Pendidikan Seks: Memulai

Kapan sebaiknya pendidikan seks untuk anak dimulai?

Sejak keberadaannya di dunia ini mewujud. Sejak hamil, orang tua harus sudah mulai mengerjakan tugasnya: mempersiapkan diri untuk mendidik anak, termasuk urusan seks. Untuk apa? Karena apa pun dapat terjadi.

Dulu orang tua saya ngga ngajari apa-apa, saya baik-baik aja

Alhamdulillah. Dan tantangan setiap zaman berbeda. Adalah kewajiban orang tua untuk menyiapkan anaknya bagi kehidupan masa datang saat orang tua tak lagi ada.

Kalau diajari, jadi tahu tentang seks, dong. Nanti seks bebas bagaimana?

Anak tidak kita ajari pun secara alami tubuhnya memberi sinyal sendiri, sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Selalu akan ada sumber belajar primer bagi anak. Jika bukan orang tuanya, maka orang lain, baik langsung (melalui hands-on experience) maupun tidak langsung (melalui sumber verbal atau visual).

Sekalipun Ibu dan Bapak bukan sumber belajarnya, sebagai orang tua, pengasuhan dan perwalian anak tetap ada di kita hingga usianya cukup untuk bertanggung jawab mandiri secara hukum. Jadi ya tidak bisa juga berlepas tangan, “Bukan saya yang ngajarin, kok! Itu pasti temannya (atau siapalah)!”.

Kalau diajari, memang jadi tahu. Diajari tentang kelamin dan seks, ya jadi tahu tentang kelamin dan seks. Untuk menghindari sesuatu, kita harus dapat mengenali sesuatu tersebut. Ajari anak untuk mengenal seks secara bertahap sesuai dengan usia dan perkembangannya.

Pendidikan seks itu seperti apa?

Kenalkan anak pada tubuhnya

Sejak lahirnya, anak akan belajar dari Anda. Bagaimana Anda berbicara, bagaimana Anda menanggapi tingkahnya, bagaimana Anda menyikapi dunia. Jadi kalau saya boleh beri saran, bicara ‘normal’ saja ke anak Anda walaupun ia masih bayi. Dicadel-cadelin juga bayi Anda sama tidak mengertinya, kok. Sama aja.

Kenalkan anak pada nama-nama bagian tubuhnya, termasuk alat kelamin, dengan nama yang benar. Kesungkanan dimulai dari orangtua. Jika anda menyebut ‘penis’ atau ‘vagina’ dengan biasa saja seperti menyebutkan bagian tubuh lain, anak akan belajar bahwa kelamin bukan hal tabu untuk dibicarakan.

Kenalkan anak pada kondisi yang aman

Tidak tabu tidak otomatis membuat anak anda akan lari-lari keliling kampung sambil meneriakkan nama-nama organ reproduksi. Malu dan tabu kan beda walaupun sama-sama diajarkan. Dan kita yang ajarkan bagaimana kata memiliki rasa dan suasana yang tepat untuk diutarakan. “Kalau ada orang lain, ngomongnya bisik-bisik aja sama Ibu, ya.”

Tentu ada saat kami deg-degan usai memberitahu anak nama bagian tubuh yang membedakan laki-laki dengan perempuan. Khawatir ujug-ujug gurunya di kelas beri catatan, “D tadi semangat sekali bicarakan penisnya!”. Karena konteks adalah hal abstrak yang tidak mudah dicerna balita, jadi tidak memungkinkan beri simulasi semua keadaan kapan dia boleh bicarakan alat kelaminnya.

Kenalkan anak pada orang-orang yang aman

Dalam kondisi normal, orang-orang yang aman bagi anak adalah ayah-ibunya. Mungkin juga nenek-kakeknya, jika ikut mengasuh. Termasuk pengasuh/nanny, jika ada. Di luar itu, tidak aman.

Namun ada kondisi luar biasa di mana orang-orang yang seharusnya melindungi anak malah menjadi ancaman utama, terlebih bagi anak perempuan. Sungguh menyakitkan harus saya tulis begini, namun itulah pentingnya mengajari otonomi tubuh kepada anak. Supaya dia tahu, siapapun orangnya, jika dia tidak nyaman apalagi tidak aman, dia berhak untuk menolak disentuh dan memberontak.

Kalau dia merasa aman dengan gurunya, mungkin akan memilih bicara ke gurunya ketimbang dengan temannya tentang pengetahuan baru.

Kenalkan anak pada bagian tubuh yang aman

Setelah mengenali siapa yang aman, seleksi selanjutnya adalah apa yang ‘boleh’. Aman dan boleh pun ada batasannya, yang dapat diajarkan sesuai usia. Bayi kurang dari 12 bulan tentu belum bisa istinja sendiri dan belum sanggup punya kuasa penuh pada tubuhnya.

Anak dapat diajarkan untuk percaya pada intuisinya. Jika tidak nyaman, walaupun disentuh di bagian tubuh yang aman, anak berhak menolak dan menjauh. Sekalipun oleh orang tuanya.

Bagian tubuh yang aman mana saja? Kita lanjut di tulisan berikutnya, ya…

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.