Guru Ideal. Menurut Saya.

Setelah bicara murid, mari kita bicara guru. Elemen penting yang perubahannya bisa paling dikendalikan. Karena dimulai dari kita, si guru: diri sendiri. Guru ideal itu kaya apa sih?

Komunikasi lancar

Komunikasi adalah pembicaraan dua arah. Jika di kelas, antara guru dan muridnya. Komunikasi berarti ‘nyambung’. Bukan guru bermonolog dan murid ngobrol sendiri. Atau murid bertanya dan guru menjawab entah ke mana. Komunikasi memang tidak menjamin kompetensi. Tapi setidaknya dengan komunikasi yang baik, keinginan kedua belah pihak dapat tersampaikan dan dimengerti oleh yang dituju.

Dalam penyampaian bahan ajar, kompetensi tak pernah kalah penting dari komunikasi. Jika komunikasi baik namun kompetensi gurunya kurang, pengembangan potensi peserta didik tak dapat maksimal selain dapat berisiko ‘ilmu yang salah’.

Jika peserta didik telah dapat belajar mandiri, kesalahan dalam materi yang diajarkan oleh guru dapat ditanggulangi dengan baik dengan perbaikan dari sumber yang lain. Pada tahap ini, murid diharapkan untuk mampu menyampaikan dengan baik dan sopan pendapatnya dalam usaha ‘meluruskan kesalahan’ yang dibuat oleh guru pengajar dan kebesaran hati serta sikap terbuka dari guru yang bersangkutan.

Jika peserta didik belum dapat mandiri, maka diharapkan kelak ia mampu menemukan kebenarannya dan mampu memaafkan serta maklum bahwa guru bukanlah mahluk yang tak pernah salah. Guru dapat salah, namun kesalahan guru cenderung lebih sulit termaafkan dibandingkan dengan kesalahan yang sama yang dibuat oleh ‘orang lain’. Ini adalah salah satu sisi beratnya menjadi guru.

Tak berhenti belajar

Guru tak boleh berhenti belajar dengan alasan apapun juga. Saat ia berhenti belajar, saat itu pulalah ia sebaiknya berhenti menjadi guru. Guru harus tanggap pada perkembangan zaman dan keilmuan yang diajarnya. Peka pada isu sosial dan lingkungan namun punya prinsip yang kokoh sehingga tegar dalam toleransi terhadap perbedaan.

Guru harus mutakhir dalam keilmuan. Indonesia banyak ketinggalan dari negara lain tapi bukan berarti potensi kita lemah. Potensi manusia Indonesia sesungguhnya besar dan melingkupi berbagai bidang, ditunjang pula oleh potensi alam (yang walaupun semakin menipis karena tersia tapi limpahannya masih menggiurkan). Kemampuan eksplorasi dan pengembangan sangat penting untuk dapat memajukan negeri ini. Jika guru malas belajar, apa jadinya jika putra bangsa diajarkan ilmu yang ‘sudah basi’ karena –misalnya- ternyata sudah dibatalkan oleh penemuan/konsensus terbaru.

Belajar-nya guru mensyaratkan beberapa hal penting, misalnya: 1. Jangan gengsi. Murid adalah salah satu sumber ilmu yang penting. Jika mereka mengoreksi kita, sebagai yang dewasa, kita harus mampu untuk melihat pesannya terlebih dahulu ketimbang cara mereka dalam menyampaikan pesan. Sekalipun caranya tak sopan, terimalah saran perbaikan yang datang walau bentuknya melukai hati. Katakan penghargaan kita atas usaha mereka, sampaikan pendapat kita atas saran tersebut (jika pada saat itu kita telah tahu apa jawabannya –eh boleh lho guru tidak tahu sesuatu) baru di akhirnya sampaikan pendapat kita atas cara murid menyampaikan pendapatnya.

Betulkan di mana bagian yang ‘salah’. Misalnya, “Saranmu baik sekali, nak. Terima kasih. Akan lebih baik lagi kalau kamu menyampaikannya dengan nada yang lebih bersahabat sehingga tidak mengundang emosi atau reaksi balik yang keras dari orang lain. Kamu sendiri pasti akan tidak nyaman jika ada orang yang menyampaikan kekuranganmu dengan gaya ‘nyolot’ walau niatnya sungguh sangat baik.”

Selalu belajar dapat benar-benar berarti setiap hari belajar. Ya belajar seperti anak muridnya. Mendalami kembali teori, melatih cara penyampaian, mengerjakan soal-soal, memeriksa kembali dari berbagai sumber yang fasih, dan menyiapkan bahan ajar dengan kata-kata paling sederhana dan alat dukung yang paling optimal.

Selalu belajar juga berarti pikiran serta hati yang terbuka, waspada terhadap kesalahan diri dan mau menerima hal-hal baru (walau tidak harus selalu setuju). Bersedia menerima kritik dan mau serta mampu mengevaluasi diri untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik setiap hari.

Mampu bekerja sama

Bekerja sama tidaklah sama dengan bekerja bersama-sama. Bekerja sama adalah berkolaborasi. Membina hubungan baik, kekompakan dan menjaga komunikasi agar soliditas tim kokoh. Tim dapat berupa kelompok pengajar bidang studi yang sama, sesama pengajar kelas 10 (misalnya), sebagai lingkup yang penting, setiap guru adalah anggota tim murid-orangtua-guru bagi setiap murid.

Kerja sama mensyaratkan kesetaraan kompetensi yang dapat diandalkan antar anggota tim, komunikasi yang baik, serta kemauan belajar. Kemampuan bekerja sama akan melengkapi syarat utama yang harus ada pada diri seorang guru. Dengan semua potensi ini, guru ideal dapat terwujud dari sosok siapa saja. Tidak harus bergelar mentereng berjejer (Dr. Ir, PhD), tidak harus cantik/ganteng untuk menjadi ’menarik’ di mata peserta didik, tidak pula harus bersertifikat banyak (maaf, tidak bermaksud sengaja menyinggung tapi bagi saya buat apa banyak sertifikat kalau tidak nampak hasil dari keikutsertaannya?).

Ini hanya sebagian kecil dari sosok guru ideal yang mampu saya gambarkan. Tentu bapak-ibu dan teman-teman sekalian dapat berbagi ’syarat’ sosok guru ideal. Bagaimana? 🙂

6 Comments

  1. Yusuf Alam

    July 16, 2010 at 11:26 pm

    OK mbak… umpan balik yang luar biasa… coz sekarang saya jadi guru…

  2. edratna

    July 18, 2010 at 9:46 am

    Yup…guru harus terus menerus belajar….menggali terus, mencari cara bagaimana agar para murid bisa menikmati kegiatan belajar mengajar.
    Btw Lita, saya sekarang juga jadi guru lho..part time

    1. Lita

      July 25, 2010 at 9:55 am

      Bunda mengajar apa sekarang? Di mana?
      Hehe… saya juga masih terhitung part time. Lha yang dibilang ‘full time’ cuma C/PNS, je 😀

  3. budi

    April 6, 2011 at 1:09 pm

    mantep lah, guru ideal gajihannya di tambah dengan surga, seorang guru ibaratkan menanam investasi generasi di masa yang akan datang baek dunia ataupun di akhert

  4. Cak Broden

    July 17, 2012 at 7:03 pm

    knowledge is power mrp motto guru, logis khan murid malas belajar ,Apalagi Gurunya ! , Guru GAPTEK ,murid akan lebih Parah, tanpa Arah !!!!!!?
    Eranya guru Bangun-bangun untuk tanggap dan koreksi Introspeksi kekurangannya , dan Tantangannya adalah Guru KENALI , GUNAKAN 2x dan Gunakan IPTEK untuk meningkatkan Profesionalisme sbg kepedulian rasa tanggungjawab Profesional ? ! MTR Nwn

  5. Cak Broden

    July 17, 2012 at 7:10 pm

    knowledge is power mrp motto guru, logis khan murid malas belajar ,Apalagi Gurunya ! , Guru GAPTEK ,murid akan lebih Parah, tanpa Arah !!!!!!?
    Eranya guru Bangun-bangun untuk tanggap dan koreksi Introspeksi kekurangannya , dan Tantangannya adalah Guru KENALI , GUNAKAN 2x dan Gunakan IPTEK untuk meningkatkan Profesionalisme sbg kepedulian rasa tanggungjawab Profesional ? ! MTR Nwn

    knowledge is power mrp motto guru, logis khan murid malas belajar ,Apalagi Gurunya ! , Guru GAPTEK ,murid akan lebih Parah, tanpa Arah !!!!!!?
    Eranya guru Bangun-bangun untuk tanggap dan koreksi Introspeksi kekurangannya , dan Tantangannya adalah Guru KENALI , GUNAKAN 2x dan Gunakan IPTEK untuk meningkatkan Profesionalisme sbg kepedulian rasa tanggungjawab Profesional ? ! MTR Nwn

Leave a Reply to budi Cancel

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.