Cuma Orang Kaya yang Sanggup

Pernahkah sedang antre di halte bus TransJakarta lalu disela orang? Atau begitu pintu lift terbuka langsung memberondong masuk padahal yang di dalam belum lagi tuntas keluar? Atau di antrean panjang kendaraan 2 lajur membuat lajur ketiga untuk menyela di dekat penyempitan (jembatan, underpass, atau gerbang tol)? Sudah memberi jalan pada orang lain, saat giliran kita ternyata ada yang nyelonong. Nyebelin? Banget.

Menurutku yang mau mendahulukan orang lain adalah orang-orang kaya saja. Mereka yang sudah mampu dan berkecukupan. Karena orang kaya tidak merasa perlu berebutan dengan orang lain. Tidak perlu minta, apalagi mengambil hak orang lain. Dirinya sudah puas, sehingga jika ada orang lain yang lebih perlu, didahulukannya.

Sedangkan orang (yang merasa) miskin selalu merasa berkekurangan. “Aku miskin, aku kurang, ada hakku di kamu” adalah prinsip yang dapat mendorong untuk mengambil atau merampas hak orang lain. Diri yang kurang tak dapat memberi, apalagi mendahulukan orang lain.

Kaya dan miskin yang kumaksud tidak selalu linier dengan materi dan kemampuan finansial atau level ekonomi. Sering lihat mobil mentereng tapi kelakuan seperti angkot yang merasa jalanan punyanya dia, seenaknya saja, toh yang lain bisa atur diri sendiri. Jadi bukan tentang jenis kendaraan yang mampu dibeli, tapi tentang sikap mental.

Paling tak sabar di jalan adalah motor. Sudahlah, ini banyak ceritanya. Walaupun pembonceng motor tapi aku juga gemes dengan pemotor. Jika di persimpangan, mayoritas kejadian kusut adalah karena ruang kosong yang disisakan untuk gerak & jarak aman diisi oleh motor yang enggan menunggu. Selanjutnya adalah angkutan umum. Setelah itu ya siapa saja yang memang enggan antre.

Dalihnya, “Elu kan naik mobil. Enak, ngga kepanasan.” , atau “Gue kan bawa penumpang! Ya turutin penumpang mau gimana!”, atau “Gue buru-buru, nih! Ada urusan penting!”, jadi mereka lebih berhak atas jalanan dan lebih berhak sampai di rumah/tujuan duluan. Padahal harusnya ya yang lebih berhak adalah yang mengantre, ya sesuai urutannya. Itu kan fungsinya di customer service diberi nomor antrean?

Aku bisa mengerti untuk mengalah pada transportasi publik. Sekacau-kacaunya, selama masih bisa dilewati atau tidak membahayakan, paling cuma hela napas. Dan ya sudah, mereka diprotes juga tidak kemudian jadi ubah posisi, kok.

[Yang bikin pengen nabok adalah kendaraan lain yang masuk busway. Lalu ingin keluar dari situ karena busnya sedang antre. “Lo kendaraan pribadi (motor atau mobil) masuk situ udah egois. Sekarang mau keluar sembarangan meloncati pembatas karena bus yang memang empunya jalan situ menghalangi jalan lo? Egoisnya nambah. Trus kalo ngga gue kasih kesempatan lo buat nerobos, gue yang egois?” Harus pakai tagar #GerakanSesendokOtak punya Eris, deh. Ogah ngalah sama yang begini.]

Kembali ke urusan kaya-miskin tadi. Kalau sudah urusan mental, mau tentang antrean calon penumpang bus, antre saat belanja, kelakuan di persimpangan atau zebra cross, sampai urusan pekerjaan di kantor dan bertetangga, sama saja lah. Yang merasa miskin akan selalu minta dimaklumi, walaupun secara harta tak tampak susah. Biarpun mungkin sebetulnya dia mengerti keruwetan akan bisa dihindari andaikan dia tidak memaksakan diri nyempil, ah ya sudahlah biarkan itu urusan orang yang di belakang saja. Salah sendiri di belakang.

Sering kok, mobil mewah mengalah atau memberi jalan bagi yang lain. Ya selain alasan sederhana “Daripada mobil gue yang baret”, tapi juga karena keadaaan mental yang ‘puas’. Wajar. Mobil mewah sruntulan? Kalau yang bawa bukan supir, berarti pengemudinya miskin. Apakah pengendara motor pasti tidak mau mengalah? Tidak, sih. Walau kalau dilihat dari sisi kemampuan finansial, mayoritas memang bukan dari ekonomi atas. Makanya banyak pemotor sruntulan.

Urusan kerja? Kalau gaji sudah jauh di atas UMR, sudah sanggup membiayai gaya hidup yang dipilihnya, tapi masih iri kalau melihat koleganya mendapat rezeki lebih. “Ih si itu kaya, ya. Kok bisa, ya.” “Ya ampun dia kan kaya, masa ngga mau ngasih [hadiah/oleh-oleh/apapun] (ke gue) sih?” “Kok dia dapat jatah lebih daripada aku?” “Kok aku nggak dapat sebanyak dia?” Susah lihat orang lain mudah (yang mungkin itu hanya menurut pendapatnya), karena semua diukur dengan ‘hakku’ duluan, ketimbang kewajiban atau kinerja.

Buatku, tak hanya ‘sing waras ngalah’, tapi juga ‘yang kaya sanggup mengalah’.

17 Comments

  1. Kapkap

    May 21, 2013 at 11:10 am

    *langsung cc ke @TMCPoldaMetro*

  2. rahmat mulyadi

    May 21, 2013 at 11:27 am

    Really nice read. Setuju banget deangan isi artikel ini.

  3. Pitra

    May 21, 2013 at 11:48 am

    hihihi.. Lita keren banget.. 🙂

  4. didut

    May 21, 2013 at 12:00 pm

    ya begitulah *org yg suka ngalah* #eaaaakkk

  5. snydez

    May 21, 2013 at 12:25 pm

    wuah, nicely written.
    ga kaya’ blog saya yang secara konten mungkin sama, tapi isinya lebih cenderuh misuh2 😀

  6. ManusiaSuper

    May 21, 2013 at 12:46 pm

    Ah, barusan kemaren di bandara ada bapak-bapak menyerobot antrian check-in. Saya diam aja sih, cuma pas beliau geret-geret koper mau nimbang bagasi, kakinya (GAK SENGAJA) kegaet kaki saya, trus jatuh deh. Jatuhnya pelan sih, tapi kayaknya beliau malu dan langsung ngomelin saya. Kasian saya…

  7. vira

    May 21, 2013 at 12:46 pm

    kadang motor juga gak dikasih ruang sih ya di jalan, ketika mobil2 pada mepet sampe jalur terkiri..

    1. Lita

      May 21, 2013 at 1:05 pm

      Betul. Pengendara mobil harus beri ruang di kiri, dan pengendara motor sebaiknya patuh di kiri.

  8. Lita

    May 21, 2013 at 3:10 pm

    @Kapkap: Kata yang di TMC, “Woh, ini dia yang waktu itu laporan heboh banget dari tweet, SMS, sampe telepon!” =))
    @Rahmat: Terima kasih sudah ke mari 🙂
    @NengBiker: :mrgreen:
    @Pitra: Pitra(TM) effect
    @Didut: Iya, mas. Kita sih selow… *lah, kita?*
    @Snydez: Intinya pada pengendalian diri.
    Maksudnya kalau ndak ditahan-tahan ya jadinya post begitu juga 😆 Rese banget yak!
    @ManusiaSuper: MASA IYA! =))
    @Tito: Terima kasih sudah mampir, mas 🙂
    @Riri: Hahahaha… ngerti, tapi ngga tega juga baretin mobil sendiri :p
    @Erma: Alhamdulillah.
    @Vic: Kaya atau miskin lebih pada mental & sikapnya, kok. Orang miskin tapi mentalnya kaya juga ada 🙂

  9. Lita

    May 21, 2013 at 3:14 pm

    *habis post comment*
    Lho kok…. komentarnya sebagian menghilang??!
    Aduh maaf, ya. Komentar tidak ada yang saya hapus dengan sengaja, kok. T_T

  10. Bukik

    May 21, 2013 at 5:33 pm

    Dalam sistem yang chaos, para penghuninya pun berperilaku chaos. Kecuali orang-orang yang extraordinary, atau istilah Lita, orang bermental kaya.

    Lebih parah lagi, penggerak sistem justru seringkali mengatasi sistem yang dibuatnya. Pejabat mau lewat, jalan dikosongkan. Dia yang bikin, dia yang tidak mau merasakan. Dan hal seperti ini cepat sekali menular ke semua orang. Kecuali orang-orang yang extraordinary alias bermental kaya, alias tabah tak berujung 😀

  11. Aswin

    May 21, 2013 at 10:58 pm

    Saya setuju dengan bu Lita. Orang kayalah yang akan mengalah. Kaya apa? Kaya budi pekerti. Kapan kita belajar budi pekerti? Di saat kita masih di Taman Kanak-kanak. Disanalah kita seharusnya belajar untuk tidak mengambil barang orang lain, termasuk hak orang lain. Disanalah kita belajar untuk antre secara tertib. Disanalah kita belajar sopan santun terhadap sesama manusia. Disanalah seharusnya kita belajar mana yang benar dan mana yang salah. Seharusnya kita juga belajar disana mengenai harga diri, kejujuran dan integritas diri.

  12. Amd

    May 22, 2013 at 9:26 am

    Saya dong, di bandara, antre diserobot akhi-akhi celana cingkrang bersurban… entahlah, mungkin beliau pengen cepat-cepat masuk sorga…

  13. Klaim Asuransi #2 | BananaTalk

    May 22, 2013 at 1:38 pm

    […] harus klaim lagi. Ibu bilang sabar saja, jalanan Jakarta milik motor. Ya ngga gitu juga, sih. Antre kan bisa! Harus banget nyelak dan lawan arah, ya? Masalah hidup-mati, begitu? Dan tentunya dari ACA […]

  14. lindaleenk

    May 23, 2013 at 1:35 pm

    Kalau mood lg bagus, yg kayak gt cenderung aku diemin.
    Mood lg jelek, reflek ngejegal kaki orang yg nyerobot lewat. Atau reflek negur, dengan muka template galak.
    Sayang ya, orang lebih senang mengeluh hak nya kurang, tapi ditanya kewajibannya ternyata banyak yg belum dikerjakan.
    Banyak orang yang jg sudah menempuh pendidikan tinggi, tapi tingkah lakunya juga kadang barbar.

  15. anúncio grátis

    January 3, 2014 at 6:41 pm

    kalu aku sabar aja, mungkin mereka lebih membutuhkan ato lagi emosi

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.