas’. Kenyataannya tidak demikian. Botol dari bahan gelas lebih tahan panas daripada botol berbahan plastik. Tapi tidak berarti (minuman) isinya lantas berpengawet.
Botol yang tahan panas dengan minuman yang bebas pengawet sebenarnya tidak ada hubungannya (secara langsung). Kemasan susu pasteurisasi tidak tahan panas, tapi isinya tidak diberi pengawet (sehingga masa simpannya sangat singkat). Kemasan makanan kalengan tahan panas, tapi belum tentu isinya tidak diberi pengawet.
Advanced sterilization technology.
Sebenarnya yang dimaksud dengan advanced sterilizing technology itu apa? Advanced bagian mananya?
Sterilisasi dengan memanaskan air sepertinya tidak termasuk teknologi advanced. Tidak sophisticated. Mendidihkan air dengan bahan bakar minyak tanah pasti tidak asing. Pakai kayu bakar juga bisa, tak perlu teknologi tinggi.
Oh, mungkin yang dimaksud advanced itu adalah material botolnya? Mestinya jangan bilang advanced sterilization dong, tapi advanced packaging. Tapi, kalau dikatakan advanced sepertinya juga tidak. Jika sifat yang dipentingkan hanya tahan panas dan tidak mengandung material yang berbahaya, kemasan wadah air minum tidak perlu material yang advanced. Tidak perlu yang bersifat tahan asam/basa atau kedap cahaya.
Lha, jadi advanced di sini sebenarnya artinya apa sih?
Teknologi sterilisasi.
Ada banyak cara sterilisasi. Cara fisika misalnya dengan sinar ultraviolet (UV), radiasi, ozonasi, menggunakan ultrafiltrasi, dan dengan pemanasan. Cara kimia yaitu dengan diberi penyucihama, misalnya dengan larutan oksidator kuat (semacam hidrogen peroksida atau asam hipoklorit), alkohol 70%, dan yang populer: formalin.
Penggunaan zat kimia dalam industri makanan (dan minuman) harus sangat hati-hati. Sebisa mungkin senyawa kimia tidak bersentuhan langsung dengan produk makanan. Sehingga pilihan yang umum adalah sterilisasi secara fisika.
Penggunaan sinar ultraviolet, radiasi, dan ozonasi memerlukan kecermatan yang tinggi. Salah langkah bisa-bisa merusak susunan senyawa kimia dalam produk. Dengan menyingkirkan pilihan ini, yang tersisa adalah sterilisasi dengan membran dan pemanasan.
Sterilisasi menggunakan membran yaitu dengan melewatkan cairan pada membran. Ukuran pori membran dipilih sedemikian rupa sehingga mampu menyaring mikroorganisme. Filtrat (cairan hasil penyaringan) hasilnya diharapkan bebas dari mikroorganisme.
Seingat saya, teknologi membran sudah sangat maju sehingga virus pun bisa dipisahkan. Tapi untuk industri yang sifatnya bulk (volume produk besar dan harganya murah) rasanya pilihan ini bukan yang utama. Makin kecil ukuran pori, makin mahal harganya, makin banyak tahapan prosesnya, dan makin sulit perawatannya. Sehingga lebih cocok untuk industri yang sifatnya fine (volume produk kecil dan harganya mahal).
Kerugian produk akibat panas.
Yang paling fatal dari iklan ini adalah menerangkan bahwa minuman disterilkan dengan cara pemanasan. Kenapa? Karena minuman yang diiklankan tersebut mengandung vitamin, senyawa kimia yang rusak oleh panas!
Penambahan vitamin yang dilakukan setelah cairan didinginkan juga bukan solusi yang tepat. Kandungan vitamin dalam minuman pasti kecil, yang membuatnya mustahil untuk ditambahkan dalam bentuk kristal atau serbuk ke tiap botol. Lalu pengadukannya bagaimana?
Bila vitamin tersedia dalam bentuk larutan yang ditambahkan pada cairan yang telah disterilisasi, lalu apa fungsinya sterilisasi? Larutan vitaminnya disterilisasi dulu, begitu? Dengan proses tanpa panas sehingga tidak merusak? Kenapa tidak melarutkan vitamin lebih dulu baru kemudian cairan disterilisasi?
Saya harap anda tidak bingung. Singkatnya begini; konsekuensi proses yang dipilih (minimal) ada dua.
Jika kandungan vitamin hendak dipertahankan, maka sterilisasi dengan pemanasan harus dilakukan dalam waktu yang sangat singkat misalnya dengan UHT (Ultra High Temperature). Rasanya kok boros ya? Boros energi, boros uang, boros proses. Tidak efisien. Dan bukan proses ini yang dijelaskan oleh iklan itu. Lagipula UHT itu lebih cocok untuk produk susu.
Jika yang dipilih memang proses sterilisasi, lalu bagaimana dengan kandungan vitamin yang diklaim? Sekadar informasi bahwa vitamin yang ditambahkan jumlahnya adalah sekian namun sebenarnya sebagian (semoga tidak semua) telah rusak akibat pemanasan? Pembohongan dong namanya. Judulnya saja vitamin water.
Tidak tepat sasaran.
Jika yang diklaim adalah isi, kenapa yang dibahas adalah botolnya? Bagi produsen yang berpikiran jauh ke depan, pemilihan kemasan yang baik tidak semata oleh kegunaannya sebagai wadah. Kemasan juga harus ramah lingkungan dan dapat diolah kembali.
Desain dan material kemasan yang dipilih diharapkan mampu berfungsi optimal dalam melindungi isi, sekaligus memudahkan proses daur ulang dan penguraian. Yang demikian ini lebih mudah dicapai bila ambang temperatur rusaknya kemasan tidak terlalu tinggi.
Proses daur ulang yang memerlukan temperatur yang sangat tinggi tentu tidak ekonomis dan membuat pelakunya menghindar. Jika demikian, bumi ini harus menanggung sampah yang tidak dapat dipungut kembali dan sukar diurai. Pasti bukan efek yang diinginkan bagi pengusaha yang berwawasan lingkungan (Maap sodara-sodara, saya ini mantan asisten kuliah Pengelolaan Limbah Industri, hehehe).
Material kemasan yang bersifat tahan panas bukan isu utama. Seperti halnya minyak goreng yang tidak beku di temperatur lemari pendingin itu tidak penting.
Jadi bagaimana?
Saya tidak tahu. Saya cuma ingin berbagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran saya. Selanjutnya, terserah anda. Mau percaya atau tidak, mau beli atau tidak, iklannya benar atau bohong, itu di luar bahasan saya. Bahkan saya tidak mampu membuktikan apakah minuman tersebut (dan lainnya) bebas pengawet atau tidak. Saat ini saya hanya ingin ngomyang
Oh ya, saya mohon koreksi dari para pembaca, terutama yang berkutat di bidang teknologi proses atau teknologi pengolahan pangan.
Mbilung
June 19, 2006 at 11:08 pmWealah Mbak, saya sudah sampe berkerut lha kok akhirnya ngomyang, ndobos kayak saya.
“Pertanyaan-pertanyaannya” sangat bermanfaat, buat saya ini informasi.
hiking
June 20, 2006 at 7:46 amyah jadinya jangan kemakan iklan 😀
Eka
June 20, 2006 at 8:23 amMbak Lita, IMHO, kutipan pada paragraf pertama seharusnya disimpulkan seperti ini: “Jika minumannya bebas pengawet, maka kemasannya tahan panas” [1], BUKAN “Jika botol yang digunakan bersifat tahan panas, maka minumannya bebas pengawet” [2], seperti yg Mbak simpulkan. CMIIW.
Karena itu, kalimat [1] ekivalen dengan pernyataan: “Jika kemasannya tidak tahan panas, maka minumannya tidak bebas pengawet”.
Bagaimana kalau kemasannya tahan panas? Ya, nggak bisa disimpulkan dari kalimat tsb. Bisa berpengawet, bisa juga nggak.
Seperti juga pada kalimat “Jika si A kambing, maka si A binatang”, kita juga gak bisa menyimpulkan apakah si A ini binatang atau bukan, jika ternyata si A ini bukan kambing.
Duh, sori kalo malah ribet dan nggak ngebahas dari sisi teknologi pangan. 🙂
yanti
June 20, 2006 at 9:05 amhehehe… iya gw sempet heran, kok minuman bervitamin dipanaskan ya? apa vitaminnya dimasukin setelah dipanaskan gituh? *bihun*
Lita
June 20, 2006 at 9:11 amMbilung
Ya maap, daripada bingung sendiri lebih baik bagi-bagi kan? Hihihi…
Hiking
Lebih tepatnya, harus lebih kritis terhadap iklan. Kalau tidak ada yang termakan iklan, produk baru tidak ada yang beli dong hehehe…
Maksud saya, percaya sama iklan ngga papa, asalkan dengan ‘pegangan’ bahwa anda tahu yang disampaikan itu benar. Pegangannya ya ilmu dan pengalaman 🙂
Eka
Terimakasih Eka.
Begini, ‘pertanyaan’ pembuka dari si pembuat iklan itu: “Apakah minuman ini bebas pengawet? Mari kita buktikan. Dilihat dari botolnya… bla bla…”.
Mereka mencari bukti bahwa minumannya bebas pengawet dari keadaan botol. Sehingga, simpulan (saya) dari pembuktian (yang mereka berikan) tersebut adalah, “Karena botol yang digunakan bersifat tahan panas, maka minumannya bebas pengawet”.
Bukan saya yang memberi premis, tapi mereka 🙂
Premis yang Eka berikan sebagai alternatif juga sama tidak ‘menjelaskan’nya. Sebab pernyataan “Jika kemasan tidak tahan panas, maka minuman tidak bebas pengawet” (negasi dari premis yang diberikan) tidak berlaku.
Intinya, manapun yang dijadikan alasan (yang diletakkan di belakang kata ‘jika’), tidak memberi hasil negasi yang dapat diterima, karena memang tidak ada hubungannya.
Yanti
Nyok, bihun bareng 😆
ina
June 20, 2006 at 9:50 amNamanya juga persaingan usaha, aja aja ada caranya… 🙂
Dini
June 20, 2006 at 2:59 pmwah lita pertanyaannya sama dengan saya waktu liat iklan itu..
airnya yang bebas pengawet kok botolnya yang dibahas???
Rasanya kurang ‘pas’ aja gitu lho… 😀
rendy
June 20, 2006 at 4:43 pmsetau gw, di dalam botol itu ada semacam gelatin tipis yang tidak beracun (bukan pengawet) untuk menjaga rasa dan lain sebagainya
luthfi ganteng
June 20, 2006 at 5:01 pmJadi bagaimana?
Saya tidak tahu.
Saya juga 😀
Ajie
June 20, 2006 at 6:30 pmpokoknya saya setuju deh, abis yg punya blog manis sih…*kabur*
Lita
June 20, 2006 at 7:53 pmIna
Iya, aja-aja ada ya.
Dini
Kita sehati dong, mbak 😉
Rendy
AFAIK, gelatin itu larut dalam air panas. Jadi, begitu minumannya dituang ke botol, bisa lepas dong lapisannya?
Kayanya gak perlu lapisan khusus, material berbahan dasar polietilen (HDPE, PET) saat ini sudah memadai untuk minuman dalam kemasan kok. Mungkin minuman berkarbonasi butuh ‘setting’ lebih baik, ya. Tapi ini kan hanya vitamin water, still don’t fit my sense.
Luthi
Ganteng itu subyektif. Tapi kamu nyampah di sini itu udah pasti. Pamer blog baru ni ye! Huh.
Ajie
*tendang Ajie*
Gak ada hubungannya ama artikelku!
awaloeddin
June 21, 2006 at 6:55 pmah! nggak mudeng. 😕
bahasa iklan, biar terkesan ilmiah dan nendang pastinya. kalo air mineral macam AQ*A itu ada kemungkinan pake bahan pengawet nggak?
ricky
June 22, 2006 at 6:56 amimho, minuman yang mengandung pemanis gula (sukrosa) umumnya mengandung pengawet spt asam sitrat, na-benzoat tapi kan di approve oleh FDA (POM nya amrik), karena karakteristik minuman bergula jika aerob (ada oksigen) terurai jadi asam sedangkan jika anaerob (tdk ada oksigen) maka akan berfermentasi (jadi alkohol +CO2), alternative lain adalah pake sterilisasi ultra high temperatur. jadi saya setuju ilan tsb jaka sembung bawa golok. jadi bisa saja dia gak perlu pengawet namun pemanisnya pake pemanis buatan yang tahan penguraian (gak perlu pengawet) spt aspartame, sacharine, cyclamate dll
Lita
June 22, 2006 at 9:51 amAwaloeddin
Kalau isinya cuma air yang disterilkan sih harusnya ngga butuh pengawet. Dengan begitu ketahanan produk bergantung pada kemasan yang digunakan dan cara simpannya.
Ricky
Cerdas! Terimakasih untuk bantuannya.
Hmm, aku gak bisa komentar soal pemanis yang dia pake, soalnya belum pernah lihat langsung produknya 🙂 Tapi, kalau di iklan dibilang, “Tastes good!” berarti minimal dia pake perisa ya. Nah, perisanya bisa jadi pengawet juga gak ya? (misalnya asam sitrat).
Salam kenal, Ricky. Mantan penghuni ITB sayap timur toh 🙂
jaenuri
June 22, 2006 at 12:35 pmnamanya juga dagang, Mbak.
tapi saya juga belum pernah nyobain zone-zone-an gitu.
saya yang penting isinya.emang minum botolnya.
Lita
June 22, 2006 at 8:28 pmJaenuri
Saya tidak bermaksud melarang iklan demi naiknya angka penjualan. Saya tidak setuju pada kalimat bias yang dapat membimbing calon konsumen pada pemahaman yang salah.
Dagang ya dagang, tapi jangan menipu atau memakai cara licik.
Memang isi lebih penting, makanya tulisan ini saya buat: Secara penalaran, iklan itu tidak mensahkan produk yang dia klaim sebagai bebas pengawet, sebab alur logikanya salah. Ini penting untuk anda ketahui, sebab anda juga mementingkan isi daripada botolnya.
Semoga maksud saya dimengerti 🙂
ebonk
June 23, 2006 at 3:27 amMakanan dan minuman buatan emak gue lebih enak dan bebas pengawet.
Ini emang Iklan!
Aswad
June 23, 2006 at 8:04 pmSebetulnya iklan itu mau bilang…
“Maaf ya kalo harganya agak mahal…
botolnya tahan panas je..”
upineter
June 26, 2006 at 11:26 pmmampir kemari ternyata dapat ilmu nih. thanks ya atas ilmunya.
thuns
June 27, 2006 at 2:44 ameeeh untung ga punya tipi…
dan kebetulan benci tipi, gara2 kebanyakan sinetron 😛
kecuali tipi kabel di kantor 😀 tanpa iklan… enak nontonnya 😀
btw… yg masalah wroten tuh *hehehe…*
saya emang terkenal bodoh dlm bhs inggris kok mbak 😉
*srius lho*
jadi makasiiii bgt yah buat koreksinya.
maklum…namanya adjah stupid weblog,
alias weblog yg bodoh, sesuai ama yg punya 😀
tapi aku nggak malu utk belajar & menerima koreksi kok mbak.
jadi banyak2 ajah koreksi diblogku, jika sudi 😀
skali lagi thx!
heru
June 28, 2006 at 11:16 amhmm… penjelasan yang menarik mbak dan setuju juga:)
terlepas dari ‘ketidak logisan’ iklan itu, yang jelas iklan itu tampaknya cukup berhasil, terbukti banyak yang mengetahui iklan itu 😀 setidaknya untuk mengenalkan produk udah sukses 😀
Lita
June 28, 2006 at 11:21 amEbonk
He, ngiklan bayar!
Aswad
Minuman itu gak semahal minuman sejenis dalam merk lain yang lebih populer kok
Upineter
Sama-sama.
Thuns
Halah… Ngasi namanya kok stupid sih, om. Merendahkan diri sendiri. Saya jadi gak enak :p
Saya mo dijadiin editor? Boleh… Pembayaran dalam bentuk coklat Toblerone juga diterima
Heru
Iya ya? Wah… Gigih juga marketingnya.
Ya semoga saja minuman itu memang tidak berpengawet walaupun cara pembuktiannya ala kadarnya dan gak nyambung.
Sama-sama. Sering-sering mampir ya 🙂
hade
July 3, 2006 at 7:25 amBahasan-nya bagus…., dan saya kira semua setuju zat gizi akan rusak dengan pemanasan versi iklan di tivi itu. Sayangnya, “jeng” Lita pemahaman produknya kurang (maap). Mustinya coba dulu, konsumsi, baru angkat bicara…upss….maap lagi. Tepatnya ini saran saya buat jeng Lita. Maap lho mbak…., saran dowang nih….
Lita
July 3, 2006 at 8:47 amHade
Terimakasih atas sarannya, Hade.
Satu, saya bukan tester.
Dua, saya mengkritik iklan, bukan produknya.
Tiga, saya simpulkan anda OOT
Tester yang ndobos sebelum mencoba, itu ngawur. Tapi para penguji produk makanan di BPOM -yang pasti tidak mengonsumsi semua contoh produk- apa ya pemahaman produknya kurang?
Kritikus film yang ndobos sebelum nonton film, itu namanya ngarang. Tapi saya yang bolak-balik nonton (dan membaca) iklannya sepertinya tidak butuh minum produk itu untuk ‘sekadar’ tahu bahwa logika dalam iklan itu ngawur.
sule
March 10, 2007 at 6:59 pmah saya mah beruntung ada situs ini, tugas saya cepet beres, komen aja banyak pesaing pasar yang tidak berkompeten. tidak melihat dampak apa yang akan datang nanti di masa yang akan datang, tentang produk yang dibuat.
hade
July 4, 2006 at 7:05 amuppss…,
saya pikir bahasan ini meliputi iklan & produk, jadi saya satukan antara review iklan sekaligus produk.
Kalau bahasan ini memang khusus mengenai iklannya saja, saya minta maaf. Mungkin saya yg “salah” membaca judulnya. Sekali lagi saya minta maaf…..
fathirhamdi
July 25, 2006 at 11:32 amini ngomongin iklan apa yah?
kok saya malah belum lihat iklannya…
baru saja tayang yah?
apa saya yang jarang nonton tipi? 😀
btw, ulasannya bagus… setidaknya jauh lebih bagus dari ulasan yang saya buat.. hehehe
Tsaiga
October 7, 2006 at 11:42 amJadi bingung…..??
Jadi tinggal pilihannya yang mana…?
Mungkin dikembalikan ke pembaca…..untuk direnungkan
aku
November 14, 2006 at 7:33 amya sudahlah.. ini seninya iklan, membuat orang tertarik…masalahnya adalah bagaimana kekritisan kita terhadap iklan-iklan yang ada… contohnya hampir semua minyak goreng ber merk mecantumkan informasi “non kolesterol” sebagai “jagoan” dari produk mereka, padahal semua minyak kelapa sawit itu non kolesterol, orang asalnya dari tumbuhan,..jika dipikir mereka tidak salah, hanya sebagaian besar konsumen di Indonesia tidak mengerti jadi menganggap produk minyak kelapa sawit itu hanya beberapa saja yang non kolesterol..
apakah ini bisa disebut pembohongan publik? atau masyarakat yang kurang ilmu??
ya.. kita tingkatkan lagi aja kekritisan kita….
Dody
January 30, 2007 at 10:53 amibu sud jalan-jalan ama rahmat kartolo, gw kagak tau maksud gitu loh ….masak botol dipanasin emang mau bikin air susu ya hik,hik
aliza
January 19, 2008 at 10:46 amsetidaknya berusaha jgn merugikan org lain,kasian nyawa tdk ada stock coy
sudaryana
March 7, 2008 at 3:30 pmMenurutku bagus banget tulisan ini.
Bererapa hari saya nyari-nyari di internet bagaimana cara orang mensterilkan minuman.
Sekalipun bukan ini yang saya cari tapi setidaknya saya dapat ilmu yang cukup bermanfaat untuk memahami minuman/makanan dalam kemasan yang banyak dijumpai dimana-mana.
Lit, boleh tak saya tanya bagaimana caranya mensterilkan atau mengawetkan minuman misalnya minuman teh.
Saya mau buat minuman teh manis yang dikemas di botol plastic yang di seal. Bagaimana caranya biar minuman ini tahan dan awet untuk di pasarkan.
Tolong di reply lewat e-mail kalau berkenan.
Atau rekan-rekan yang lain juga boleh kasih saya saran.
daniel
September 18, 2008 at 5:35 pmLit, boleh tak saya tanya bagaimana caranya mensterilkan atau mengawetkan minuman misalnya minuman teh.
Saya mau buat minuman teh manis yang dikemas di botol plastic yang di seal. Bagaimana caranya biar minuman ini tahan dan awet untuk di pasarkan.
Tolong di reply lewat e-mail kalau berkenan.
Atau rekan-rekan yang lain juga boleh kasih saya saran.
Adi
November 1, 2008 at 1:05 amMlm mbax..Sya mo nanya ni?Utk mnumn aer susu kedelai(soya),pengawet apa yg bgus dgunakn,takaran pemakaiannya gmn?Thanks
billy
December 11, 2009 at 9:59 amLit, boleh tak saya tanya bagaimana caranya mensterilkan atau mengawetkan minuman misalnya minuman teh.
Saya mau buat minuman teh manis yang dikemas di botol plastic yang di seal. Bagaimana caranya biar minuman ini tahan dan awet untuk di pasarkan.
Tolong di reply lewat e-mail kalau berkenan.
Lita
December 11, 2009 at 11:45 amDi sini saja ya 🙂
UHT, Ultra High Temperature, adalah cara pemanasan yang paling umum dan aman saat ini karena tidak melibatkan tambahan bahan pengawet.
Banyak minuman sari buah dan susu yang diawetkan menggunakan metode ini.
Saya belum banyak tahu tentang metode pengawetan lainnya, jadi mungkin bisa dicari menggunakan Google juga 🙂
Drs. Badaruddin, MBS.
February 5, 2010 at 8:24 pmSaya minta tolong kepada pakar pembuat minuman teh dalam kemasan.
Kami adalah pemula dalam bisnis minuman teh dalam kemasan gelas pelastik, yang kami butuhkan adalah informasi tentang bagaimana cara atau sistim pembuatan / peracikan teh tersebut agar bisa tahan lebih lama. Terima kasih kepada saudara-saudaraku yang bersedia memberikan resepnya.
Insya Allah Tuhan akan membalas budi baiknya. Amin.
erga kandly
April 15, 2010 at 11:43 amweww.. makasih infonya
goes
October 24, 2010 at 10:31 amnumpang nanya nih kita mau produksi minuman jamu dan sari buah,gimana cara pengawetan yang baik tanpa bahan kimia n uht gitu,kalo di mesin pendingin berapa hari yah tahannya?
Arie
December 11, 2010 at 8:12 amassalmu’alaikum mbak Lita. Saya mau buat minuman teh manis kemasan gelas plastic yang di seal. Bagaimana caranya biar minuman ini tahan dan awet untuk di pasarkan. misal pake natrium/ kalium benzoat berapa komposisinya. Tolong di reply lewat e-mail yach, thx b4 mbak Lita yang manis
ardhani
January 23, 2011 at 4:27 pmMbak, aq mau nanya proses pembuatan untuk tea cup bagaimana? untuk pengawet yang di gunakan itu apa terima kasih.
Rido
March 26, 2011 at 12:16 amsaya lagi bingung.air prosea reverse osmosis,kalau udah agak lama rasa dan bau muncul.gimana solusinya ya,agar tanpa pengawet tapi tahan lama.kalau pakai zone kayak merk yg lain ya bisa.tapi apa tdk ada cara lain ya?
dewi
July 7, 2011 at 12:19 pmterima kasi banyak ya mbak, infonya 🙂
arybowo
November 15, 2011 at 12:21 pmmbak lita, saya kepengen usaha sari kedelai (home industri) yang dikemas dalam botol plastik.. sy ingin memproduksi sari kedelai yang bisa tahan lama tapi tanpa menggunakan bahan pengawet kimia.dengan sistem UHT itu bgm caranya? alat apa saja yang dibutuhkan? mohon sarannya lewat email ya mbak.Terimakasih
almi
June 16, 2012 at 10:31 pmHii..Ms.Lita.!!!! Ini kali pertama saya terjumpa blog anda. Maklumat yang menarik untuk kita di kongsi .Sebetulnya saya juga sedang mencari solution untuk membuat minuman herba tanpa bahan pengawet. Jadi sekiranya ada yang sudi berkongsi ilmu tersebut tolong email di alamat saya. tks 4 yo in4mation.