Jika Pilihanmu Universitas Tsukuba

Sebelum kamu mulai berkemas, ada baiknya cari tahu pada teman/pendahulu yang ada di Universitas Tsukuba. Untuk teacher trainee angkatan 2015, ada Sabar Sibarani dan saya di Facebook. Atau Twitter dan Instagram (tapi jangan minta saya ambilkan foto yang ada namamu, ya… please…).

Sebelum keberangkatan

Pada saat kamu dinyatakan diterima oleh Universitas Tsukuba, kamu akan diberitahu kamar asramamu. Biasanya teacher trainee akan ditempatkan di asrama Ichinoya, bagian utara kampus. Nomor gedungmu akan menjadi petunjuk kondisi kamarmu, walaupun sebagai aturan umum sih saya berani bilang: kamarmu kosong tak ada apa-apa.

Happy look on Japanese intensive course closing
Happy look on Japanese intensive course closing

Tak ada apa-apa bukan berarti dinding saja, sih. Dipan dan kasur ada. Meja belajar dan kursi ada. Tapi semacam tirai, sprei, dan selimut tak ada. Selebihnya (toilet, kamar mandi, bak mandi, dapur, tata letak ruang) tergantung kamu di gedung mana.

Kamu juga bisa minta dimasukkan grup PPI Ibaraki (yang mayoritas anggota grupnya adalah mahasiswa Universitas Tsukuba dan keluarganya). Di sini kamu bisa memperkenalkan diri dan minta bantuan jika perlu (materi juga bisa, karena mungkin saja ada yang punya barang yang kamu perlukan dan mau meminjamkan atau menjual dengan harga murah).

Mungkin saja kami kenal profesormu dan bisa beri gambaran sedikit tentang beliau. Atau malah bisa cerita banyak tentang kegiatannya karena profesornya sama. Ini berguna untuk memperkirakan tingkat pengharapan profesormu dan kamu bisa lebih cepat menyesuaikan diri. Juga berguna untuk mengukur tingkat pengharapanmu. Barangkali kamu berharap profesormu santai dan ternyata beliau cukup menuntut.

Kamu akan diberitahu jumlah minimal uang yang sebaiknya dibawa. Bawalah sekian atau semaksimal yang kamu bisa. Karena uang beasiswa pertamamu akan kamu terima di akhir bulan berikutnya. Jadi selama setidaknya sebulan kamu akan bertahan hidup, beli buku, keperluan pribadi, dan lain-lain dengan uang yang kamu bawa. Yang bisa kamu bawa & belum sanggup dibeli di Jepang, bawalah. Ingat-ingat dimensi dan berat maksimal koper, ya!

Kabarkan waktu kedatanganmu. Kamu bisa minta ditemani secara personal oleh anggota grup PPI atau siapa saja yang sudah kamu kenal sebelumnya. Jika kamu datang sendirian dan ternyata tidak (berhasil) bertemu tutormu di saat kedatangan, penyambutmu akan menjadi ‘penyelamat’mu setidaknya pada saat itu. Percayalah, kalau saya saat itu tidak bersama Sabar, saya tidak akan tahu harus berbuat apa, karena saya tidak mengerti bahasa Jepang sedikitpun sedangkan petugas tidak dapat berbahasa Inggris (!!).

Cari tahu sebanyak mungkin tentang kondisi kampus, kota, fasilitas, cuaca/iklim (sangat penting!), layanan seluler, layanan internet, dan sebagainya yang memuluskan kamu beradaptasi dengan kehidupan baru di Tsukuba.

Kamu tidak harus beli ponsel baru. Kamu bisa cek apakah ponsel yang kamu miliki saat ini kompatibel dengan layanan seluler di Jepang. Kalau milikmu saat ini tidak kompatibel, kamu punya pilihan untuk beli atau pinjam (saya tidak tahu apakah non-turis bisa sewa ponsel juga di Jepang) ponsel spesifikasi secukupnya (tidak perlu smartphone) untuk berkomunikasi via email. Kalau kompatibel, yang kamu perlukan hanya kartu SIM yang cocok (jangan beli ukuran nano untuk slot mikro, ya!).

Saya bawa 2 ponsel dari Indonesia; iPhone 4s dan Nokia Windows 520. Keduanya kompatibel dengan layanan seluler lokal, walaupun agak ngos-ngosan diajak ‘lari’ jaringan LTE sehingga baterainya lebih cepat habis daripada jika menggunakan jaringan 3G/HSDPA. Tapi toh itu tergantung pemakaian.

Mengapa bawa 2 ponsel? Karena saya ingin nomor pascabayar saya tetap aktif, tetap bisa dijangkau via layanan messenger berbasis data walaupun kalau ditelepon ngga akan saya angkat 😀 Roaming internasionalnya membantu saya berkomunikasi selama belum dapat akses internet di asrama dan belum dapat kartu SIM Jepang. Kamu ngga harus bawa 2, kok 🙂

Pasca kedatangan

Segera pepet mahasiswa Indonesia 😀 Bukan dengan maksud maunya gaul dengan yang itu-itu saja. Tapi informasi yang kamu perlukan bisa jadi spesifik dan tutormu yang orang Jepang itu tidak tahu (bisa jadi karena asalnya dari kota lain atau tidak memiliki kesamaan kebutuhan denganmu). Misalnya di mana lokasi gereja Katolik terdekat, bagaimana bisa ‘mengais’ makanan yang sebisanya tidak haram di convenience store, supermarket terdekat yang jual kebutuhanmu di mana, beli koyo di mana (ini saya), dan lain sebagainya.

Segera kabari keluargamu. Nah, ini berkaitan dengan nomor telepon dan ponsel. Saat kedatangan, sambungan internet via kabel di kamar asrama belum diaktifkan. Akun internetmu akan diaktifkan bersamaan dengan berlakunya nomor dan kartu identitas mahasiswa baru. Ini berbarengan satu angkatan.

Bagaimana cara hubungi keluargamu? Ini gunanya memepet mahasiswa Indonesia yang saya sebut sebelumnya. Tanyakan (bisa ke tutor juga) bagaimana cara beli kartu SIM yang layanannya sesuai yang kamu butuhkan. Atau boleh juga beli ponsel (saya sarankan cari info yang ekstensif tentang ini, jangan sampai merasa ‘terjebak’ nantinya).

Segera kabari profesormu tentang kedatanganmu. Beliau adalah penanggung jawabmu selama kamu tinggal di sini, jadi beliau perlu tahu kondisi mutakhirmu. Karena beliau juga yang menunjuk tutormu, jika misalnya kamu ada kesulitan komunikasi (ternyata dia tidak bisa bahasa Inggris dan kamu tidak bisa bahasa Jepang), maka beliau dapat menunjuk mahasiswa lain sebagai tutor pengganti.

Kalau kamu pilih universitas Tsukuba, lebih baik tidak berharap akan santai, akan bisa sering piknik dan ngga serius-serius amat. Karena ‘hanya teacher training’ bukan alasan bagi universitas Tsukuba untuk tidak menuntutmu sesuai standar yang berlaku di sini. Namun kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dibawa kalem sih sangat bisa. Dibawa iri terhadap teman-teman di universitas lain yang hore? Tidak usah. Setiap orang punya takdir dan pilihannya masing-masing.

Bagaimana pun teman-teman di universitas Tsukuba ini sering menghela napas (dzikir dalam hati ya kayanya, ingat-ingat bahwa ini pilihan sendiri hahaha…), tapi kalau pisah dari tempat ini, ya dikangeni segenap hati juga.

Selamat datang di Tsukuba 🙂

1 Comment

  1. Beasiswa Belajar: Hal yang Tak Tampak di Media Sosial – BananaTalk

    October 27, 2016 at 11:36 pm

    […] cari tahu sebanyak yang saya bisa sebelum datang ke Jepang. Toh di hari pertama syoknya tetap luar biasa. Kamar asrama tua (dari tahun […]

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.