Melihat Akar Masalah
Di rumah kami disediakan 2 tempat sampah utama. Satu warna biru, untuk sampah basah (sisa makanan) dan satu warna hijau, untuk sampah kering (plastik, kertas, wadah, dll). Bukan pengaturan sampah terbaik, memang. Ini sudah yang paling tidak membingungkan anak dan petugas kebersihan.
Kudapati karton susu kosong di tempat sampah biru. Kutegur adik, “Buang karton jangan di sini, dong! Salah tempat sampah, nih.” Dia menjawab, “Gue salah melulu, sih, kalo buang sampah? Jangan diganti-ganti, dong!” “Ya kalau sampah kering dibuang ke tempat sampah basah dan sampah basah dibuang ke tempat sampah kering memang jadinya salah melulu,” gerutuku yang selalu memindahkan sampah yang salah.
Daud mendengar ini lalu tertawa. Katanya, “Kalau selalu salah berarti tidak pernah memperhatikan jenis sampahnya, dong. Kalau tidak kan pasti ada yang benar.” Emaknya pun tertegun. Dia bisa melihat lebih jauh ke penyebab masalah, ketimbang emaknya yang menggerutu karena dampak…
Nindya
July 2, 2013 at 3:49 pmJadi inget, pemisahan sampah ini juga dilakukan di kampus. Dan sempet bikin bingung. Sampah organik itu seperti apa? Sampah anorganik? Sampah basah? Sampah kering? Kalo buang AQUA gelas yang isinya masih ada airnya?
Akhirnya ditulis di tong sampah-nya, sampah organik itu seperti apa (kertas, sisa makanan, tanaman, dll) jadi kalo ada yang mau buang sampah, diliat dulu sampahnya ada di kategori apa 😀
Kalo AQUA gelas dan masih ada airnya?
“Kasih gw sini deh, gw abisin aja! Lu deh, air dibuang-buang!” — mahasiswa IT, semester 4
“Buat gw deh. Lumayan buat nyuci kuas.” — mahasiswa DKV, semester 2.
Lita
July 3, 2013 at 12:14 amMemang lebih mudah dimengerti dengan ‘basah – kering’ daripada ‘organik – anorganik’. Karena plastik kan organik juga 😀
Atau sekalian detil, karena bocah TK di sekolah udah diajari menghadapi minimal 3 macam tempat sampah: plastik/botol minum, kertas, sisa makanan. Belajar mikir.