Suplemen pre/probiotik dalam susu formula

Ide prebiotik diilhami ASI

Sudah beberapa tahun ini susu formula bayi diberi tambahan oligosakarida (salah satu jenis gula sederhana/berantai pendek). Ini didasarkan pada dugaan dan hipotesa awal bahwa oligosakarida mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Dampak oligosakarida terhadap kekebalan tubuh baru diketahui tengah tahun lalu (2006) lewat publikasi sebuah penelitian. Sedangkan bagaimana dan peran apa yang dimiliki oligosakarida dalam mekanisme kerja sistem kekebalan tubuh sendiri hingga saat ini belum ada penjelasan yang menyeluruh serta memuaskan.

Mengenai ide awal pemilihan oligosakarida sebagai fortifikasi susu formula sendiri ada beberapa alasan, di antaranya adalah ‘resep’ nenek moyang dan (yang paling shahih adalah) kandungan ASI.

Sebagaimana kita maklumi, susu formula adalah pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyusui bayinya secara penuh. Karena itu komposisi yang mendekati ASI sangatlah membantu memberikan ‘assurance’, keyakinan, ketenangan hati, kepada para ibu (dan ayah) yang selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Tentu menjadi salah kaprah apabila ibu memilih berhenti menyusui dan memberikan susu formula sebagai pengganti ASI, dengan dasar pemikiran kandungan susu formula lebih lengkap dan lebih layak bagi bayi daripada ASInya sendiri.

Susu formula dengan suplementasi prebiotik

Perusahaan besar yang memiliki perwakilan dalam penyelenggaraan penelitian tersebut kini menggelar promosi satu jenis susu formula atas nama salah satu mereknya. Nutricia, yang bernaung di bawah Numico, memperkenalkan ‘resep’ baru bagi lini Nutrilon Royal-nya: Immunofortis, berslogan 'immunity for life' (baca Immunity breakthrough from Nutricia).

Yang menjadi perhatian saya adalah:

Jika memang studi formulasi campuran fruktooligosakarida (FOS)-galaktooligosakarida (GOS) (ya prebiotik itu tadi) memakai subyek bayi 0-6 bulan, maka tidak terlihat pentingnya susu ini diberikan pada anak usia 1 tahun ke atas. Terutama mengingat sensitifitas anak yang mulai berkurang seiring pertumbuhannya, dan sebagian besar anak akan ‘sembuh’ (outgrow) dari dermatitis atopi (atau eksim) yang dialaminya pada 1 tahun pertama kehidupannya.

Dari mana saya mengambil simpulan bahwa susu ini ditujukan bagi anak usia 1 tahun ke atas? Ada peraturan bahwa produk pengganti ASI yang ditujukan bagi bayi berusia 0-12 bulan tidak boleh dipromosikan terbuka di media massa. Karena produk ini diiklankan, maka dengan sendirinya ‘harus’ memiliki target usia 1 tahun ke atas.

Itu simpulan sekejap sebelum mencari tahu langsung di informasi produknya. Dan ketika dilihat di penjelasan produk Nutrilon Royal, memang ada 4 tahapan produk yang tersedia, masing-masing untuk rentang usia tertentu. 

Bisa jadi suplementasi ini memang membantu para ibu yang tidak mampu menyusui bayinya yang masih berusia 0-12 bulan dengan risiko dermatitis atopi. Tapi -sekali lagi- saya tidak melihat sifat mendesak dari pentingnya memberikan susu dengan suplementasi ini pada anak berusia 1 tahun ke atas.

Prebiotik mencegah timbulnya dermatitis atopi

Dari mana kisah suplementasi prebiotik dengan klaim kekebalan tubuh ini bermula? Saya menduga dari sini (berdasarkan keterlibatan dua penelitinya yang mewakili Numico):

A mixture of prebiotic oligosaccharides reduces the incidence of atopic dermatitis during the first six months of age. G Moro1, S Arslanoglu1, B Stahl2, J Jelinek2, U Wahn3 and G Boehm4

  1. Center for Infant Nutrition, Macedonio Melloni Maternity Hospital, Milan, Italy
  2. Numico Research Germany, Friedrichsdorf, Germany
  3. Charité Campus Virchow Klinikum, Berlin, Germany
  4. Sophia Children’s Hospital, Erasmus University, Rotterdam, Netherlands

Ringkasan penelitian dapat dilihat di sini sedangkan komentar terhadapnya dapat dilihat di sini.

Immunity for life: terbatasnya lingkup penelitian, luasnya klaim produk

Membantu meningkatkan daya tahan tubuh secara alami. Demikian pengantar tagline 'immunity for life'. Yang sebaiknya dijadikan pertimbangan bagi yang berminat terhadap produk ini adalah:

  1. Pengamatan penelitian ini terbatas pada dermatitis atopi, bukan reaksi alergi lainnya, apalagi yang berkaitan dengan kekebalan tubuh secara umum seperti infeksi ‘standar’ balita semacam flu, selesma, dan lain-lain, seperti yang dikesankan pada iklan.
  2. Susu formula yang digunakan (pada penelitian) memang menggunakan basis racikan hipoalergenik. Jadi tanpa suplementasi prebiotik pun sudah dapat menurunkan risiko munculnya reaksi alergi (terhadap susu sapi) berupa dermatitis atopi.
  3. Usia subyek penelitian yang tidak mencakup seluruh rentang usia balita, seperti yang dikesankan pada promosinya.

Holisme

Holism, berasal dari kata holos (yunani), yang berarti semua, seluruhnya, total. Secara definitif, holisme (holistik) adalah gagasan bahwa semua sifat (properties) suatu sistem tidak dapat ditentukan atau dijelaskan dengan cara menjumlahkan masing-masing komponennya. Sebaliknya, sistem sebagai suatu keseluruhan, menentukan bagaimana masing-masing bagiannya berlaku.

Istilah holisme muncul dalam ‘pengobatan’ psikosomatis. Ketimbang menemukan hubungan sebab-akibat satu arah antara tubuh dan jiwa, holisme ini membidik model sistem, di mana faktor biologis, kejiwaan, dan sosial saling bertautan. Gangguan pada satu sisi akan memberi pengaruh pada sisi lain juga. Pada taraf ini, holisme mirip dengan model kedokteran biopsikososial (haduh, susah ya istilahnya!).

Dalam bidang pengobatan alternatif, holisme melakukan pendekatan perawatan pada penyebab penyakit sekaligus gejalanya. Contoh terapi holisme ini misalnya akupunktur, ayurveda, pengobatan Cina, pijat kepala India, pengobatan naturopati, Qi Gong, reiki, dan refleksologi. Pengobatan ini umumnya tidak berasal dari tradisi medis-ilmiah yang berkembang di Barat, dan juga sering tidak memiliki bukti ilmiah yang cukup untuk menyokong klaimnya.

Baiklah. Cukup untuk penjelasan mengenai istilah. Ini yang lebih penting:

Holistic nutrition: is it really whole-ly?

Nestle mempromosikan Excella Gold dengan tagline ‘holistic nutrition’. Sebelumnya produk ini tidak diberi label apapun, tapi suplementasinya tidak berubah: probiotik. Tepatnya dari jenis Bifidus.

Dengan prasangka baik, produsen tentunya tidak berniat untuk menggaet calon konsumen yang fanatik terhadap jalur pengobatan holisme hanya dengan berbekal tagline. Kan? Tagline yang tidak ada hubungannya dengan pengobatan holisme. Ataukah ada? Probiotik dapat mempengaruhi kejiwaan dan sisi sosial anak?

Apa yang menyebabkan produk ini dilabel nutrisi holistik? Probiotiknya? Dari bongkar-bongkar arsip jurnal pediatrik, kok ya tidak ada yang menyebut-nyebut ada penelitian tentang probiotik yang berhubungan dengan kejiwaan.

Apa? “Tentu saja tidak ada”? Jadi saya mencari di tempat yang salah? Sebetulnya ada atau tidak sih, dasar ilmiah klaim ini? Yang didukung bukti ilmiah dan ulasan yang memuaskan pertanyaan orang-dengan-banyak-pertanyaan macam saya.

Atau ini sekadar istilah baru yang memang tidak perlu dibuktikan secara ilmiah karena tidak ada hubungannya dengan kandungan produk yang dipromosikan? Karena memang tidak ada hubungannya dengan kejiwaan? Karena maksudnya hanya ingin mengesankan ke-alami-an proses (apapun itu) yang dipromosikan? Karena holistik identik dengan alami?

Mungkin maksudnya whole dalam artian 'menyeluruh'? Menyeluruh yang bagaimana? Atau… ini permainan definisi kata saja? Karena whole –sebagai predikat- dapat diartikan sebagai 'sehat'? Nutrisi (untuk) kesehatan, begitu? *keluh*

Pergeseran cara promosi susu formula

Saya amati, iklan susu formula akhir-akhir ini bergeser dari ‘mendongkrak kecerdasan anak’ menjadi ‘mewujudkan anak yang sempurna, dari akal, fisik, hingga kejiwaan' (kepemimpinan, empati, proaktif, sifat apapun itu yang baik dan membuat ibu-ibu bahagia). Selain, tentunya, klaim tentang betapa sehatnya anak jika minum susu tersebut.

Ini pendapat saya: Nutrisi untuk jiwa? Yang benar saja.

Rekan ibu di manapun, saya sangatlah mengerti. Sebagai sesama ibu, kita menginginkan yang terbaik bagi anak. Dalam memberikan yang terbaik, kita bersedia mengorbankan apapun. Jiwa, jika perlu. Satu yang jangan diserahkan pada siapapun: akal sehat. Siapapun dan bagaimanapun seorang anak ditampilkan dalam iklan, belum tentu diakibatkan oleh susu yang dipromosikan.

Bukan susu yang melakukannya, tapi anda

Susu tidak membuat anak menjadi pintar. Susu tidak membuat anak menjadi seorang pemimpin. Susu tidak membuat anak menjadi bintang. Susu tidak mengantar anak menjadi juara.

Susu tidak membuat anak cerdas melalui indra pelihatnya (walau dalam logika sederhana, mata yang sehat tentu dapat menunjang kegiatan apapun, termasuk proses belajarnya). Tanpa susu tersebut anak tetap akan belajar dengan melihat. Bayi berumur sebulan juga sudah mulai mempelajari lingkungannya dari apa yang didengar dan dilihat, jauh sebelum ia mengenal susu yang diiklankan.

Orangtualah yang berperan dalam mengembangkan kepribadian anak, bukan makanan. Interaksi dengan orangtualah yang merangsang perkembangan kecerdasan anak, bukan makanan. Pendidikan dan bimbingan dari orangtualah yang memperkaya kecerdasan emosional anak, bukan makanan.

Bukan mainan edukatif yang membuat anak pintar, tapi proses bermain, peran orang yang menemaninya bermain, dan kesempatan bermain itu sendiri yang ‘mendidik’nya. Bukan susu yang mendorong perkembangan empati, sifat kepemimpinan, proaktif, kecerdasan, kecerdikan, sifat suka menolong, gemar membantu, suka berbagi, baik hati, dan tidak sombong (eh, kaya janji pramuka aja).

*Saya pernah berkomentar serupa di sini, untuk bahasan yang samasekali lain

Jangan biarkan ilusi iklan memperdaya anda dari tanggungjawab. Andalah yang memiliki peran di sana. Atau nenek, kakek, pembantu, atau pengasuh anak, siapapun yang paling intim menghabiskan waktu sehari-hari bersama anak. Secara langsung. Susu dan suplemen tidak mengeluarkan yang terbaik dari anak. Anda (dan mereka)lah yang melakukannya.

53 Comments

  1. Luthfi

    April 24, 2007 at 9:46 pm

    Loh, koq mereknya disebutin secara gamblang … biasanya dibintangin, biar gak ke indeks
    apa ini pertanda jadi duta nutricia

    duta nutricia detected

    *kembali kerja*

  2. Rani

    April 24, 2007 at 10:36 pm

    Nestle adalah perusahaan sudah tercatat melakukan promosi formula paling tidak etis sedunia..

  3. Lita

    April 24, 2007 at 11:02 pm

    Luthfi
    Sengaja, biar yang pada nyari info tentang produk itu dateng ke sini sekalian πŸ˜‰
    *tadinya emang ditutupi bintang*
    Duta? Coba dibaca ulang, bagian mana yang mempromosikan (baca: menyanjung)?

    Rani
    Iya, konon emang paten banget tuh :p

  4. evi

    April 25, 2007 at 9:06 am

    jadi ingat susu formula nasywa waktu umur 0-6 bln, kebetulan saya pakai morinaga disitu tertulis “body defence” tp tetap aja nasywa masih suka pilek atau batuk. Ayahnya sampai bilang apa ini body defence? palsu…ga ngaruh!!

    menurut saya faktor pertahanan tubuh anak, ya tergantung pada pola asuh, lingkungan dsb. saya setuju dengan pendapat mba lita.

    1. ade

      December 17, 2008 at 2:29 pm

      Perasaan anti body gga dari susu deh. susu mah Cuma ngebantu aja…. Tapi dari pengaruhnya bisa dari yang lain-lain juga……..anaknya alergi gga ya? lingkungan gimana? saya setuju tuh ama pendapat mba Lita. Gga etis juga sih ngomongin kalo tuh produk palsu, pasti ada DEpkes nya. Tapa bisa juga sih..orang juga bisa dipalsuin.qqqqqqq…..

  5. nYam

    April 25, 2007 at 4:26 pm

    kalo ada yang cukup sadis buat bikin eksperimen, coba kasih anak-anak susu berlabel segala macam itu. tapi tanpa komunikasi. yah promo kecerdasan jiwa raga itu bakal gugur juga. tapi sadis amat ya eksperimennya.

    baidewe, aku dah konsul DSOG ku soal (kemungkinan aku kena) lactose intolerance. jawaban blio: yap, semakin pasti kalo nanti anak ibu ga boleh kena susu formula, setidaknya di 2 tahun pertama

    untuk kali pertama, aku bersyukur banget berbakat alergi+lactose intolerance ini. jadi punya tameng superampuh buat menghadang kemungkinan serbuan “kok-ga-dikasih-susu-X?”

  6. iway

    April 25, 2007 at 5:09 pm

    Susu tidak membuat anak menjadi pintar…………
    setuju mbak! minum susu tapi ga belajar tetep aja bloon

  7. ira

    April 25, 2007 at 6:07 pm

    om, eh… tante ya…?
    mo tanya… anaknya minum susu merk apa..???
    hihihihihiiii

  8. indah

    April 25, 2007 at 9:50 pm

    hehe…baru aja terlintas di pikiran komentar salah satu Ibu yang bilang ntar anaknya mo dikasih bubur instan X, karena dia liat anak tetangganya yang dikasih produk tersebut jadi lincah dan aktif banget. Apa iya makanan bisa berpengaruh ke keaktifan anak? bukannya itu tergantung karakter anak masing2 ya?
    Klo iya bisa ngaruh pasti aku udah nanya ke Lita, Daud maemnya apa? ntar aku kasih juga ke Rafi. Tapi sebelum itu aku ragu dengan hasilnya. Wong emang Daud itu aktif anaknya dan Rafi kalem. ga ngaruh mo dikasih maem yg sama jg… hehe…:)

  9. Lita

    April 26, 2007 at 1:13 am

    Evi
    Hehehe… klaim sih biasanya didasarkan pada asumsi yang dibuat produsen ya.
    Masalahnya, kita hampir selalu tidak diberitahu asumsinya, dan dibiarkan mengambil asumsi plus simpulan sendiri.

    nYam
    Apa ada ya, yang mau jadi respondennya?
    Lha, ntar pertanyaannya ganti dong: “Kenapa ngga ngasih susu pepti-atau-apalah-itu-aku-ngga-hapal yang formulanya khusus untuk anak dengan intoleransi laktosa?” Hihihihi…
    Ngomongs, ASI kan pasti mengandung laktosa, lho.

    Iway
    Kalo bisa pinter dengan minum susu tanpa belajar, pasti anak yang orangtuanya kuat menyuplai susu formula ‘terbaik’ (yang harganya ngujubileh mahalnya itu) paling pinter ya?
    Untungnya ngga… hehehe…

    Ira
    Ini nanya ke mas Iway, ya?
    ASI, tuh! Sukses ASI eksklusif 6 bulan, lho! *salut*

    Indah
    Makanan bisa jadi ada pengaruhya. Anak tertentu peka terhadap kadar glukosa, kandungan coklat, atau lainnya.
    Tentu saja ini belum tentu berlaku di anak lain. Jadi ya tergantung karakter dan fisik ‘bawaan’nya si anak.
    Daud dikasih makan apa aja kayanya kelakuannya gak ada bedanya hehehe…

  10. Guntar

    April 26, 2007 at 12:30 pm

    Γ’β‚¬Λœholistic nutritionÒ€ℒ: seolah2 nutrisi bisa mbikin anak jadi tambah sehat scr fisik, akal dan spiritual :mrgreen: . Dan amat sepakat sekali, mbak Lita. Jangan sampe nutrisi mbikin orang tua jadi berlepas tangan, dan berharap nutrisi bisa melakukan segalanya. Utk pilih nutrisi, jangan ngeliat jargon atau apapun kata2 indah promosinya, tapi kudu bener2 pahami kandungan2nya (baca: ikuti petunjuk mbak Lita πŸ˜€ )

  11. cakmoki

    April 26, 2007 at 4:45 pm

    Satu yang jangan diserahkan pada siapapun: akal sehat

    .
    Kata Tim Promosi (virtual): “Buat istilah umum yang spektakuler, atur sedemikian rupa sehingga dapat membius akal sehat”.
    Istilah bernuansa holistik biasanya jadi pilihan agar ada celah ketika muncul keberatan atau sanggahan terhadap klaim suatu produk. Mungkin memanfaatkan moment juga ya

  12. Rina

    April 27, 2007 at 12:58 pm

    untuk satu tahun ke atas… susu hanya pelengkap aja
    cuma suka sebel kalo ada ibu2 yg bilang… daripada anaknya ga makan… kasih susu aja deh …
    dasar ibu2 pemalas neh (marah.com)
    Mba Lita… makasih tulisannya… boleh aku forward2 kan
    Thanks

  13. Amd

    April 27, 2007 at 11:57 pm

    Mbak, Nadira sampai sekarang masih keukeuh ndak mau minum susu nih… Akhirnya kami nyerah dan ibunya-lah yang minum susu banyak-banyak, Nadira tinggal memperoleh “produk jadi”-nya saja (ASI), hehe…

    Akan tetapi, toh tanpa susu Nadira masih tetap bisa tumbuh jadi anak yang sehat, aktif, dan gembul… Daya tahannya juga bagus, dan juga cerdas (duh muji anak sendiri).

    Intinya jangan terpengaruh iklan-iklan bombastis dan seolah menjanjikan di tivi-tivi itu ya Mbak? Hehe…

  14. Lita

    April 28, 2007 at 12:17 am

    Guntar
    Weqeqeqeq… Jangan lupa baca peringatan: gunakan sesuai dosis yang dianjurkan, sesuai petunjuk pada label πŸ˜€
    Jargon mah urusan pemasaran. Soal bukti, biar fakta bicara.
    *huuuuuuu…. *

    CakMoki
    Hehe… saya merasa seolah selalu ‘melawan’ tim marketing nih, cak.
    Gak papa lah ya. Pemerintah aja punya oposan, masa pemasaran ngga πŸ˜‰
    *ngeles*

    Rina
    Tenang mbak, atur napas dulu πŸ˜€
    Belum tentu pemalas, lho.
    Ada yang udah jungkir balik nyobain segala resep, anaknya masih ogah makan juga.
    Ibu saya begitu :p

    Dasar emang waktu kecil saya super susah makan.
    Yang pasti saat itu solusinya bukan susu, soale saya juga susah minum susu (dulu).
    Kalo ngga sambil dipelototin, segelas susu di pagi hari itu pasti numpang mampir doang di meja makan untuk kemudian ketemu ember di tempat cucian piring.

    Yang kelewat mungkin satu: tega.
    Kalau ngga tega-an, susah juga ngajarin anak untuk ‘solusi lapar adalah makan, bukan minum susu’.
    Untungnya ibu saya dulu cukup tega (atau nyerah ya? hihi…).
    Kalo laper gak ketahan, makanan di meja ya dimakan juga :p

    Boleh diteruskan.
    Jangan lupa sertakan link-nya ya πŸ™‚

    Amd
    Wah, pastinya emak-bapak udah ngakalin abis-abisan, ya? πŸ™‚
    Ngga papa, sumber kalsium ngga cuma susu, kok.
    Disogok es krim, puding, yogurt apa masih gak mau? *sangsi*

    Sip.. sip… Nadira ngga pengen bikin emak-bapaknya tertipu iklan tuh.
    Pinter ya πŸ˜€
    Sehat selalu ya, neng. Hobi belajar biar cerdas πŸ˜‰

  15. Om Sulis

    April 28, 2007 at 5:33 pm

    Numpang nanya mbak lita, klo makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang menyusui,ngaruh gak sih ke kualitas asi-nya? trus seberapa besar? Klo ngaruh, makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi oleh ibu yang menyusui? Terima sebelumnya πŸ™‚

  16. Marsikova

    May 2, 2007 at 9:48 am

    Susu tidak membuat anak menjadi pintar.

    Hahahaha… PAS dan DALEM banget, Jeng. Secara iklan-iklan pada berlomba memperlihatkan gambar anak-anak yang bisa juara melulu kalo minum susu mereka πŸ˜€
    Sungguh penghinaan terhadap intelejensia manusia.

  17. Marsikova

    May 2, 2007 at 9:51 am

    Susu tidak membuat anak menjadi pintar.

    Hahahaha… PAS dan DALEM banget, Jeng. Secara iklan-iklan sibuk menggambarkan anak-anak yang bisa jadi juara melulu kalo minum susu mereka.
    Sungguh penghinaan terhadap intelejensia manusia πŸ˜€

  18. danu

    May 2, 2007 at 11:00 am

    kalo gak salah, iklan2 spt susu atau obat, sebelum iklan itu disiarkan di media massa mesti dibawa dulu ke bpom-nya depkes buat diteliti apakah melanggar aturan depkes yang banyak itu spt pencantuman menyembuhkan atau aman. cuma kadang, mungkin, antara desain iklan (atau ‘gambar cerita’ untuk iklan televisinya) yang dibawa ke bpom berbeda dengan yang udah jadi (atau yang tayang di media massa). *emang kudu ada oposannya bu, kalo gak nanti konsumen diakalin terus*

  19. Eep

    May 3, 2007 at 6:53 am

    buat jeng lita, sorry numpang kontak..
    itu guntar blognya pindah kemana ya..? di RSS sy selalu report error…
    halo guntar…, where are you..? πŸ™‚

  20. Evy

    May 4, 2007 at 9:17 am

    Aku dulu kebanyakan susu malah kena asam urat hahaha, sehari 6 gelas dasar rakus kaya bayi sehat, nggak jd pinter tapi molor melulu…hihihi, brenti minum susu jd kurus, skrg kumat lagi neh minum teh pake cream jd gembul lagi…

  21. yanti

    May 4, 2007 at 12:22 pm

    wah mba.. masih banyak ternyata pembodohan2 produk yah….
    lantas apa tugasnya badan konsumen itu??

  22. Lita

    May 5, 2007 at 11:27 am

    Om Sulis
    Jawaban singkatnya: berpengaruh, pak. Kalau pola makannya tetap.
    Maksud saya, kalau seorang ibu, suatu hari hanya makan mi instan saja, anaknya tidak serta merta kekurangan gizi.
    Tapi kalau pola makan seperti itu jadi kebiasan, nah itu baru jadi masalah. Anak bisa menderita kekurangan gizi kronis.

    Makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi ibu menyusui?
    Sama saja seperti yang seharusnya dimakan oleh orang ‘biasa’ (yang tidak hamil dan atau menyusui).
    Jumlahnya saja disesuaikan, porsinya jadi 1,25 atau 1,5 kali orang normal.
    Bapak bisa merujuk ke piramida makanan, untuk porsi seimbang masing-masing jenis makanan (biji-bijian/serealia, sayuran, buah-buahan, daging-ikan-telur, susu, dsb.).
    Semoga membantu.

    Mariskova
    Si mbak ini nulis komentarnya mesti pas buru-buru. Lha nulis namanya aja sampe kesrimpet dulu.
    Dua kali pula. Makanya masuk moderasi, mbak πŸ˜€

    Yoih. Gak mungkin banget kan minum susu trus jadi juara umum, menang ini-itu.
    Metode belajar Hikari aku contek ya, mbak πŸ˜‰

    Danu
    Soal susu yang mengaku bisa menyembuhkan, saya nemu satu penjualnya di milis. Susu kolostrum, katanya.
    Ironinya, susu ini justru tidak boleh dikonsumsi oleh yang paling butuh: yang memiliki kelainan pada sistem kekebalan tubuh.
    Sisanya, sependek yang saya tahu, tidak ada susu yang mengaku bisa menyembuhkan atau memperbaiki keadaan. Paling-paling mengaku ‘membantu melindungi…’

    Beda versi untuk audit?
    Macam pembukuan keuangan perusahaan saja, toh? Ada yang untuk pajak, ada yang untuk direksi, ada yang dipegang akuntannya, dan ada yang untuk umum? Hehe…

    Eep
    Iya nih, mas Guntar lagi super sibuk mungkin.
    Gimana RSS gak error. Blognya aja -sumprit- gak bisa diakses. Ada masalah dengan hosting, mungkin?

    Evy
    Lha apa iya tho susu bisa meningkatkan kadar asam urat, bun?
    Hi… 6 gelas? 3 gelas semasa hamil aja harus berusaha keras, nih πŸ˜€

    Doileh, teh pake krim. Asik bener. Ya jelas aja gembul tho.
    Ini duet sama si mbak, ya? Atau jangan-jangan hobi berempat juga? *ngakak*

    Yanti
    Apa dong ya? Ndak komentar, ah. Biar kinerja mereka saja yang menjawab.

    Bisa juga produsen main ‘aman’. Mengambil batas maksimum, berdiri di garis tipis antara legal dan ilegal.
    Menggunakan kata eksplisit yang masih legal, walau kesan dan ajakan implisit sudah melewati batas legal.
    Tapi kesan dapat berbeda, kan? Betul. Ini yang dipegang. Selama bukti eksplisit tidak melanggar hukum, tampaknya sah-sah saja untuk mereka.

    Konsumen harus sadar diri untuk terus belajar agar waspada.
    Susahnya jadi konsumen jaman sekarang πŸ™‚

  23. Mariskova

    May 6, 2007 at 10:29 pm

    Hehehehe…. saking napsunya gitu loh, Jeng πŸ˜€
    Dakuh gak tau kalo komen gak langsung nongol. Tulung dimaapkeun.

    Eniwei, metode belajar si Kunyil itu, silahkan dipake kalo cocok. Walopun setiap metode sudah diuji dahulu sampe bonyok-bonyok, mohon maap kalo masih kesrimpet juga ;D

  24. Ririn

    May 9, 2007 at 8:23 am

    Kesimpulannya apakah susu murah dan susu mahal itu apakah sama aja????

    1. Lita

      May 10, 2007 at 11:29 pm

      Sila lihat jawaban saya untuk mbak Rifa.
      Sekalian saja, ya πŸ™‚

  25. fatimah

    May 9, 2007 at 9:22 am

    haduh…haduh…kalo susu formula bisa “mewujudkan anak yang sempurna, dari akal, fisik, hingga kejiwaan (kepemimpinan, empati, proaktif, sifat apapun itu yang baik” mah asik buanget!! orang tua tinggal ongkang2 kaki deh, karena semuanya sudah dilakukan oleh susu…hehehe.

    ~dah lama banget gak ke sini, siik..banyak bacaan baru πŸ˜€

  26. osinaga

    May 9, 2007 at 1:02 pm

    maap mungkin pertanyaan nya agak melenceng..saya pernah dengar kalo ibu habis melahirkan kadang ada yg ASI nya ‘kering’ sehingga bayinya ga bisa disusuin.. kira2 penyebabnya apa aja ya dan gimana cara mencegahnya? Tx.

    1. Lita

      May 10, 2007 at 11:38 pm

      Penyebabnya beragam sekali dan tidak selalu sama untuk masing-masing ibu. Bahkan untuk setiap kehamilan.
      Ada yang ASInya sama sekali tidak keluar setelah kelahiran anak pertama, tapi melimpah dan sukses ASI eksklusif 6 bulan setelah kelahiran anak kedua.
      Ada yang karena faktor psikologis, ada yang tidak menemukan jawabannya (ya sudah, begitu saja, kasus kelainan yang tinggal ‘terima jadi’).

      Mencegahnya? Kalau penyebabnya bukan genetis atau kelainan, memperbanyak ilmu tentang menyusui (termasuk segala persiapan sebelum kehamilan) dapat membantu meningkatkan percaya diri dan ketenangan hati, sehingga ASI dapat diproduksi secara optimal.
      Masuk dan berkawan dengan komunitas ibu akan sangat membantu memperkaya wawasan, sharing pengalaman sangat berharga karena kita tidak mungkin harus mengalami satu per satu kejadian untuk mendapatkan hikmah atas sesuatu.
      Support group juga dapat dipilih. Konselor atau konsultan laktasi dapat membantu memberikan informasi yang benar seputar menyusui dan mencarikan pemecahan masalah yang dihadapi.
      Banyak jalan menuju sukses.

      Yang harus diingat, ketika ternyata pada akhirnya toh tidak mampu menyusui (karena ASI samasekali tidak keluar) dan terpaksa memberi susu formula atau menyusukan bayi ke orang lain, ibu tidak perlu merasa bersalah.
      Ibu tidak ‘berdosa’, ini bukan dalam kendali dan pilihannya.
      Tingkat kepedulian, cinta, dan kasih sayang ibu tidak HANYA ditentukan oleh pemberian ASI.
      Ibu yang memilih memberikan susu formula juga tetap dapat memberi cinta dan kasih yang dibutuhkan bayi.
      Dan ini jika susu formula adalah solusi terakhir kala jalan lain (misalnya relaktasi) yang ditempuh menemui kebuntuan.

      Semoga membantu menjawab ya πŸ™‚

      1. Eep

        May 11, 2007 at 5:44 am

        anak pertama saya tidak mendapat asi sama sekali.., karena entah mengapa.. air susu ibunya tidak keluar. kami sudah berusaha kesana kemari supaya ASI nya keluar. tapi ya sudah kami sudah berusaha.
        barulah anak kedua kami mendapatkan ASI yang berlimpah. saking berlimpahnya.., bapaknya juga kebagian.. @%#*$^@brakbruk plok%$@*^$@^$ heheheheh,
        *kaburrr

  27. renee, bundanya aila

    May 10, 2007 at 12:28 pm

    hebat ya susu formula…hebat bohongnya maksudku.
    bener2x semakin gak etis nih menurutku.
    apa juga hubungannya masalah perkembangan jiwa & kandungan susu???
    bisa2x gak laku nih temen2xku yg psikolog perkembangan anak & psikolog pendidikan πŸ˜€

    1. Ketty

      May 18, 2007 at 12:23 pm

      Komentar yang mewakili Salesman, SPG, dan Product Manager susu Formula:
      “Lha piye maneh kalo sudah dibebani target dari managemen yang edan tenaaaaann ga masuk akal…
      Dalam hati bilang ga etis, tapi banyak perut yang musti dikasih makan..”

      *ngeles mode*

  28. rifa

    May 10, 2007 at 1:45 pm

    mbak lita, aku baru nemu nih blognya mbak lita waktu searching di google tentang HIB…
    bagus banget nih..sangat informatif sekali
    btw, apa iya susu mahal (seperti susu formula keluaran wyet) itu paling bagus buat baby kita? soalnya kadang promo untuk susu produk wyett (S**) itu dari mulut ke mulut yang selalu merekomdasikan agar baby kita juga meng-komsumsi susu tersebut karena formulanya paling mendekati asi.
    trus, brarti susu2 formula yang lain kurang recommended dong….

    1. Lita

      May 10, 2007 at 11:24 pm

      Paling bagus tentu saja ASI kan ya, mbak Rifa πŸ™‚
      Next, baru susu formula.

      Promo dari mulut ke mulut biasanya berdasarkan pengalaman.
      Apakah pengalaman melibatkan perbandingan kandungan dan uji ‘khasiat’ antara ASI dan susu formula tersebut?
      Harusnya kan begitu ya, jika ‘berani’ bilang formulanya paling mendekati ASI.
      Tapi… orangtua mengadakan uji? Rasanya tidak :p

      Kalau pengalaman bilang “Susu anu cocok lho untuk anak saya”, semua ibu yang sudah menemukan susu yang cocok untuk anaknya akan punya rekomendasi masing-masing.
      Dan pastinya tidak sama.
      Anak pertama saya cocok dengan satu merek ‘murah’.
      Tapi sebagian ibu dengan latar belakang ekonomi menengah atas dapat mengerutkan dahi mendengar merek ini.
      Jangan-jangan saya dibilang ‘tidak sayang anak’ (maaf… sebagian teman mendapat komentar seperti ini dari koleganya, hanya karena mereka memberi ASI saja selama setahun [tanpa susu formula] atau memberi susu formula yang tidak berharga mahal -medium, lah, produk dalam negeri).
      Ah, bukan pendapat orang yang penting dan menentukan keputusan kita, bukan? πŸ˜‰

      Kalau merujuk ke klaim produsen, hampir semua produk susu mahal versi royal, gold, platinum, dan semacamnya (pokoknya versi paling mahal dari masing-masing produsen) mengklaim ‘paling mendekati ASI’.
      Apakah semuanya akan langsung dipercaya?
      Kan ngga mungkin semua betul, ya.
      Namanya paling ya cuma satu.
      Masalahnya, yang mana yang paling mendekati ASI? πŸ™‚
      Saya rasa, iklan susu formula kok mirip ‘kebiasaan’ promo kecap.
      Kecap saya nomor satu! Semua juga bilang gitu hehehe…

      Saran saya sih, jangan makan mentah-mentah klaim produsen.
      Gali informasi secukupnya untuk membuat keputusan, tapi JANGAN yang berasal dari produsen, kecuali untuk keterangan ‘komposisi (ingredients)’.
      Bagaimanapun, semua produsen kan ingin produknya diakui sebagai yang nomor satu toh πŸ™‚

      Kalau mbak tanya saya, saya bilang nyaris semua susu formula sama saja.
      Mahal atau murah, bukan itu yang penting.
      Suplementasinya apa, bukan itu juga yang penting.
      Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat membantu menjawab/memandu ‘pencarian’ susu bagi anak:

      Yang pertama dan paling penting adalah: anaknya umur berapa?
      Kalau sudah lebih dari setahun, tidak perlu susu formula khusus.
      Susu cair full cream biasa sudah cukup.

      Yang kedua: komposisinya memenuhi standar nutrisi yang diperlukan bayi.
      Ini pasti HARUS dipenuhi oleh semua susu formula.
      Nah, kalau susu formula ‘murah’ sudah memenuhi standar ini, buat apa cari yang mahal?
      Gengsi, kah? Terpengaruh iklan kah?

      Yang ketiga: cocok. Ini bisa dilihat dari reaksi anaknya.
      Sembelit atau malah diare, suka rasanya atau tidak, dll.

      Yang keempat (kembali ke pertimbangan pertama): harga itu penting, lho.
      Jangan sampai perhatian anggaran terkuras ke susu formula.
      Sementara anak sudah masuk masa konsumsi MPASI, atau malah sudah lebih dari setahun.
      Kalau kebutuhan gizinya tidak lagi bergantung penuh pada susu, sebaiknya konsentrasikan pada menu makanannya sehari-hari, yang -seharusnya- asupannya lebih banyak daripada susu.

      Saya tidak bisa menjawab langsung soal merek. Karena saya yakin pendapat semua orang tidak sama.
      Karena itu jawabannya saya serahkan kepada masing-masing, dengan bantuan 4 ketentuan tadi.
      Semoga membantu, mbak Rifa.
      Salam kenal πŸ™‚

  29. Eep

    May 11, 2007 at 5:48 am

    kami juga pakai susu formula yang murah meriah, tapi kagak pake mencret sih.
    dulu kami pernah pakai yang merk lebih mahal berbau jepang namanya, malah oleh dokter anak waktu itu disarankan untuk pakai yang murah ini, katanya yang mahal tadi kandungan proteinnya terlalu banyak, tidak baik buat si balita katanya.
    sekarang anak-anak kami masih menggunakan susu yang murah itu.

    1. Lita

      May 11, 2007 at 10:08 pm

      Yang penting cocok. Ya mas? πŸ˜‰
      Ngomongs, gadis-gadis cantik kan sudah tidak butuh susu formula toh?
      Pindah ke susu sapi cair biasa saja, gimana?
      Kadung kerasan, ya? Hehe… πŸ™‚

  30. yusuf Solo

    May 12, 2007 at 2:14 pm

    idealnya memang ASI sampek 2 tahun, 1 tahun harus sudah bisa makan nasi… tapi kalo namanya wanita bekerja bagaimana hayooo..?

    1. Lita

      May 12, 2007 at 2:31 pm

      Yang serius, dok.
      Masa belum pernah dengar ASI perah, tho?
      Banyak lho ibu bekerja (kerja kantoran, maksudnya) yang sukses ASI eksklusif.
      Bahkan ada yang meneruskan menyusui sampai anaknya menyapih diri sendiri di usia 3 tahun πŸ™‚

      Bawa coolbox ke kantor (padahal berangkat-pulang kerja naik bis! bayangkan tekadnya… ckk ckk… ), numpang kulkas kantor, bikin stok di rumah sampai berliter-liter, dll.
      Berbagai sharing sudah ada di posting tentang ASI dan susu formula yang tayang tahun lalu.
      Langsung dari tangan pertama: ibu bekerja. Sip banget, kan?
      Banyak jalan menuju ideal πŸ˜‰

      Anak makan nasi juga tidak ditentukan oleh ibunya bekerja atau tidak.
      Kalaupun anak ditinggal, yang mengasuhnya di rumah kan bisa ‘dilatih’ untuk memberi MPASI dengan tahapan dan menu yang tepat, tho?

      Eh, ngomongs, apa hubungannya dengan suplementasi susu ini, ya?
      Atau memang tidak ada dan bermaksud menanggapi komentar yang sudah ada?

  31. ira

    May 14, 2007 at 12:14 pm

    bunda lita…
    tulisan barunya manaaaa…????
    perasaan di milis tetep rame dengan postingan dikau, tapi artikelnya ndak nambah…
    *Konsumen Protes!!!*

  32. zenstrive

    May 16, 2007 at 4:27 pm

    punya anak kok kayaknya susah ya?

    and kok kita terasa sekali jadi korban promosi produk, bahkan sebelum membuka mata tuk pertama kalinya di dunia ini….

  33. Ketty

    June 2, 2007 at 1:20 pm

    Hehehe, kalau saya amati, saat ini memang produsen harus makin pintar cari klaim yang menjual dan membuatnya terlihat beda dengan pesaingnya. Produsen juga harus pandai2 mencari, sebetulnya apa sih yang diharapkan dan paling diharapkan oleh para orangtua terhadap anaknya. ya semuanya toh, brain body and soul (jiwa) yang baik. Kebetulan yang lagi ngetrend saat ini adalah soul development.
    Kalau saya amati, kebutuhan ini dipicu oleh rasa bersalah sebagian ortu (moms and dads) saat ini yang sebagian besar waktunya dihabiskan di luar rumah, sehingga aspek pendidikan (baik otak maupun jiwa anak) dirasa kurang optimal diberikan terhadap anak. Selain itu, ada ketakutan dari ortu akan masa depan anak, bagaimana anak bisa survive dalam hidup kelak, di bumi yang dah makin tua ini.
    Mungkin aja, ada kebutuhan bagi orangtua untuk mencari solusi bagi masalah ini, ntah dalam bentuk susu, makanan, mainan, suplemen, de el el, yang diharapkan bisa mengurangi rasa bersalah karena tidak mendedikasikan cukup waktu bagi anak untuk urusan brain, body and soul ini.
    Produsen mencoba menawarkan produk yang diharapkan bisa memberi rasa aman. dan memenuhi kebutuhan tsb.

    Beberapa tahun lalu yang namanya training pengembangan diri umumnya baru diberikan untuk usia 12 tahun ke atas. Sekarang untuk usia balita pun sudah training model begini. Untuk memupuk kepercayaan diri katanya, menuju insan insan sukses masa datang. Playgroup pun tak cukup lagi rupanya. Namanya bisnis, ada kebutuhan di situ ada peluang (baca: kebutuhan untuk mengatasi rasa bersalah tadi, plus ketakutan ortu karena persaingan di masa depan makin berat).

    Sabar ya Mbak Lita, kali ini saya mewakili para copywriter dan biro iklan yang tugasnya nyari klaim dan image yang bombastis sesuai needs customer, hehehe.
    Eniwei,setiap klaim iklan harus ditelaah secara rasional, sebelum memutuskan tuk beli produknya.

  34. shinta

    June 11, 2007 at 7:35 pm

    ya susu formula emang penting kali. kalo anak dah usia 6 bulan ke atas.apalagi kalo anak udah umur satu taon lebih.karena pasti asi dari ibu dah ga sebagus dulu (maksudnya pas bayi masih umur 0-6bln).gini, logikanya dulu pas anak masih 0-6 bln pasti ibu sangat memperhatikan asupan gizi yang ia makan so si beby akan mendapat manfaat yang maksimal. tapi ketika waktu berlalu pasti akan sangat susah sang ibu menjaga makannya. mulai makan yang aneh2 dan tentunya dah mule sibuk dengan aktifitas normalnya. so kadang gizi untuk tumbuh kembang anak jadi kurang terpenuhi juga. padahal anak dah mulai aktif dan membutuhkan asupan gizi yang semakin kompleks pula. nah pasti akan sangat membantu jika susu formula mulai diberikan tanpa menghilangkan asi itu sendiri…
    untuk jenisnya mungkin kita serahin saja pada selera sang anak. kita coba dari A sampe Z pasti ntar ketemu yang pas.kalo gizi nya gw rasa hampir semua seragam.kadang iklan susu aja yang sangat provokatif sehingga seolah2 susu produk dia yang tepat untuk anak kita.
    kalo dah selera kan anak jadi mudah minum susu, tanpa paksaan.buat apa susu mahal2 kalo bikin anak jadi malas minum susu…
    satu lgi semua susu akan bikin anak hebat, jika anak kita biasain baca doa sebelum meminumnya…hehe…

    1. Lita

      June 11, 2007 at 11:11 pm

      ‘Ya’? Saya tidak membuat pernyataan bahwa susu formula itu penting kok, mbak πŸ™‚
      *bingung apanya yang di-ya-kan*
      ‘ASI dari ibu sudah tidak sebagus dulu’ adalah kesalahpahaman yang sangat umum.
      Nyatanya sampai anak berusia dua tahun lebih, ASI masih mampu mencukupi 40% kebutuhan gizi anak (mengutip keterangan dr. Utami Roesli).

      Yang lebih tepat adalah: kebutuhan gizi anak bertambah seiring dengan usianya, sehingga di atas usia 6 bulan ia mulai perlu diberi makanan pendamping ASI.
      Sedangkan ketika bayi masih berusia 0-6 bulan, semua kebutuhan gizinya dapat dicukupi ASI tanpa tambahan APAPUN.
      Pernyataan ini tidak berarti kualitas ASI berkurang.
      Kualitas/gizi dalam ASI tidak berbanding terbalik dengan pertambahan usia anak.

      Seringkali orangtua melihat kualitas ASI dari kekentalan.
      ASI terdiri dari foremilk dan hindmilk.
      Yang pertama ringan serta encer, yang kedua lebih berat serta lebih kental.
      Kandungannya berbeda, dan anak dapat mengambil sesuai kebutuhannya.
      Jika haus (tanpa lapar), ia akan minum sebentar.
      Jika haus dan lapar, ia akan minum sampai mendapat hindmilk hingga kenyang.

      Anak berusia 6 bulan ke atas tidak menjadi pertanda bahwa anak memerlukan susu formula.
      Sampai anak disapih atau menyapih dirinya sendiri, anak samasekali tidak membutuhkan susu formula kok.
      Mungkin betul, bahwa susu formula dan ASI dapat sangat membantu.
      Tapi betul kata mbak, bahwa iklan susu memang seringkali sangat provokatif sehingga kita dibimbing menuju pemahaman yang bias antara perlu, penting, dan ingin.

      Apapun yang diklaim oleh produsen susu formula, SEMUA telah tersedia di ASI.
      Jika ASI saja sudah cukup, untuk apa diberi tambahan susu formula?
      Assurance? Jadinya untuk menenangkan hati orangtua dong, bukan demi si kecil lagi πŸ™‚

      Soal menjaga makan, tergantung ibu dong, ya.
      Seharusnya sih, menyusui, hamil, atau tidak keduanya, asupan makan tetap baik.
      Jadi perhatian terhadap nutrisi tidak ‘sekadar’ untuk anak, melainkan juga demi diri sendiri.
      Makan ‘aneh-aneh’ sesekali tidak apa-apa, kok.

      Soal kesibukan juga ternyata tidak menjadi penghalang bagi banyak ibu menyusui yang tetap memberikan hanya ASI hingga anaknya berusia dua tahun. Konsistensi untuk memerah ASI dan membawanya dari kantor ke rumah adalah perjuangan yang luar biasa.
      Asupan gizi yang semakin kompleks kan sudah dicakup oleh makanan padat, ya.
      Jadi tetap: sebetulnya tidak butuh susu formula.

      Untuk bahasan ini, saya sangat sangat mengerti dan maklum dengan komentar mbak Ketty yang ‘dalam’.
      Selalu ada rasa ini, untuk setiap ibu.
      Tak terbatas pada ibu bekerja saja, lho. Stay-at-home mom juga merasakan hal yang sama.
      Buat saya, itulah naluri keibuan: khawatir dan selalu menginginkan yang terbaik.
      Solusinya tentu: tingkatkan percaya diri dan perbaiki pola hidup πŸ™‚

      Semua susu akan bikin anak hebat jika sebelumnya baca doa?
      Ah generalisasi, ya. Apapun bisa dong, kalau syaratnya adalah doa hehehehe…

      1. Ketty

        June 12, 2007 at 8:53 pm

        “Untuk bahasan ini, saya sangat sangat mengerti dan maklum dengan komentar mbak Ketty yang Γ’β‚¬ΛœdalamÒ€ℒ.
        Selalu ada rasa ini, untuk setiap ibu.”

        Mbak, ngga ngerti neh, ini maksudnya bahasan yang mana ya.. trus, emang komentar saya dalem ya..masa sih…(belagak bloon)

  35. felicia

    August 28, 2007 at 3:01 pm

    mbak,
    sepertinya promosi susu ‘growing up’ semakin menggila. minggu lalu, aku dapat undangan dari kelompok bermain anakku, untuk datang ke acara yang dilaksanakan oleh majalah ibu n anak “X”, ternyata setelah kemarin datang, tau2nya acara majalah X tersebut telah disusupi sponsor susu N****C** E***LL**NCE. Ceritanya sih, memberikan pengetahuan kepada para ortu mengenai Multiple intelligence, dengan menghadirkan seorang psikolog, tau2nya acaranya sangat sarat dengan promosi si susu ini. Mulai dari dekorasinya, backdrop,suvenir,hingga pesan-pesan yang digaungkan baik kpd anak maupun ortu, semuanya jelas-jelas merujuk kepada susu tsb. Diadakan juga lomba story telling dan puzzle sticker yang hadianya dalah piala dari si HONEYBEE, maskot susu untuk juara 1,2,3…Daaan, terakhir sebagai hadiah bagi yg mau pulang, diberikan kepada semua anak, sekaleng susu dengan merk tersebut, berukuran 900gram…hebat bukan:D

    salam,
    felis

  36. Wawan

    August 31, 2007 at 8:51 am

    “Iklan susu formula sudah merambah ke sektor pemerintah seperti Dinas Kesehatan yang menyerap APBN melalui Proyek Pengadaan, yang menurut saya salah kelola kebijakan Pemerintah, soalnya susunya banyak dibuang atau dimakan tikus alias tidak terserap oleh yang benar benar membutuhkan. Dan parahnya lagi Pihak Pengguna Anggaran mensyaratkan Peryaratan Spesifikasi Susu menunjuk salah Satu Merek, Maksudnya Apa ?

  37. bapaknya layla

    September 19, 2007 at 6:41 pm

    Mau tanya mbak… kalo pre/probiotik itu bisa dikonsumsi selain dari susu formula (atau ASI) gak sih ??? kalo ada pada makanan apa ya tepatnya ?? makasih….

  38. Lita

    September 24, 2007 at 1:06 pm

    Ayah Layla
    Setelah usia 7 bulan, anak bisa diperkenalkan pada yogurt. Yogurt yang tidak disterilkan masih memberi manfaat prebiotik, masa simpannya sebentar hanya hitungan minggu biasanya.
    Selama anak masih mendapat ASI, teruskan saja sampai usia 2 tahun.

  39. Menyoal Harga dan Suplementasi AA-DHA di Susu Formula Bayi at BananaTalk - Lita Mariana’s Weblog

    March 27, 2008 at 7:04 pm

    […] Susahnya, di Indonesia terasa langka susu formula yang tidak diberi suplemen AA dan DHA. Jadi konsumen nyaris tidak punya pilihan selain membeli susu formula bersuplementasi AA & DHA. Bukan memilih jika tidak ada pilihan, bukan? […]

  40. Dua Tahun Nadira « All That I Can’t Leave Behind

    October 10, 2008 at 8:40 pm

    […] Dengan perawatan yang intensif, mulai dari infus asam amino hingga tambahan air hangat dan lampu pijar di dalam boksnya; dari susu formula mahal yang selalu ditolaknya hingga air tajin yang lebih disukainya, kini ia sudah jadi anak yang sehat, kuat, jarang sakit, dan pandai bicara. […]

  41. Winny

    November 26, 2008 at 5:26 am

    Halo Mbak Lita,
    tertarik juga nih topiknya. Bener ya probiotik bisa ngurangin atopic dermatitis? Anak saya alergi dan kena eczema yang cukup parah waktu umur 5-7 bulan, mungkin karena kondisi Melbourne yang kering juga. Sekarang karena di Indonesia, eczemanya jauuhh berkurang, tapi khawatir nih karena kami balik ke Melbourne lagi, eczema-nya akan kambuh lagi. But anyway, thanks untuk artikelnya.. mudah2an bermanfaat.

  42. irma-ibunya naufal

    December 11, 2008 at 12:42 pm

    saya kopi komentarnya mb lita ttg sufor u 6 bulan keatas y…
    tx (saya cantumin sumbernya kok)

Leave a Reply to Lita Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.